Mohon tunggu...
Robin Kalituri
Robin Kalituri Mohon Tunggu... -

seorang yang masih belajar menulis\r\nKini menuntut ilmu di kampus perikanan UGM Yogyakarta\r\nPunya beberapa coretan @ http://zaedkfc.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Gunung Prau

16 April 2014   15:33 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:37 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

GUNUNG PRAU

Gemericik hujan jatuh membasahi bumi. Tetesannya ada yang menggerayut didedaunan. Memainkan lagu dengan jatuhnya di percabangan dahan. Ia melantunkan lagu melodi rindu. Kepada para manusia akan sebuah kebersamaan. Ketika manusia di satukan dalam jalinan persahabatan. Ketika manusia saling berinteraksi satu sama lain untuk sebuah tujuan. Dan cerita tentang manusia tak akan ada habisnya. Walaupun buku demi buku telah menuliskan kisahnya namun ia masih terus berjalan dan takkan habis ditelan zaman.

Secangkir kopi dan sebatang rokok telah mengantarkanku akan sebuah hari yang baru. Kopi adalah teman menyambut pagi dan sebatang rokok adalah penyemangat hari. Ingatanku melayang bersama pagi yang masih malu karena hujan yang turun sejak dini hari.

Setelah kami menyelesaikan tugas KKN kami telah kembali pada sebuah hidup yang baru. Hidup di kampus dengan berbagai aturan yang mengikatnya. Mungkin kenangan-kenangan kami hanya dapat terabadikan dalam sebuah foto dan film yang telah dibuat. Mungkin itulah yang selalu mengingatkan kami akan sebuah persahabatan yang telah dibangun selama 2 bulan.

Kami memiliki kegiatan masing-masing. kami telah disibukkan dengan berbagai rutinitas. Kuliah, tugas akhir, kegiatan luar kampus dan mungkin yang lainnya. Kami telah berpisah dalam ruang dan waktu, namun kita akan selalu bersama pada suatu waktu. Itulah waktu yang menyatukan kita. Tahukah engkau kawan, ada suatu moment yang dapat menyatukan kita. Ia adalah hari ulang tahun kita. Dimana kita merayakan hari ulang tahun dari masing-masing anggota. Walaupun hanya dengan sebuah kue kecil dan lilin yang menyala. Seperti harapan kita, mimpi kita yang terus menyala sampai ujung waktu.

Masih melekat di ingatan kita ketika kita merayakan ulang tahun di pondokan KKN. Ketika sahabat kita yaitu Ruby yang selalu menyembunyikan hari ulang tahunnya dari kita. Dan tanpa disangka dinyana Devita diam-diam mencari informasi mengenai hari ulang tahun Ruby. Dan akhirnya kita dapat merayakan ulang tahun Ruby di pondokan, itu adalah surprise yang luar biasa untuk sahabat kita.

Ketika sahabat kita Filo dan Resty ulang tahun, aku masih mengingatnya kawan. Ketika Resty tak kuat menahan air mata karena terharu, aku juga masih menyimpan foto-foto mereka ketika ulang tahun. Di Jogja ketika kita telah selesai KKN, tradisi itu masih berjalan sampai saat ini. Ketika kita merayakan ulang tahun Dwi di kostannya, Devita di kontrakannya, dan yang sangat extrim merayakan ulang tahun Candra di puncak Gunung Prau. Itu adalah hal yang tak dapat aku lupakan, perjuangan yang selalu aku kenang.

Ku coba untuk mengangkat gelas yang berisi kopi. Seteguk kopi membawaku dalam sebuah sore menjelang malam. Kami duduk santai di rumah Pak bambang. Kami rencananya akan langsung balik ke Yogya karena dari kami banyak yang memiliki agenda untuk besok hari. Sedangkan aku, Candra dan satu lagi temannya akan melakukan pendakian ke Gunung Prau.

Ngobrol di dapur Pak Bambang di temani sebuah tungku yang menyala memberikan rasa nyaman dan mengakrabkan kita semua. Obrolan terus berlanjut hingga terdengar suara adzan maghrib. Rencananya setelah maghrib, mereka berempat yaitu Rubi, Raka, Muty dan Dwi akan balik ke Yogya. Mereka ada kegiatan yang harus diselesaiakan untuk bersok hari.

“Sudahlah balik besok saja, ini sudah malam” bujuk ku

“Iya sudah malem, tapi besok aku ada janjian untuk ngerjain tugas Mas” jawab Muty

“Apa gak bisa di tunda atau apa gitu?” tanya ku

“Gak bisa” jawabnya

“ Besok kamu janjiannya jam berapa?”

“Jam 10 Mas” jawabnya

“Ah, paling besok jam 10 bisa nyampek Yogja” aku mencoba membujuknya

“Beneran? Sambil menatapku seola tak percaya

“Iya, mending ikut naik saja daripada pulang malem-malem” bujukku lagi

“Ya gak papa sih” dengan nada pasrah

Akhirnya Muty pun menyetujui usulanku untuk pulang besok paginya. Dari pada pulang malem, lampu penerangan juga tidak banyak. Takutnya ada apa-apa di jalan. Sementara Ruby dan Raka ngikut yang cewek karena mereka disini bertugas sebagai sopir para cewek-cewek tersebut. Sekarang tinggal Dwi yang belum mastiin mau balik atau ikut kami untuk melakukan pendakian ke Gunung Prau.

“Sudahlah Wi, pulang besok saja” bujuk ku

“Aku ngerjain tugas Mas”

“Tugas apa sih, apa gak bisa dikerjain di sini” tanyaku lagi

“Cari jurnal Internasional”

“Alah, bisa dikerjain di sini, Direct Acces kan bisa di buka dimana saja asal punya email UGM. Hayo mau alasan apa lagi” sambil tertawa kecil

“Emmm” sambil mikir-mikir

“Sudahlah dari pada pulang sekarang mending besok saja. Sudah malem, takut kalau ada apa-apa dijalan. Mau minta tolong siapa coba?.” desakku

“Ya sudah, aku ngikut kalian aja”

Selesai sudah membujuk mereka berdua untuk pulang besok pagi. Dan rencana pendakian ke gunung Prau akan dapat terealisasi dengan ikutnya mereka semua.

***

Sekitar setengah 8 malam kami pun mempersiapkan perlengkapan. Kami berjalan menuju Indomart yang terletak tak jauh dari rumah Pak Bambang. Membeli berbagai kebutuhan yang nantinya dapat berguna untuk pendakian seperti air mineral dan mie instan. Namun yang  membuat kami kecewa, tak ada senter disana. Dan setelah muter-muter di daerah Dieng tak ada satupun penjuan senter. Praktis kami hanya akan mengandalakan satu senter yang telah dipinjamkan oleh Pak Bambang. Berarti tujuh orang hanya menggunakan satu senter. Luar biasa…….

Sehabis dari indomart, kami langsung ke kompleks Candi Arjuna untuk menikmati indahnya malam. Hawa dingin menyeruap di area komplek candi. Seakan kami berada pada suatu tempat yang asing. Suasana di Komplek Candi Arjuna pada malam hari sanga berbeda dibandingkan dengan siang hari. Suasananya sedikit mencekam dengan pencahayaan yang remang-remang. Kamipun mengabadikan moment tersebut dengan sebuah camera handphone.

“Yuk pulang aja” ajak Muty

“Kenapa pulang, barusan nyampek udah ngajak pulang” jawab Candradengan enteng

“Biar besok kita bisa bangun pagi”

“Alasan kamu Mut, takut ya”

“Enggak kok”

Setelah beberapa menit berfoto bareng kamipun berjalan meninggalkan komplek Candi Arjuna. Menutup  malam untuk menyambut pagi yang akan segera datang. Menyambut petualangan yang akan segera dimulai.

***

Aku keluarkan laptop yang masih terbungkus rapi dalam tasku. Di Warung Kopi Giras, aku coba untuk menuliskannya kisah itu. Kopi pun tak luput menjadi pemacuku untuk segera menuliskan setiap kenanganku. Hempasan asap rokok yang mengepul di langit-langit telah mengantarkanku pada sebuah pagi yang masih terselimuti oleh gelap malam.

“Ayo bangun”

“Jam berapa?” jawab Raka

“Sudah jam setengah 2. Nanti kesiangan”

“Sebentar”

Semuanya terbangun, tak luput Ruby biasanya masih berselimut di sleepingback. Dwi yang biasanya masih “Nguret” juga sudah bangun. Kami segera menyambut pagi yang sangat dingin ini untuk memulai perjalanan menuju Gunung Prau. Rencana kami sangat jelas menyaksikan sunrise di puncak Gunung Prau. Dari penuturan Pak Bambang dan beberapa masyarakat sekitar katanya jalan nya cukup mudah. Jalurnya cuman satu dan mengikuti jalur itu aja nanti bisa sampai di puncak. Namun apa yang terjadi baru berjalan kurang dari 10 menit kami dihadapakan pada perjabangan jalan. Kamipun mencari solusi dan rembuk bareng. Kami memutuskan untuk mengambil arah jalan yang kiri. Dan ternyata memang benar, jalan yang kita lalui cukup bagus, ini menandakan bahwa jalannya benar. Kami sering berhenti untuk sekedar mengambil nafas. Karena kami mengajak cewek maka mau tidak mau harus mengikuti permintaan para cewek tersebut. Satu tanda bahwa kami berada pada jalan yang benar adalah semakin dekatnya kami dengan towor yang berdiri diatas sana. Tower-tower tersebut terlihat menjulang keatas langit seperti mimpi kami yang selalu digantungkan diatas sana.

Sampailah kami di tower tersebut dan tak disangka kami bisa meliah beberapa kabupaten di bawah sana. Lampu yang menyala di bawah terlihat bak bintang yang berada di atas langit. Berkerlip-kerlip sangat indah.

“Indah banget”

“Iya, bagus banget”

“Ayo foto” ajak Muty

“Gak jelas, ini foto HP” jawab Raka

“Oh iya, andai ada cameranya Filo”

“Iya ya, andai dia ikut bisa kita jadiin di cameramennya…. Hehehe”

Kami melanjutkan perjalanan untuk sampai di puncak. Sudah pukul 3 lebih namun kami belum juga sampai puncak. Jalanan semakin terjal dan debu pasir terlihat masuk ikut dalam pernafasan. Kami tersenggal-senggal. Udara dingin ditambah lantunan binatang malam menyatu menemani perjalanan kami.

Pukul 4, kami pun sampai di puncak. Segera aku mencari kayu untuk dibuat perapian. Sementara yang lain masih menikmati dinginnya pagi dan hembusan angin yang cukup kencang. Perapian sudah dibuat, tangan dan kaki kami dekatkan pada tungku. Aku ambil tremos yang berisi air panas, aku sedu satu persatu mie instan yang dibawa tadi. Sungguh menikmati mie di atas gunung adalah hal yang sangat menyenangkan. Makan mie diatas gunung seperti makan sate ayam…hehehehe

Dan misi ini telah selesai, kami bisa merayakan hari ulang tahun sahabat diatas gunung. Mengantarkan hari kelahirannya di ujung langit. Mengantarkan panjatan doa untuk kebaikan dan kebahagiaannya didunia dan akhirat.

Tanpa terasa rokok yang tergeletak diatas asbak telah habis. Kopi yang berada di gelas juga tinggal sepertiga. Aku coba untuk menutup laptop yang menemani pagi hariku di warung kopi Giras. Namun rintik hujan masih mengalunkan melodi rindu akan sebuah pertemuan dengan para sahabatku…..

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun