Mohon tunggu...
Muhammad Rodinal Khair Khasri
Muhammad Rodinal Khair Khasri Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Peneliti di Collective Academia/ Co-Founder/ Koordinator Bidang Religious dan Cultural Studies; Alumnus Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada; sekarang berdomisili di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pengantar Hermeneutika Gadamer

25 Maret 2020   14:45 Diperbarui: 25 Maret 2020   15:05 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://media.gettyimages.com/

Hans-Georg Gadamer merupakan filsuf jerman yang memiliki kekhasan di dalam menelurkan pemikiran filsafatnya di bidang hermeneutika. Jika melacak latar belakang pemikirannya tentang hermeneutika, terdapat sosok Martin Heidegger yang tidak bisa dipisahkan dari keseluruhan bangunan pemikiran filosofisnya, terlebih dalam bidang hermeneutika. Ia merupakan murid Heidegger sekaligus penyempurna Heidegger. Maka tidak heran jika corak hermeneutika yang dibangun oleh Gadamer sangat kental dengan pembahasan ontologis serta berbeda dengan corak hermeneutika sebagai metode, seperti yang melekat pada hermeneutika yang ditawarkan oleh Dilthey (Khasri, 2019: 50).

Dasar yang digunakan Gadamer di dalam membangun hermeneutikanya banyak ia ulas dalam bukunya yang berjudul Truth and Method. Ia mengawali bukunya itu dengan pembahasan tentang permasalahan metode (the problem of method). Ia menekankan pada pengaruh besar ilmu alam di dalam perkembangan filsafat (Khasri, 2019: 51).

The logical self-reflection that accompanied the development of the human sciences in the nineteenth century is wholly governed by the model of natural sciences. A glance at the history of the word "Geisteswissenschaft" shows this, although only in its plural form does this word acquire the meaning familiar to us (Gadamer, 2004:3).

Implikasi dari imperialisme ilmu alam terhadap ilmu kemanusiaan (human science/Geisteswissenschaft) adalah tuntutan untuk dapat membahasakan ilmu kemanusiaan dengan bahasa sains. Hal yang paling jelas dari keterpengaruhan itu adalah pada "refleksi-diri logis" yang merupakan bagian dari pembahasaan ilmu kemanusiaan dengan bahasa sains yang dilegitimasi sebagai hal yang ilmiah. Bisa dilihat contoh lainnya pada pengaruh yang ditimbulkan oleh para filsuf positivisme-logis yang berdampak pada penilaian bahwa apa pun yang tidak dapat dijelaskan dengan cara sains maka ia adalah meaningless. "Kultus" metode itulah yang dikritik habis-habisan oleh Gadamer melalui Truth and Method (Khasri, 2019: 51).

Komponen Hermeneutika Ontologis Gadamer

  • Bildung 

Bildung dalam bahasa Jerman bermakna kebudayaan yang membentuk formasi, sehingga terdapat hubungan yang kuat di antara anasir-anasir yang terhimpun membentuk formasi kebudayaan. Dalam penjelasan lain, bildung dapat dipahami sebagai pendidikan dan kebudayaan yang memengaruhi subjek, tentang bagaimana subjek berkembang, mengalami perkembangan, dan mengalami transformasi (Khasri, 2019: 28).

Gadamer (2004:8-9), menjelaskan bahwa konsep tentang Bildung mengindikasikan perubahan/transformasi intelektual yang mendalam. Hal penting pertama yang perlu untuk diperhatikan di dalam memahami Bildung adalah ide awal tentang "natural form" atau bentuk natural---yang mengarahkan kita pada penampilan fisik (external appearance) (bentuk anggota badan, dan bentuk pasti dari sebuah figur) dan secara umum mengarah pada bentuk-bentuk alami yang terdapat di alam, misalnya formasi pegunungan---pada waktu yang bersamaan terpisah dari keseluruhan bangunan pemikiran baru.

Setelah keterpisahan itu, Bildung secara intim terhubung dengan pemikian sebagai produk kultur dan secara khusus menunjukkan tentang upaya manusia di dalam mengembangkan potensi lahiriah dan kapasitasnya sebagai subjek yang dapat berpikir.

Manusia dikarakterisasikan oleh keterpisahannya dengan yang "langsung" dan yang "alami" di mana hal tersebut merupakan sisi intelektual dan rasional dari sifat alaminya. Dalam konteks ini, manusia juga tidak dideterminasi oleh kondisi alamiahnya---dengan demikian manusia membutuhkan Bildung. Sebagaimana apa yang telah disebutkan oleh Hegel tentang bentuk alamiah dari Bildung bergantung pada universalitasnya. Di dalam konsepnya tentang universalitas, Hegel menawarkan konsepsi yang utuh tentang keterkaitan pengalaman hidup berikut pemahaman tentangnya, dengan Bildung.

Universalisasi bentuk alamiah Bildung tidak terbatas oleh teori-teori Bildung dan bukan berarti hanya sebuah orientasi teori sebagai bentuk yang kontras dari suatu hal praktis, melainkan menyelimuti karakter esensial dari rasionalitas manusia secara menyeluruh. Hal itu merupakan alamiah universal dari Bildung manusia di dalam membangun dirinya sebagai makhluk intelektual universal (Gadamer, 2004:11).

Oleh karena itu, Bildung, sebagai proses universalisasi, merupakan tugas bagi manusia. Proses tersebut menuntut manusia untuk mengesampingkan partikularitasnya demi mencapai sebuah universalitas. Namun, Gadamer mengkritisi bahwa mengesampingkan hal yang bersifat partikular dalam kehidupan subjek merupakan hal yang agak sedikit negatif---sebagai manusia---karena berarti mengendalikan hasrat. Oleh karenanya, menuntut subjek untuk bebas dari kondisi sebagai objek hasrat serta bebas agar menjadi objektif (Gadamer, 2004:11).

  • Keterpengaruhan Sejarah (Wirkungsgeschichte) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun