Mohon tunggu...
Rodame Napitupulu
Rodame Napitupulu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan

Seorang ibu, memiliki tiga orang anak, senang menulis dan ingin berbagi melalui tulisan. Kini berprofesi sebagai Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan. Salam sehat dan sukses selalu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Budaya Bersih dan Senyum Dimulai dari Rumah

9 Oktober 2016   16:16 Diperbarui: 9 Oktober 2016   16:45 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nenek Berusia Seabad dan Cicitnya Membersihkan Halaman Rumah (Dok. Rodame)

"Hospitality....."

Yes, satu kata yang sangat berkesan buat saya. Dalam sebuah video di Youtube, seseorang yang mengatasnamakan akun Prepare to Serve! mengupload sebuah video yang berjudul "What Indonesian people are like", di video tersebut orang asing tersebut menyebutkan bahwa yang disukainya dari masyarakat Indonesia adalah keramahan atau dalam bahasa Inggris adalah hospitality. 

Saya makin yakin, kalau masyarakat Indonesia memang sudah dikenal begitu ramah oleh orang asing. Saya membayangkan jika keramahan tersebut dibalut dengan senyuman yang hangat. Tentu saja, siapapun akan sangat senang berkunjung ke Indonesia. Jangankan orang asing, saya sendiri jika bertemu dengan orang Indonesia yang ramah dan murah senyum rasanya hati ikut meleleh. Bukannya apa-apa, saya sendiri merasa budaya senyum itu kini mulai memudar. 

Di video lainnya di Youtube saya juga menonton tentang pendapat orang asing tentang Indonesia dan masyarakatnya. Kali ini seorang perempuan asing yang menjawab pertanyaan tersebut. Jawaban yang paling berkesan buat saya adalah dia ingin memiliki waktu lebih di Indonesia agar bisa menjelajahi pulau-pulau di Indonesia. 

Sebagai orang Indonesia, saya sendiri suka sekali berbagai pantai dan laut di Indonesia meskipun saya belum mengunjungi semua pantai di Indonesia tapi beberapa seperti pantai Pandan di Sibolga, pantai Parangtritis di Jogja, beberapa pantai di daerah Wonosobo sudah pernah saya kunjungi ketika masih single dulu. Tahu apa yang paling saya suka ketika di pantai? iya, bermain pasir, berlari-larian sambil memandang langit biru dengan hembusan angin yang menyegarkan. 

Apalagi kalau sedang beruntung, saya bisa menyaksikan para nelayan yang habis melaut, ada berbagai jenis ikan dan hasil tangkapan lainnya yang membuat saya kagum dan mengundang selera makan seafood saya. Hehe. Semua meninggalkan kenangan yang indah. Rasanya ingin mengulang kembali, kali ini bersama keluarga tentunya.

Kedua video tersebut memberi kesan pada saya bahwa Indonesia memang dikenal akan keindahan pulau-pulau yang dikelilingi pantai dan laut, ditambah lagi masyarakatnya yang ramah. Anugerah dari Tuhan yang patut disyukuri oleh kita semua, masyarakat Indonesia. Sayangnya, baru-baru ini saya mendengar kabar dari teman yang berdomisili di kota Sibolga, pantai Pandan dimana kami dulu sering bermain ketika SMA, sekarang ini sudah mulai kotor, banyak orang tak bertanggung jawab membuang sampah sembarangan. 

Akibatnya main di pantai Pandan sudah tidak nyaman lagi, beberapa bahkan membuang *maaf kotorannya di sepanjang pantai tersebut. Itu benar-benar berita buruk bagi saya. Jika keadaan pantai sekotor itu, meskipun masyarakatnya ramah luar biasa dengan senyuman yang termanis sekalipun, rasanya siapapun akan ilfeel (ilang feeling) berkunjung kesana. Gara-gara kesalahan di salah satu pantai di Indonesia, kuatirnya malah merusak citra pantai-pantai lainnya di Indonesia. 

Ternyata, benar sekali budaya senyum tanpa bersih itu akan sia-sia, sebaliknya budaya senyum tanpa bersih pun juga akan nihil hasilnya. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim) baru-baru ini mencanangkan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS) yang dimulai pada 19 September 2015. Hal tersebut sejalan dengan Gerakan Nasional Revolusi Mental. 

Saya sendiri sangat sepakat dengan gerakan tersebut. Dengan tujuan membangun sikap mental masyarakat Indonesia agar peduli dengan kebersihan lingkungan, berkepribadian ramah dan murah senyum. Harapannya kelak sebagai pembuka jalan bagi kekuatan Indonesia untuk menjadi poros maritim dunia. Tentu saja ini adalah tujuan mulia dan sudah tugas kita sebagai masyarakat Indonesia mendukung dan mewujudkannya bersama-sama.

Dalam bernegara, rumah tangga adalah bagian yang terkecil. Kesuksesan sebuah negara dalam pencapaian sebuah tujuan juga bergantung pada tiap rumah tangga. GBBS tersebut misalnya, sangat mungkin untuk dilakukan dengan dimulai dari rumah tangga masing-masing. Di rumah, saya memiliki nenek yang usianya seabad lebih. Nenek selalu rajin membersihkan halaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun