Mohon tunggu...
Rio Rocky
Rio Rocky Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa semster 5 di Sekolah Tinggi Teologi Indonesia Bagian Timur di Makassar (STT INTIM MAKASSAR)

Saya menyediakan beberapa tulisan yang mungkin menurut anda menarik dan mungkin juga menurut anda tidak menarik. Jika menarik berikan saya rating, dan komentar, jika tidak menarik silahkan skip.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pohon Enau Sebagai Pohon Kehidupan bagi Masyarakat Desa Tontowea

2 November 2022   14:55 Diperbarui: 2 November 2022   15:05 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Pohon Enau Sebagai Pohon Kehidupan Bagi Masyarakat Desa Tontowea "

Menurut Martin Lukito Sinaga dalam buku "Masyarakat Adat", ada sebuah pemikiran baru terhadap perjumpaan Kekristenan dan adat. Martin Lukito menjelaskan sebuah pengertian kristi yang baru yaitu mengakui dirinya sebagai bagian dari realitas kemajemukan dan hal ini turut membentuk dan identitas kristiani. Atas perjumpaannya dengan agama leluhur dalam masyarakat adat maka dapat dilihat bahwa Tuhan selalu hadir dalam misteriNya, yang tidak terpikirkan oleh manusia. Kehadiran Tuhan dapat diwujudkan melalui ciptaanNya yaitu bumi. Dari spiritualitas agama leluhur, umat kristiani belajar bahwa manusia memiliki keterkaitan dan hubungan dengan ciptaan lain yang harmoni, damai, dan seimbang. [1]   Ini adalah tanda kedekatan manusia dengan Tuhan.

Adapun sikap dualistik, sikap ini memahami bahwa manusia terikat pada dua dunia, artinya tentang manusia hidup dengan mengimani kerajaan Allah dan hidup dalam dunia dengan nilai-nilai dalam masyarakat tetapi di antara keduanya tidak ada nilai yang mengikat satu sama lain. Sikap yang lain yaitu sikap transformatif, sikap ini menerima beberapa bagian dari budaya dan beberapa menolak bagian dari budaya. Artinya bahwa, mengkritisi nilai-nilai dari kebudayaan tersebut.[2]

Penulis coba memberi suatau sampel lokasi kebudayaan ketika Penulis melakukanPraktik Mandiri. Sekaligus refleksi menemukan Kristus pada suatu kebudayaan. Tepatnya pada Kabupaten Morowali Utara yang merupakan salah satu kabupaten yang berdiri pada propinsi Sulawesih tengah di Negara Republik Indonesia dan merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Morowali , Provinsi Sulawesi Tengah.

Kawasan Kepulauan Morowali Utara, terkhusunya suku Mori dan orang-orang yang berada di desa Tontowea. Desa Tontowea adalah Desa yang berada pada kecamatan petasia barat Desa Tontowea merupakan desa yang posisi geografisnya berada pada seputaran lingkar tambang. Para perusahan yang menambang mencari Nikel yang terletak pada perut pegunungan seputaran desa Tontowea. Alam Desa Tontowea begitu kaya akan sumber daya alam. salah satu potensi kekayaan yang menonjol adalah pohon Enau karena secara alamiah tumbuh dan berkembang diseluruh dan sekitar Alam Desa Tontowea.

 Pohon Enau disebut juga sebagai pohon kehidupan bagi masyarakat Desa Tontoea karena manfaat pohon ini mewarnai seluruh aspek kehidupan dan seluruh tatanan masyarakat Desa Tontoea Misalnya, Pohon jenis palem yang di sebut Pohon "Enau". Batang Pohon Enau dijadikan sebagai sagu yang dapat dimakan, nira pohon enau dapat diminum langsung dengan rasa yang begitu manis daunnya dapat digunakan sebagai atap rumah, kipas, alat dapur (nyiru, bakul,). Batang pohon Enau digunakan sebagai tiang rumah, petimati, penampung air, dll. Pelepahnya untuk membuat pagar,dinding rumah,kayubakar dll. [3]

Dan hal lain yang menarik dari pohon Enau adalah air Nira(air) yang manis dan para Penipar[4] ketika menampung air itu di ambil dan di masak sebagai gula merah dan ada yang di masak dengan cara di suling yang menghasilkan minuman bealkohol yang di namakan Cap Tikus. Dari hasil  dari air enau baik Cap Tikus dijual 10.000/Botol dan gula merah 50.000/Jergan 5L. Dari hasil-hasil ini dipakai untuk menunjang kehidupan keluarga sehari-hari bahkan menyekolahkan anak sampai gelar Magister dari hasil Tipar[5] itu

3.2 Refleksi Teologis Terhadap Makna Pohon Enau Sebagai Pohon Kehidupan

Dengan belajar dari kesaksian Perjanjian Baru(PB) merupakan tradisi-tradisi yang hidup dalam gereja mula-mula sudah terikat kemajuan tentang penggambaran siapakah Yesus. Hal itu didorong oleh situasi tertentu yang dihadapi oleh seseorang untuk mengartikan, memahami, memaknai Yesus dalam dinamika konteksnya. Atau dengan kata lain pemikiran umat dan pengungkapan ini ditentukan oleh kebudayaan dan tradisi religiusnya sendiri. Bahkan untuk memutuskan gelar apa yang harus diberikan kepada Yesus dalam dinamika kebudayaan.

Kehadiran Yesus dapat menciptakan situasi yang mengubah serta mempengaruhi hidup dan pemikiran manusia dalam konteksnya.  Maksud Yesus dalam kebudayaan memunculkan dialektika dari kasih dan hukum. Maka serentak membawa dampak perubahan sehingga bobot kebudayaan dapat dimengerti dan dipahami dalam konteks budayaannya. Dengan demikian kehadiran Yesus dalam kebudayaan membawa terobosan baru sehingga kebudayaan harus ditempatkan di bawah penyataan Allah.

Pengungkapan dan gelar siapa Yesus berdasarkan konsep kebudayaan juga terjadi pada masyarakat Desa Tontowea hal ini berdasarkan tradisi, kebiasaan, dan kebudayaan orang  Tontowea. Yesus sebagai Pohon Enau dan Alam Tontowea. Metafora Yesus sebagai Pohon Enau merupakan bagian dari pandangan Kristen bahwa ada diskontinuintas antara Allah dan alam. Pencipta tidak dipahami setara dengan alam. Yesus bukanlah pohon Enau dan sebaliknya pohon Enau bukanlah Yesus. Pohon Enau sebagai bagian dari ciptaan penuh dengan kemuliaan Allah. Sebagaimana pujian dalam Mazmur 19:2. Dengan pemahaman ini maka upaya menghayati Yesus dalam kehidupan orang  Tontowea akan terasa lebih hidup.

Allah telah mendatangi kita dalam diri Yesus Kristus. Di dalam Dia manusia berjumpa dengan Allah, karena Dia dan Bapa adalah satu (Yohanes 10:30). Yesus Kristus adalah Enau kehidupan dapat dipahami sebagai Allah di antara manusia. Makna kehadiran tidak terlepas dari pemahaman orang  Tontowea tentang hubungan mereka dengan pohon Enau. Hubungan yang dibangun oleh  Tontowea dan Enau diakui dari awal kehidupannya di dunia sampai seorang meninggal dan dikuburkan.

Apabila kita mengatakan "Yesus sebagai Enau Kehidupan" . Pernyataan ini tidak dimaksudkan untuk kita datang sujud sembah pada pohon Enau dan menyembahnya, sekali lagi tidak. Perhatian dan pemahaman kita diarahkan pada makna kehadiran pohon Enau yang begitu dekat dengan kehidupan Masyarakat Tontowea. Yesus sebagai Enau hadir dalam kehidupan kita. Dia terlibat dalam seluruh keberadaan kita. Bukan hanya ketika kita lahir ke dunia. Dia sudah turut memperhatikan kita ketika kita masih diangan dalam rahim ibu, Yesus sendiri dengan tangan-Nya yang berbekas paku menandakan menjadi manusia yang utuh. Dia hadir bersama dengan kita, ketika kita menangis, Dia datang mengusap air mata kita. Ketika kita tertawa karena sukacita Dia hadir dan berbagi sukacita dengan kita. Yesus melindungi kita dari ancaman. Dia melindungi kita dari hawa panas dunia yang membakar dan menghanguskan kita. Dia melindungi kita dari hawa dingin dan hujan yang dalat membuat kita mati kedinginan.

Menemukan Yesus dalam kehidupan konteks masyarakat Desa Tontowea, Dia digambarkan sebagai Enau kehidupan. Yang adalah pohon yang dapat memberi kehidupan bagi hidup mereka, itu terlihat dari lahir sampai mati. Orang  Tontowea memahami "Pohon Enau" sebagai "Pohon Kehidupan" bagi orang percaya dan bagi dunia. Kristus adalah pokok kehidupan bagi gereja sepanjang segala masa termasuk bagi orang  Tontowea dan orang lain.

Pohon Enau dalam konteks budaya Masyarakat Desa Tontowea sebagai kesatuan hidup mereka. Pemahaman orang  Tontowea tentang Enau sebagai pohon kehidupan bisa dikenakan kepada Yesus sebagai sumber kehidupan manusia. Tetapi yang perlu dicatat ialah Yesus tidak identik dengan Enau, tetapi Yesus jauh lebih dari pohon Enau. Yesus mempunyai banyak gelar seperti Yesus sebagai Kurios, Anak Allah, sebagai Yang Tunggal, sebagai Guru Agung dan banyak gelar lain. Karena itu kita dapat menyimpulkan bahwa pemahaman masyarakat desa Tontowea tentang Enau sebagai pohon kehidupan bisa menjadi salah satu konsep yang baik untuk memahami eksistensi Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun