Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Resensi Buku Winda Krisnadefa: Macaroon Love

10 Juni 2013   05:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:16 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_247896" align="aligncenter" width="369" caption="Macaroon Love (www.kompasiana.com/roelly87)"][/caption] "Kalau ada satu hal yang paling aku benci di dunia ini, itu adalah namaku, Magali. Kalau ada satu hal yang paling kusuka di dunia ini, itu adalah makanan..." Dua baris kalimat itu terdapat dalam sampul belakang novel Macarron Love karya Winda Krisnadefa. Kompasianer yang dijuluki "Emak Gaoel" itu telah meluncurkan karya keduanya setelah Blackbook, di Pasar Festival, Kuningan, Sabtu (25/5). Memang, waktu peluncurannya sudah lumayan lama, tepatnya lebih dari dua pekan yang lalu. Tapi, bagi saya selang waktu tersebut tidak terlalu lama. Sebab, saya sendiri sulit memahami sebuah novel yang bercerita tentang fiksi. Butuh waktu lebih dari 14 hari demi mencerna buku setebal 262 halaman. Butuh imajinasi yang kuat biar bisa memahami sosok Magali agar tidak membayangkannya seperti Susan Pavensie dalam novel The Cronicles of Narnia, dan Sophie Neveu (The Da Vinci Code).

*      *      *

Tentang Macaroon Love, dari judulnya saja sempat membuat saya harus mengernyitkan dahi. Cinta makanan? Makanan cinta? Dll. Itu merujuk kata Macaroon yang setelah dicari artinya di kamus, berarti kue serabi, atau bisa juga makaroni. Berlanjut saat membaca bab satu dari keseluruhan 16 bab, bikin saya kembali bingung. Magali. Ya, itu nama tokoh utama dari novel karya Bu Winda -biasa saya memanggilnya- yang berarti Mutiara dalam bahasa Prancis. Baru membaca beberapa halaman alias tidak sampai dua bab, pikiran saya menerawang dan membayangkan isi novel ini ada hubungannya dengan karakter Sugali dalam lagu ciptaan Iwan Fals. Ternyata tidak. Karena asal-usul Magali yang berarti "Daughter of the Sea" alias anak perempuan sang Samudera. Itu setelah saya membaca dengan seksama dalam beberapa bab lanjutan yang menceritakan Magali seorang anak dari Ayah bernama Jodhi yang bekerja sebagai koki di sebuah kapal pesiar. Entah gara-gara terlalu penasaran mengaitkan Magali dengan Sugali, Susan, hingga Sophie. Hingga tak terasa saya asyik tersesat membaca novel tersebut. Lalu, pada beberapa bab selanjutnya saya mengetahui bahwa Magali merupakan sosok perempuan yang tomboy. Menarik. Lebih menarik lagi setelah mengetahui Magali berprofesi sebagai freelance writer pada sebuah majalah Free Magazine Kemang-Bintaro. Kisah berlanjut dengan pencarian jatidiri gadis berusia 24 tahun itu dalam pencarian cintanya. Maklum, Magali dikenal sebagai sosok yang pesimistis, kaku, unik, hingga nyentrik. Bagaimana tidak, dia asyik saja mencocol kentang goreng ke dalam segelas sundae vanilla di sebuah restoran cepat saji. Dari "keanehan" itu membuat Magali akhirnya bertemu dengan Ammar, pemilik restoran yang justru bernama mirip -Suguhan Magali- kelak menjadi pendamping hidupnya. Hanya, kisah asmara kedua insan tersebut tidak semulus gambar tangga yang menjadi ilustrasi novel tersebut.

*      *      *

Selesai membaca dan memahami isi Macaroon Love membuat saya kembali bertanya. Itu karena Bu Winda mampu memadukan kisah percintaan anak muda yang berpadu dengan masakan. Ternayta, tokoh Ammar dan restoran Suguhan Magali itu memang ada. Hebatnya, Bu Winda menulis novel ini berdasarkan riset langsung, termasuk beberapa nama masakan asing yang terdengar aneh di telinga. Selain itu, yang membuat saya tertarik adalah inti ceritanya. Istri dari Edu Krisnadefa, jurnalis olahraga sekaligus Kompasianer yang hobi menulis musik ini mampu melukiskan perjuangan Magali dari seorang penulis lepas di majalah masakan, hingga menjadi redaktur.  Bu Winda sangat detail menceritakan perjalanan karier Magali. Mulai dari kerap disepelekan narasumber karena sebagai wartawan lepas tidak mendapat id card, hingga beberapa nama chef luar negeri seperti Jamie Oliver, Adriano Zumbo, hingga masterchef terkenal, Gordon Ramsay.

*      *      *

[caption id="attachment_247897" align="aligncenter" width="491" caption="Saat bedah novel di Pasar Festival Kuningan"]

1370811340332045636
1370811340332045636
[/caption]

*      *      *

[caption id="attachment_247898" align="aligncenter" width="491" caption="Dian Kelana, Edu Krisnadefa, dan beberapa rekan Kompasianer"]

13708113991737549199
13708113991737549199
[/caption]

*      *      *

[caption id="attachment_247899" align="aligncenter" width="369" caption="Dua Kompasianer sekaligus novelis beda gendre: Humor dan Fiksi, Hazmi Srondol dan Winda Krisnadefa"]

137081143333244136
137081143333244136
[/caption]

*      *      *

Judul : Macaroon Love - Cinta Berjuta Rasa Penulis : Winda Krisnadefa Penerbit : Qanita Tahun Terbit : 2013 Jumlah Halaman : 262 ISBN : 978-602-9225-83-9

*      *      *

[caption id="attachment_257139" align="aligncenter" width="300" caption=" "]

[/caption]

*      *      *

Resensi Buku Kompasianer Lainnya: - 15 November (Anazkia) - Citizen Journalism (Pepih Nugraha) - Ketika Tuhan Mengizinkan Aku Sakit (Christie Damayanti) - Karma: Cepat Datangnya (Arimbi Bimoseno) - Bukan Orang Terkenal (Thamrin Dahlan) - 66 Jurus Mabuk Buat Ngeblog (Suka Ngeblog) - Kompilasi Kompasianer (1) - Mengintip Kasus Medis di Balik Ruang Praktek Dokter 1 (Posma Siahaan)

*      *      *

- Jakarta, 10 Juni 2013

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun