Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Polisi Menggugat

5 Januari 2012   02:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:19 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi-lagi tamparan keras mengenai wajah kami
Biru lebam menghiasi sekujur tubuh ini
Bak seorang pesakitan yang sering dicemooh oleh seluruh warga
Turut dihinakan sejak awal tahun hingga akhir tahun lalu

Mereka Sang Pencaci, Sang Angkara Murka, Sang Begawan serta bergaya Sastrawan
Selalu menyindir kami semua dengan doktrin lama
Bahwa hanya ada tiga dari ratusan ribu personel kami yang benar-benar berkelakuan baik
Almarhum Senior kami, Pak Hoegeng, patung polisi, serta yang terakhir polisi tidur...

Duh Gusti, sindiran ini yang kerap membuat merah
Malu bertubi-tubi semenjak awal milenium
Sampai dengan saat ini telah satu dasawarsa lamanya
Adakalanya, tatapan nyinyir dari masyarakat yang kami terima
Malu yang membuat anak kami risih saat diantarkan ke sekolah
Malu yang membuat keluarga kami lesu tak bergairah ketika ada acara keluarga
Malu yang membuat Orang Tua, Anak, Istri, serta Mertua
ketika kami hanya dapat menunduk saat sedang berjalan di sebuah pusat perbelanjaan
Juga malu ketika samprokan dengan pengendara yang melanggar peraturan di lampu merah
Pikir mereka, Damai saja Pak!

Ah, tahukah kalian ini Tuan-tuan
Para begawan,
Bahwa kami juga manusia biasa
Adakalanya mengakui bahwa sering berbuat khilaf
Bukan sering, malah terlampau sering!

Tak tahukah tuan,
Bagaimana perasaan kami yang sebenarnya?
Bagaimana perasaan anak kami dirumah ketika tahu Ayahnya selalu di cerca?
Bagaimana perasaan Orang Tua kami saat melihat anaknya di cela sedemikian rupa?
Atau
Bagaimana kalau Tuan sendiri yang berperan sebagai kami?

Tragedi demi tragedi yang terjadi
Mulai dari A, B, C, hingga D...
Namun satu,
Kami siap dicaci, dimaki, bahkan ditikam dari belakang sekalipun
Tetapi, berilah dukungan moral kepada kami
Saat batin ini terpuruk
Saat jiwa ini tersakiti
Saat tubuh ini berlumur darah
Berilah dukungan dan semangat untuk kami
Sebagaimana kami sendiri adalah manusia biasa

Meski jauh lebih banyak kelakuan kami yang kurang baik
Setidaknya, ada beberapa dari kami yang telah berbuat kebajikan
Desingan peluru, sabetan senjata tajam, kiriman jarum hingga ancaman kematian
Yaitu kiriman bom yang meledakkan salah satu dari kami hingga tewas
Dari sudut ke sudut Nusantara lainnya
Yang pasti, kami mencoba untuk berbuat kebaikan
Meski dimata masyarakat hanya terlihat sedikit
Walau itu sekadar,
menyingkirkan kerikil di jalan raya...

*   *   *

- menelaah sisi lain dari seorang aparat penegak hukum...

*   *   *

Djembatan_Lima 05 Januari 2012 (09:10 wib)

- Choirul Huda (CH)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun