Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Sisi Lain Dahlan Iskan

9 Oktober 2014   11:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:46 3595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang menarik ketika selesai membicarakan persoalan sepak bola dan olahraga di tanah air, Dahlan kembali menceritakan masa lalunya. Salah satunya mengenai kisah cintanya dengan sang istri, Nafsiah Sabri. Dengan gaya yang humoris, Dahlan menuturkannya secara perlahan. Terlebih setelah tahu, saya memang belum berumah tangga.

"Dulu, saat kuliah tahun 1970-an, saya benci tentara. Karena mereka sering bertindak semena-mena terhadap rakyat jelata. Maklum, saya ini orang melarat. Ayah dan ibu saya bukan dari kalangan berada, melainkan hanya petani. Tapi, sejak kecil, saya berusaha untuk mandiri dan berusaha, berusaha, serta berusaha," ucap Dahlan yang diamini asisten pribadi serta sopirnya yang turut menyimak.

"Tapi, saking bencinya, malah saya dapat pacar dari anak tentara yang kini menjadi istri," Dahlan mengungkapkan dengan jenaka yang disambut tawa kami di dalam mobil.

*       *       *

Ya, banyak sisi lain dari Dahlan yang baru saya ketahui. Maklum, sebelum menemuinya, saya memang membekali diri dengan membaca beberapa riwayat hidupnya melalui biografi, otobiografi, atau tulisannya di berbagai media cetak dan online. Ternyata, Dahlan memang lain daripada yang lain. Beliau itu mewakili karakter orang Jawa Timur yang keras di luar tapi lembut di dalam. Itu terlihat ketika kami bersiap makan, tanpa diduga beliau langsung menyendokkan bubur ke mangkok saya. Seumur-umur, saya baru kali ini mendapat "jamuan" istimewa dari seorang pejabat!

Karena itu bagi yang belum mengenalnya secara langsung, akan melabeli Dahlan sebagai sosok yang urakan. Meski begitu, Dahlan merupakan pribadi yang tegas. Itu diiyakan salah satu petugas di kantornya saat saya menungguinya yang menyebut Dahlan tidak pantang bulu kepada bawahannya. Salah kena omel dan jika benar akan mendapat pujian.

Sisi lain Dahlan mengenai benci-membenci pun berimbas pada kariernya. "Waktu masih jadi pengusaha, saya benci sekali dengan yang namanya PLN. Soalnya, listrik sering padam. Eh, takdir membawa saya menjadi Direktur Utama PLN. Karena itu, kamu -maksudnya saya- jangan pernah membenci sesuatu, ntar malah kebalikan," tutur Dahlan, kali ini dengan sikap yang sungguh-sungguh.

[caption id="attachment_328066" align="aligncenter" width="491" caption="Pak DI saat menyemangati pendonor darah"]

14128049281076804508
14128049281076804508
[/caption]

*       *       *

[caption id="attachment_328067" align="aligncenter" width="491" caption="Disendoki bubur yang membuat saya salah tingkah"]

14128050061890785080
14128050061890785080
[/caption]

*       *       *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun