Mendekati hari pencoblosan Pemilihan Presiden 2019 perang isu makin masif. Pun begitu dengan upaya mobilisasi massa untuk memastikan kandidat tertentu.
Beberapa waktu lalu, Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto--Sandiaga Uno, Andre Rosiade, mengatakan, paslon 02 hanya bisa dikalahkan dengan kecurangan.
Karena itu, ia meminta masyarakat untuk menjaga suara mereka mulai dari tempat pemungutan suara (TPS).
Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf menilai seruan BPN Prabowo-Sandi agar massa mengawal tempat pemungutan suara merupakan upaya intimidasi pemilih. Apalagi hal itu diikuti dengan klaim bahwa ubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno hanya bisa dikalahkan dengan kecurangan.
BPN Prabowo-Sandiaga sedang membangun pola bahwa tidak ada yang dapat mengalahkan kubunya, kecuali kecurangan. Sementara hingga saat ini belum ada yang bisa menjamin siapa pemenang Pemilu.
Klaim sepihak dari kubu Prabowo itu sangat berbahaya. Karena bila benar dia akan kalah, maka bisa menyulut pertikaian di masyarakat.
Klaim bahwa mereka hanya bisa kalah karena curang juga menunjukkan upaya sistematis untuk mendelegitimasi KPU dan Bawaslu. Dengan narasi itu, mereka sedang membangun isu bahwa kedua lembaga negara penyelenggara Pemilu itu tidak netral.
Dengan eskalasi isu seperti itu, masyarakat sebaiknya tak perlu percaya dengan narasi BPN Prabowo-Sandi di atas. Kita harus yakin penyelenggaraan Pemilu ini sudah baik dan benar.
Kita juga tak perlu mengikuti arahan mobilisasi yang dapat memicu gesekan antar masyarakat tersebut. Jangan sampai hanya karena ambisi memburu kemenangan harus mengorbankan kerukukan masyarakat.