Diakui atau tidak, masyarakat Aceh banyak yang trauma dengan aksi kekerasan. maklum saja, selama beberapa dekade lalu perang berkecamuk di sana. Operasi militer merupakan makanan sehari-hari.
Oleh karena itu, masyarakat Aceh menilai Pemilihan Presiden kali ini adalah sebuah pertaruhan. Mereka tidak mau memilih pemimpin yang memiliki tradisi kekerasan atau dari militer.
Warga Aceh khawatir bila pemimpin dengan karakter keras, otoriter, dan mantan militer akan mendorong adanya kekerasan kembali di sana. Untuk itu, mereka tak mau memilih capres yang berlatar belakang militer.
Selain itu, masyarakat Aceh juga akan lebih memilih pemimpin yang punya semangat keislaman yang kuat. Pemimpin, bagi mereka, adalah imam. Karenanya dia memilih imam yang taat beragama.
Karena, pada abad pertengahan lalu, masyarakat Aceh sudah memiliki semangat gigih untuk menjadikan peradaban Nusantara berdasarkan dengan nilai-nilai Islam.
Dari keinginan tersebut tersirat bahwa hanya Jokowi-Maruf Amin yang patut dipilih. Karena Jokowi bukanlah dari kalangan militer dan tidak berwatak otoriter, plus wakilnya adalah ulama.
Itulah pilihan terbaik dan paling logis bagi rakyat di Aceh. Pembangunan di negeri serambi mekah itu akan maju.