Mohon tunggu...
nur rochmahcandra
nur rochmahcandra Mohon Tunggu... Freelancer - diurnal people

mahasiswa pendidikan biologi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Solusi Alternatif untuk Mengembalikan Waduk Lalung

2 Januari 2020   19:37 Diperbarui: 2 Januari 2020   20:05 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waduk Lalung dahulu (jatengprov.go.id)

Waduk Lalung merupakan waduk yang terletak di Desa Lalung, Kecamatan Karanganyar. Dibangun pada masa penjajahan Belanda-Jepang sekitar tahun 1940-an, dengan luas 7.394 h dan dapat menampung air dengan volume 5.000.000 m3.

Air waduk Lalung ini berasal dari sungai Jetis. seperti waduk-waduk yang lain, pembangunan waduk ini untuk pengairan sawah di sekitar waduk. Dulu keindahan waduk ini dapat di jumpai ketika matahari terbenam atau saat matahari terbit. ketika sore hari, sering dijadikan tempat bersantai, memancing, dan pertanian (Suwandi, 2011). 

Usai kemerdekaan Republik Indonesia, Waduk Lalung mengalami beberapa kali renovasi berupa penguatan tanggul agar tidak mudah jebol sehingga tanggul bisa dilalui oleh sepeda motor. Jika air sedang surut saat musim kemarau panjang, terlihat bekas pohon besar yang berlumut di dasar waduk.

Waduk Lalung sekarang (jawapos)
Waduk Lalung sekarang (jawapos)
Kondisi waduk Lalung sekarang ini mengalami permasalahan yaitu sedimentasi yang terjadi semakin tebal. Sedimentasi pada waduk Lalung ini sudah berlangsung cukup lama dan  semakin hari sedimentasi yang timbul semakin tebal. Penebalan sedimentasi pada waduk Lalung ini disebabkan saat musim kemarau ini waduk digunakan untuk lahan pertanian. Badan bendungan Waduk Lalung di dekat pintu air utama, longsor.

Petugas Operasi Waduk Tirtomarto Delingan, Ganjar Jannati menjelaskan, sedimentasi waduk semakin tebal karena adanya petani yang menanam palawija di dalam area waduk. Mereka memanfaatkan permukaan waduk mengering selama kemarau dengan menanam tanaman. Padahal sudah dipasang papan larangan menanam di lokasi tersebut (Perdana, 2019).

Nekatnya petani tetap menanam di waduk menyebabkan efek sadimentasi yang meningkat, tidak banyak pula makhluk hidup yang bertahan di waduk Lalung. Seringnya dilakukan pemancingan, menyebabkan jumlah ikan menurun.

Penurunan jumlah ikan dan makhluk hidup lain di waduk Lalung selain dari sedimentasi dan pemancingan, juga dipengaruhi oleh cuaca. Cuaca kemarau panjang membuat air di waduk menyusut terus menerus dan hamir tidak ada airnya lagi. Saat musim hujan ini, waduk Lalung mengalami kenaikan 5-10 cm

Menurut saya, solusi yang bisa ditawarkan untuk menghidupkan waduk Lalung kembali bisa dengan cara, pertama memperbaiki badan bendungan waduk Lalung dekat pintu air utama yang longsor dari tahun 2017 dan belum diperbaiki. Setelahnya bisa dilakukan mengerukan untuk sedimentasi yang semakin tebal.

Pembangunan dan pengerukan ini pasti memakan waktu yang lama, setelah hal tersebut sudah dilakukan, pada musim hujan ini debit waduk Lalung yang bertambah dan meningkatkan air didalamnya lalu bisa diisi planton, bentos, dan ikan sebagai pengukur kebersihan air tersebut.

Setelah stabilnya keadaan waduk, dapat diterapkan peraturan aru yang dapat membuat warga menjaga kelestarian waduk Lalung yang dapat membantu irigasi perkebunan disekitar waduk tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun