Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ironi Kompasianer dan Hasil Karyanya

22 Februari 2013   03:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:55 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedih, kecewa, dan kesal bercampur aduk menjadi satu. Itu terjadi sore kemarin (21/2) ketika saya iseng-iseng membaca sebuah artikel di dashboard Kompasiana, dengan judul "Sesuatu" yang Haram dari Indomie. Awalnya pas mengetahui sang penuli, Hazmi Srondol, saya mengira postingan tersebut merupakan cerita humor.

Sebab, Bang Srondol -biasa saya memanggilnya- identik dengan tulisan yang jenaka karena selain profesinya sebagai Novelis komedi, beliau juga seorang Kompasianer aktif yang hobi menulis di kanal humor. Saya hampir tertawa saat melihat judulnya yang terkesan menggelitik dengan menekankan "Sesuatu" yang merupakan plesetan dari seorang musisi lokal.

Namun, apa daya saat mengetahui tulisan itu sangat serius. "Sesuatu" dari Bang Srondol ternyata menyiratkan kekecewaan beliau akibat dibohongi konsultan hukum maupun pihak produsen sebuah mie. Dengan seksama saya membaca tulisan panjang nan getir itu dari awal sampai paragraf terakhir hingga ke puluhan komentar yang masuk secara berulang-ulang. Setelah mengetahui ihwal masalahnya, saya baru menyadari kalau Bang Srondol dibohongi alias kena tipu, atau bahasa gaulnya, Janji-janji Surga (JJS).

Seingat saya, bukan kali pertama penulis "Srondol Gayus ke Italy" ini menelan pil pahit seperti  itu. Tahun lalu, tepatnya April 2012, pengagum klub raksasa Italia, AC Milan, ini pernah kecewa akibat beberapa foto koleksi hasil reportase Stand Up Comedy yang dipasang di Kompasiana, "dicomot" mentah-mentah untuk dijadikan buku berjudul "Potret STAND UP COMEDY, Strategi Menjadi Comedian Handal".

Ah, dua hantaman yang menyakitkan bagi blogger asal Srondol, Jawa Tengah tersebut. Ini membuktikan bahwa tulisan maupun foto-foto seorang blogger di dunia maya (Kompasiana, Blog pribadi, Facebook, Twitter, dan lainnya) rentan disalahgunakan pihak lain demi mengeruk kepentingan.

*     *     *

Dari blogger Kompasiana -atau biasa disebut Kompasianer- tidak hanya Bang Srondol yang mengalami. Melainkan juga beberapa Kompasianer lainnya, dengan "kasus" yang sedikit berbeda, Ahmad Tzer Blezinsky, Elizabeth Murni, dan Dzulfikar. Bahkan, hal ini menimpa Admin Kompasiana, Iskandar Zulkarnaen, ketika beberapa fotonya pernah "dicomot" sebuah media mainstream ternama!

Menilik beberapa contoh tersebut, sebagai sesama Kompasianer, terus terang saya sendiri menjadi ngeri. Sebab, itu membuktikan betapa lemahnya perlindungan terhadap hasil karya sang blogger di dunia maya. Pasti, mereka kecewa sebab, sudah capek-capek meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menulis dan mengunggah foto, eh, hasil karyanya dicomot begitu saja. Meski, terdapat anggapan bahwa sebuah hasil karya (baik tulisan, foto, dan sebagainya) yang sudah diunggah di internet, menjadi milik publik. Tetap saja, itu tidak dapat dibenarkan. Minimal, jika ingin "mengambil" harus izin terlebih dahulu dari sang empunya.

Saya jadi teringat dengan kisah peperangan dalam novel setebal lebih dari seribu halaman yang kerap menjadi alas tidur saking tebalnya, "Romance of the Three Kingdoms". Dalam sebuah situasi sulit, Perdana Menteri Wei , Sima Yi (abad ketiga Cina), menyebut ada lima kemungkinan di dalam perang:

- Jika dapat melawan, maka lawanlah
- Jika tidak dapat melawan, maka bertahan sebisa mungkin
- Jika tidak bisa bertahan, maka berusaha untuk lari
- Jika tidak dapat lari, maka kibarkan bendera putih (menyerah)
- Jika tidak bisa menyerah, pasang sebuah peti mati di hadapan musuh (pasrah)

Tentu, tidak tepat menganalogikan kondisi perang itu dengan situasi di dunia blogger saat ini yang terpaut 18 abad. Tapi, setidaknya sebagai blogger bisa memilih opsi yang pertama. Bukan hanya untuk menuntut hak dari blogger itu sendiri, melainkan juga sebagai terapi kejut (peringatan) agar masalah seperti ini tidak terulang di lain hari...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun