Mohon tunggu...
Rodif Bosid
Rodif Bosid Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sedang menempuh pendidikan tinggi di salah satu PTN Tanah Air. Ingin mencintai Tanah Air ini dengan sepenuh hati.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Diskusi Online tentang Pendidikan

4 April 2013   07:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:45 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13650095091848458815

Sudah sewajarnya sebagai orang yang terdidik kita berbicara tentang masa depan negeri ini. Apalagi jika melihat kenyataan yang terjadi sekarang ini. Negara kita yang katanya besar kini sedang mengalami krisis yang sangat akut. Khususnya krisis moral. Maka dari itu saya pikir menjadi hal yang penting terutama bagi kaum pergerakan untuk mengintensifkan ruang-ruang pendiskusian sebagai pemupukan nalar kritis kaum muda khususnya.

Teringat sebuah perkataan dari salah satu rekan HMI yang dalam sebuah diskusi menyebutkan bahwa sebenarnya sudah menjadi sebuah keharusan bagi kita sebagai mahasiswa untuk berdiskusi dalam setiap ruang dan waktu. “Diskusi itu alamiah, kalau bisa jangan direncanakan atau dijadwalkan, karena efeknya akan beda,” ujarnya.

Tentu ini sebuah hal yang tidak asing lagi bagi warga pergerakan yang hampir setiap waktunya ketika berkumpul di manapun tempatnya selalu berbicara tentang banyak hal mulai dari kuliah hingga ngomong negara. Benar apa yang disampaikan oleh rekan saya itu, sebagai mahasiswa harusnya kita jangan skeptis jika mendengar kata diskusi. Mau jadi apa bangsa ini jika kaum mudanya saja sudah tidak mau lagi memikirkan nasib bangsanya di masa mendatang.

Status Kritis

Siang ini ketika sedang berselancar di dunia maya, sembari kepo orang-orang yang menarik untuk dikepo lewat Facebook tiba-tiba muncul sebuah status dari seorang senior di PMII yang agaknya melawan arus kebanyakan orang yang aktif update status di Facebook. Di tengah status-status yang cenderung alay seniorku tersebut malah menulis sebuah status yang kritis. Dia bicara tentang permasalahan bangsa ini yang begitu komplek. Begini pernyataannya:

Indonesia ini luas, begitu juga dengan permasalahan yang dihadapinya. Bolehlah berimpian untuk memajukan bangsa ini sebagaimana banyak diceritakan dalam buku-buku pelajaran sekolah dulu. Tetapi minimal ada satu permasalahan yang fokus untuk digarap. Misalnya di bidang pendidikan kah, kesehatan, ekonomi, politik, agama, budaya, atau lainnya. Monggo dipilih…

Berawal dari status tersebut kemudian saya pun langsung mencoba untuk menanggapi. Dan kemudian disusul tanggapan oleh para senior yang lain. Pendiskusian menjadi semakin menarik ketika saya mengerucutkan garapan permasalahan ke salah satu bidang, yakni pendidikan.

Menanggapi apa yang dibahas di ruang maya tersebut pendapat saya pribadi adalah seperti ini.

Bagi saya dari berbagai masalah yang ada yang paling tepat untuk dijadikan sebuah awalan adalah masalah pendidikan. Karena dari pendidikanlah karakter dari manusia akan terbangun. Yang tadinya tidak tahu menjadi tahu.

Pendidikan berkarakter yang kini sedang digembar-gemborkan oleh berbagai pihak merupakan sebuah solusi yang harus segera dijalankan. Namun pada kenyataannya penerapan dari pendidikan berbasis karakter tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh proses yang lama. Dibutuhkan para pendidik yang memang tahu betul apa itu pendidikan karakter dan bagaimana cara mengideologisasikannya.

Saya ambil contoh di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS. Jargon yang mereka gunakan sungguh sangat gagah, “Berkarakter, Kuat, dan Cerdas.” Sebenarnya dari jargon yang mereka gunakan jika mampu mengimplementasikannya akan sangat cespleng dan tentu akan mengubah pola pikir masyarakat Indonesia secara umum. Tapi apa kenyataannya? Lagi lagi jargon hanya sebatas jargon. Jargon adalah simbol pemanis untuk sebuah institusi di negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun