Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Karma: Cepat Datangnya," Sebuah Pencerahan dalam Pencarian

10 Juli 2012   08:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:06 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_187114" align="aligncenter" width="461" caption="Cover buku Karma... (dok. pribadi)"][/caption] "Sesuatu tampaknya berasa pahit, tapi ternyata itu tak menyehatkan, menyelamatkan. Semakin cepat memahami ini, seseorang tak perlu merasakan penderitaan panjang dalam hatinya."

*     *     *

Mengapa Doaku Tak Terjawab? Aku sudah bekerja keras, aku sudah bekerja giat, aku sudah bekerja tekun, aku sudah berdoa siang-malam, mengapa rezekiku segini-segini saja. Aku mau uang banyak, mengapa Tuhan tak berikan. Tuhan tidak adil. Tuhan pilih kasih. Tuhan kejam... Jawaban tanpa suara: Kamu mau uang banya, untuk apa? Aku belum memberimu uang banyak, karena kamu akan sombong dengan uang banyak itu. Aku belum memberimu uang banyak, karena kamu akan merendahkan manusia lain, karena kamu akan membeli harga diri orang lain, dan kamu akan sombong dan lupa diri dengan uang yang banyak itu... Untuk apa kamu punya uang banyak, kalau kamu tidak ingat fakir miskin dan anak yatim? Untuk apa kamu punya uang banyak, kalau kamu tidak ingat Ibu-Bapakmu? Untuk apa kamu punya uang banyak, kalau itu justru menjauhkanmu dari Tuhan-mu? Pantaskan dulu dirimu untuk memiliki uang banyak itu, hingga kamu benar benar siap untuk menerima anugerah berupa rezeki yang cukup untuk dirimu, keluarga maupun orang-orang disekitarmu. "Setiap doa pasti dijawab, jawabannya tidak selalu sama persis dengan yang kita minta. Jawabannya pasti demi kebaikan kita. Segalanya jelas bagi yang sudah mengerti..." (Hal 88, bab II - Cermin)

*     *     *

JAKARTA – Membaca buku Karma, Cepat Datangnya, karya Ibu Arimbi Bimoseno, Kompasianer yang biasa menulis fiksi dan juga rubrik kejiwaan ini, sungguh terasa berat. Bukan karena tebalnya buku yang berjumlah 204 halaman, ataupun genre dari buku yang saya dapat hari Sabtu (7/7) ini bertemakan motivasi. Tetapi, karena intisari dalam buku perdana dari sosok Ibu rumah tangga yang mempunyai motto "bukan siapa-siapa" inilah yang sangat luas untuk dicerna sekaligus tidak mudah dipahami hanya dengan sekali-dua kali baca. Buku Karma, sangat kompleks dalam menuturkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan manusia, baik dari sisi filosofi maupun mengenai tatanan sebab-akibat dari suatu makhluk hidup. Seperti penuturannya sendiri saat kami berkomunikasi beberapa waktu yang lalu, Ibu Arimbi mengatakan bahwa buku perdananya tersebut hanyalah tulisan-tulisan pendek saja. "Buku pertama sih mas, semacam buku pengembangan diri gitu, ada kisah-kisah juga, tulisan pendek yang bisa dibaca secara bebas dari mana saja" ujarnya melanjutkan. "Atau bisa disebut sebagai buku kejiwaan, untuk hiburan yang menenangkan diri." "Karma..." terbagi dengan empat bab yang terdiri dari 76 tulisan. Banyak kisah inspiratif dan renungan yang dapat digali dari buku terbitan Elexmedia Computindo tersebut. Seperti dalam kisah Karma, Cepat Datangnya, di halaman 114, bab ketiga - peristiwa. Bercerita mengenai seorang gadis yang diam-diam mengendari sepeda motor keluarganya tanpa seizin sang Kakek yang kerap melarang, akhirnya mendapatkan sebuah karma. Ketika tidak sampai berapa lama setelah menjalankan motor, nasib naas menimpanya. Dari arah berlawanan datang sepeda motor yang berlari sangat kencang, hingga keduanya bertabrakan... Dalam pemikiran sang gadis, tentu ia tidak menyangka akan mendapat karma secepat itu. Sebagaiman lazimnya, kita, yang termasuk dewasa, tentu hanya mengetahui bahwa karma adalah sebuah hukum alam, sebab-akibat hasil perbuatan dahulu. Padahal sejatinya, yang namanya hukum alam, tentu tidak mengenal waktu, ruang dan dimensi apapun. Andai saja sang gadis itu mengikuti nasehat sang Kakek, bahwa belum waktunya untuk anak seusia dia untuk mengendarai sepeda motor, tentu ia akan selamat. Namun, ia sama sekali tidak menghraukan perkataan sang Kakek yang hanya didengar dengan teling, bukan dengan hati! Akibatnya, sang Kakek hanya dapat meratapi akhir tragis dari kelakuan nekat sang gadis, yang terkena karma. Saat gadis itu tersenyum, orang lain balas tersenyum secepat karma terjadi. Begitu juga ketika ia terlihat cemberut atau sedang memaki. Maka secepat itu juga karma terjadi, tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu.

*     *     *

Selain dua tulisan tersebut, masih banyak lagi kisah-kisah renungan yang dapat dipahami dengan seksama tanpa perlu harus dihafalkan dari sebuah buku, berjudul Karma: Cepat Datangnya. Termasuk dalam menemukan jawaban dari lentera hati kita, yang membacanya, tentang hidup selaras dengan hukum alam tanpa perlu melenceng dari jalurnya. Usai membaca buku ini, saya jadi mengetahui bahwa karma, tidak mungkin dapat dihindari. Namun, karma justru harus dihadapi, agar apa yang terjadi di masa lalu, masa kini dan masa depan, akan selaras dengan apa yang dilakukan. [caption id="attachment_187115" align="aligncenter" width="461" caption="KARMA, Cepat Datangnya: Cermin Kehidupan dan Pengukur Diri"]

13419051361906690864
13419051361906690864
[/caption]

*     *     *

Judul : Karma, Cepat Datangnya Penulis : Arimbi Bimoseno Penerbit : Elex Media Computindo Tahun Terbit : Juni 2012 Jumlah Halaman : 204 Genre: Motivasi dan Inspirasi ISBN : 978-602-00-2822-4

*     *     *

- Jakarta, 10 Juli 2012

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun