Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Kawasan Istana jadi Arena Balap Liar

28 April 2013   07:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:29 2011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_240483" align="aligncenter" width="491" caption="Balapan liar di kawasan Istana Negara (www.kompasiana.com/roelly87)"][/caption]

Tidak salah menyebut kecelakaan lalu lintas merupakan faktor pembunuh terbesar ketiga di Indonesia, setelah penyakit jantung koroner dan TBC. Itu diungkapkan secara gamblang oleh Badan Intelijen Negara (BIN). Menurut studi yang dilakukan lembaga pemerintah non kementrian itu, tehun lalu rasio kematian yang disebabkan kecelakaan mencapai 27 ribu dari 109 ribu insiden di jalan raya.

Yang membuat miris, mayoritas dari korban kecelakaan itu terjadi pada usia produktif, 22-50 tahun. Sebenarnya, itu tidak aneh, mengingat saat ini masyarakat sangat mudah untuk mempunyai kendaraan, terutama sepeda motor. Cukup uang muka tidak sampai Rp 500 yang bisa dicicil hingga puluhan bulan, membuat berbagai merek sepeda motor ambalayah di jalan raya.

Namun, berlimpahnya jumlah kendaraan, tidak diimbangi kesadaran sang pengendara. Terutama anak-anak dan remaja, yang justru kerap menyalahgunakan sepeda motor yang tadinya digunakan sebagai alat transportasi, menjadi balapan liar. Jika sudah terjadi kecelakaan hingga menyebabkan cacat seumur hidup, bahhkan meninggal dunia, tinggal orang tua yang menyesali.

Hanya, penyesalan itu memang selalu datang terlambat...

*     *     *

Usai menghadiri pertemuan dengan beberapa kawan Kompasianer dan Blogger di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (28/4) dini hari, pulangnya saya melewati kawasan Gambir. Seperti biasa, ketika melalui jalan Medan Merdeka Utara, tepatnya setelah Stasiun Gambir hingga arah Istana Negara, setiap malam Minggu selalu dipadati "lautan manusia" yang ingin menyaksikan aksi balap liar.

Kebetulan, saya sendiri tertarik melihat pemandangan tersebut dengan menepikan kendaraan, tepat di dekat pintu masuk Monumen Nasional (Monas). Namun, tujuan saya bukan ikut-ikutan menyoraki pembalap yang menang atau kalah. Melainkan segera menghampiri kerumunan warga di seberang tempat saya memarkir kendaraan.

Ternyata, saat itu baru terjadi kecelakaan sepeda motor. Menurut pedagang kopi asongan yang melihat langsung, kecelakaan itu terjadi akibat balapan liar yang dilakukan beberapa pembalap. Hanya, pas di tikungan yang menghubungkan ke Jalan Perwira, seorang pembalap berusia sekitar 20 tahun itu oleng dan kehilangan kendali hingga ngusruk menabrak pembatas jalan.

Ironisnya lagi, meski kawasan itu kerap terjadi kecelakaan, tapi tidak mengendurkan animo pembalap liar, terutama remaja. Padahal, -masih menurut pedagang kopi- sekitar pertengahan bulan ini baru terjadi kecelakaan. "Waktu itu, kecelakaannya dekat sini juga. Parahnya, bukan pembalap, tapi malah pedagang di sini yang kena tabrak. Udah tua lagi," kata pedagang itu sambil menyeduh segelas kopi mix yang saya pesan.

Ketika disinggung tidak ada razia, apalagi kawasan itu masuk "ring satu" alias tidak jauh  dari Istana Negara. Bahkan, Jalan Merdeka Utara yang menjadi arena balap liar hanya seperlemparan batu dari Markas Besar TNI. Pedagang itu menambahkan, "Razia sih ada Mas. Tapi, polisi seperti maen kucing-kucingan. Kayak abis kecelakaan kemaren,  jalanan ini sempat sepi, eh giliran ga ada razia pada ngumpul lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun