Mohon tunggu...
Robi Tri Wahyudi
Robi Tri Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seseorang yang menyukai jingga di kala senja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Teknologi Bukan Pengganti Peran Guru

2 Desember 2022   21:41 Diperbarui: 2 Desember 2022   21:52 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pandemi Covid 19 memberi beberapa dampak di berbagai sektor. Tak terkecuali di sektor pendidikan. Selama beberapa bulan sekolah mesti menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh, tanpa tatap muka, dan siswa belajar di rumah. Saat kondisi pandemi sudah terkendali pun, pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara tatap muka terbatas, artinya kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan dan dipadukan dengan belajar jarak jauh secara daring. Disinilah teknologi memiliki peran selama pandemi. 

Banyak cerita dari para guru, yang dulunya tidak bisa membuat video pembelajaran, menyediakan media pembelajaran interaktif berbasis internet, menyelenggarakan pembelajaran secara teleconference (seperti zoom meeting dan google meet), atau bahkan mengoperasikan laptop, akhirnya “terpaksa bisa”. Dahulu, pembelajaran secara daring (dalam jaringan) adalah sebuah opsi atau angan-angan dunia pendidikan 10 atau 20 tahun mendatang. Sungguh pandemi seakan membawa angin revolusi dalam dunia pendidikan.

Sekolah tanpa kelas, murid hanya belajar dari rumah, guru bisa mengajar dari mana pun, dahulu itu semua adalah utopia dalam dunia pendidikan. Namun saat pandemi terjadi, semua hal tersebut bisa terwujud dengan cukup melesat. 

Tak dipungkiri, teknologi memberikan dampak yang cukup besar bagi pendidikan. Tidak hanya berupa inovasi media pembelajaran yang semakin kreatif dan inovatif, melainkan juga membawa perubahan pada kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Hal yang paling mencolok adalah kemudahan akses untuk mencari informasi. Asalkan memiliki perangkat gawai, laptop, dan jaringan internet pelajar dan masyarakat sudah bisa mencari seluas-luasnya beragam bahan bacaan atau video pengetahuan. Pelajar tidak lagi hanya berpusat pada satu buku paket atau informasi hanya dari mulut guru saja.

Tidak perlu lagi mengunjungi perpustakaan berlama-lama dan mencari buku-buku ensiklopedi yang tebal. Bahkan sekarang, hanya dalam genggaman tangan, materi pengetahuan yang dibutuhkan bisa didapat dalam hitungan menit. Bagi guru, teknologi justru memunculkan ide-ide kreatif dalam mengajar. Sudah banyak konten-konten tentang pendidikan yang dibuat oleh guru di youtube, tiktok, dan media sosial lainnya. 

Sehingga media pembelajaran tidak lagi hanya berupa catatan tulisan guru di papan tulis. Proses belajar mengajar pun bisa dilakukan jarak jauh dengan waktu yang fleksibel. Misal melalui Google clasrrom, guru bisa memberikan materi dengan hanya menautkan link video pembelajaran. Siswa tinggal membuka link yang diberi, kapan pun dan dimana pun. Tugas pembelajaran bisa dikirim berupa video, audio, atau gambar sesuai dengan minat siswa. Dampak teknologi selanjutnya pada proses penilaian dan asesmen, soal-soal ujian bisa dibuat secara paperless (tanpa kertas). Dengan aplikasi seperti Google form dan Quizzis, guru tidak perlu lagi bersusah payah mengoreksi jawaban karena hasil siswa bisa langsung muncul. 

Segala kelebihan teknologi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran bukan berarti memberi dampak positif semua. Teknologi ibarat pisau bermata dua, di satu sisi memberikan manfaat dan di sisi lain bisa memberi mudarat. Tergantung dari pemakai teknologi tersebut. Dalam dunia pendidikan, kemudahan memperoleh informasi dan pengetahuan melalui gawai oleh peserta didik justru bisa menimbulkan masalah. Peserta didik terkadang tidak mampu menyaring materi pembelajaran yang benar-benar dibutuhkan. Malah, tak ayal mereka mengambil informasi yang kurang sahih dan valid.

Kebanyakan mereka tidak peduli dari sumber atau referensi mana yang diambil. Padahal dalam pendidikan, kesahihan dari sumber bacaan dan referensi sangatlah penting. Selain itu, peserta didik yang mengerjakan tugas atau PR dengan menggunakan gawai justru banyak terlena dengan bermain media sosial atau berselancar membuka situs yang tidak ada hubungannya dengan tugas. Tindakan kecurangan saat mengerjakan tugas atau ujian pun bisa terjadi. Seperti mengerjakan tugas matematika dengan menggunakan sebuah aplikasi penjawab soal matematika. 

Dari itu semua, berdasar pengalaman pribadi dan teman guru sejawat yang lain, pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran jarak jauh bisa menyebabkan kurangnya interaksi dan komunikasi peserta didik dengan guru dan antar peserta didik. Padahal, menurut Daniel Goleman dalam Social Intelligence (2006) kecerdasan intelektual tidaklah cukup dalam menghadapi persoalan kehidupan saat ini, namun juga diperlukan kecerdasan sosial. Sehingga dengan bertemunya guru dan peserta didik secara tatap muka bisa memenuhi kecerdasan mental siswa dalam mengembangkan potensi dirinya. 

Mungkin fungsi guru sebagai sumber ilmu pengetahuan bisa digantikan dengan teknologi, misal mesin pencari internet, youtube, atau media sosial lainnya. Namun, peran guru tak bisa digantikan dengan teknologi apapun. Karena fasilitas teknologi bukanlah menggantikan peran guru sebagai pendidik. 

Terbukti saat pandemi kemarin, kehadiran sosok seorang guru sangat diperlukan. Siswa tidak bisa dilepas begitu saja untuk belajar. Banyak orang tua yang kerepotan mengajari anaknya belajar, karena tidak semua orang tua bisa berperan sebagai guru untuk mengelola teknologi dalam kegiatan pembelajaran. Seorang guru mesti mampu menjembatani manfaat teknologi dengan dampak negatif yang bisa muncul dari teknologi itu sendiri.

Peran Guru di Tengah Perkembangan Teknologi

Kemudahan mengakses sumber belajar dan informasi tentu sangat baik, namun perlu disaring. Siswa perlu dilatih untuk memiliki kemampuan menyaring sumber belajar dan informasi yang valid. Untuk itu, guru berperan sebagai penghubung sekaligus pemandu para siswa untuk dapat menemukan sumber belajar yang benar. Sehingga ada baiknya, saat kegiatan pembelajaran para siswa dibekali kemampuan untuk menemukan kata kunci yang tepat di mesin pencarian internet dan juga diajarkan bagaimana memilih situs dan konten pembelajaran yang tepat.

Selain itu guru juga berperan sebagai penjaga (keeper). Maksudnya adalah guru membantu siswa untuk menepis pengaruh negatif dari internet dan penyalahgunaan teknologi. Seorang guru mesti melatih siswa bagaimana cara menghindari berita bohong (hoaks) dan bagaimana cara menggunakan internet sehat. Seperti tidak membuat ujaran kebencian, tidak melakukan cyber bullying atau perundungan dalam media sosial, dan tidak membuka situs-situs yang dapat merusak moral dan nilai - nilai Pancasila. Hal ini bisa dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam intrakulikuler maupun ekstrakulikuler.

Adapun peran yang sangat penting di tengah kemajuan teknologi ini adalah guru sebagai fasilitator siswa. Artinya siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan guru hanya mengoptimal kemampuan dan bakat siswa. Untuk itu, guru perlu merancang model pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa dalam memanfaatan teknologi dalam pembelajaran. Saat ini, ada model pembelajaran yang dapat diterapkan seperti model STEM (Science, Technology, Engeenering, and Mathematics) dan pembelajaran TPACK (Technology Pedagogic Content Knowledge) yaitu pembelajaran yang menerapkan gabungan sistem pendidikan yang mengedepankan teknologi dan aplikasi tertentu. 

Dengan model pembelajaran tersebut, siswa diajarkan bukan hanya mengetahui jawaban namun juga harus mengetahui bagaimana proses menemukan jawaban tersebut. Siswa tidak hanya tahu tentang “apa” namun juga “mengapa” dan “bagaimana” suatu materi tersebut diperoleh. Selain itu juga, siswa juga memiliki keterampilan menggunakan teknologi sesuai dengan kompetensi abad 21.

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan di atas adalah teknologi mungkin dapat memudahkan para siswa untuk belajar secara mandiri dan mengakses informasi sebanyak mungkin. Namun, kecanggihan teknologi sampai saat ini belum mampu menggantikan peran guru dalam membentuk sikap, karakter, dan kompetensi siswa dalam menghadapi teknologi yang terus berkembang. Untuk itu, sudah saatnya seorang guru juga perlu mengembangkan kompetensi profesionalnya. Guru juga perlu mampu menguasai teknologi, seperti menggunakan berbagai aplikasi yang dapat menunjang proses belajar dan mengajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun