Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Karena Kompasiana, Saya Bisa Belajar Reportase

29 September 2015   01:20 Diperbarui: 29 September 2015   01:27 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*       *       *

Di sisi lain, galibnya suatu hubungan, sudah pasti ada pasang surut. Itu saya alami sendiri. Entah itu kecewa karena suatu hal, khsususnya terkait lenyapnya beberapa artikel, saya sempat vakum menulis di Kompasiana. Sebagai manusia biasa, bagi saya hal itu wajar. Terutama beberapa waktu lalu, ketika tampilan Kompasiana -menurut saya- kurang sedap dipandang hingga banyak yang menyatakan hengkang. Alhasil, saya cenderung menulis di blog pribadi.

Hanya, layaknya pacaran, dengan adanya perslisihan justru menimbulkan rindu yang merupakan bumbu istimewa dalam hubungan. Tetap saja Kompasiana yang saya tuju. Terbukti, meski sudah menulis di blog pribadi, tetap saja saya menyalinnya di Kompasiana dan men-share nya.

Kini, nyaris lima tahun saya mengenal Kompasiana, tentu saya mengenal baik beberapa admin yang mengelola. Meski begitu, bukan berarti saya tidak pernah mengkritik, protes, dan sebagainya. Terutama menyangkut fitur-fitu Kompasiana yang kadang membuat saya jadi tidak bersemangat untuk menulis.

Namun, protes atau kritik yang saya lakukan tentu tidak di depan umum seperti melalui komentar di artikel admin atau via media sosial (medsos) facebook dan twitter. Melainkan lewat -dulu- fitur inbox atau japri, sms, dan telepon, yang lebih elegan ketimbang harus teriak-teriak via artikel, komentar, hingga medsos yang diketahui orang banyak. Saya pribadi menyadari admin toh manusia biasa yang pasti pernah salah atau keliru. Jadi, wajar untuk saling mengingatkan. Apalagi sebagai Kompasianer, saya wajib mengkritik terkait adanya perubahan fitur, demi kelangsungan Kompasiana.

Ya, lima tahun bukan waktu yang sebentar. Dalam periode itu, sudah banyak yang saya dapat dari bergabung di Kompasiana. Hanya, lagi-lagi sebagai manusia biasa, tentu saya tidak boleh berpuas diri. Masih banyak yang belum saya dapat atau salurkan di Kompasiana. Tentu, dari sisi positifnya. Sebab, seperti air yang bisa membuat perahu berlayar tapi juga menenggelamkannya. Begitu pun Kompasiana yang harus saya gunakan secara bijak. 

*       *       *

Artikel "ultah" sebelumnya:
- 1 (Satu Tahun di Kompasiana, Belajar Ngeblog dan Ngeblog Sembari Belajar)
- 2 (Jose Mourinho, Dua Tahun di Kompasiana, dan Kawah Candradimuka)
- 3 (Tiga, Hattrick, dan Treble)
- 4 (Absen)

Catatan Tentang Kompasiana:
- Di Balik Dapur Kompasiana
- Kompasiana Berusia Empat Tahun, Selanjutnya?
- Sketsa Kompasiana 2012: Tahun Penuh Warna
- Sketsa Kompasiana 2012: Tetap Berwarna
- Sketsa Kompasiana 2011
- Di Kompasiana, Apa yang Kamu Cari?
- Yuk, Menyesuaikan dengan Tampilan Baru Kompasiana
- Mencari Tampilan Kompasiana Terdahulu Melalui Situs Archive.org
- Kompasianiva, Pesta Karnival ala Kompasiana
- 10-12-11, Antara Kompasianival dan El Clasico

Artikel ini dibuat untuk memeriahkan blog competition "Karena Kompasiana, Saya..." sekaligus menandai lima tahun keberadaan saya di Kompasiana. 

 

- Jakarta, 29 September 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun