Perlu diketahui bersama bahwa negara ini memiliki etika moral yang luhur yang digali dari perut tanah air sendiri. Bukan produk asing. Presiden Jokowi dalam konferensi Pers di Metro TV menanggapi kritik BEM UI beberapa pekan yang lalu mengatakan bahwa pemerintah tidak anti kritik. Silahkan mengeritik. Karena kritik adalah nafas demokrasi.Â
Tetapi yang perlu diingat adalah bahwa bangsa kita hidup dalam alam demokrasi yang berpayung di bawah etika-moral bangsa. Indonesia adalah bangsa yang menjunjung tinggi etiket dan moral-sopan -santun. Â
Ucapan presiden ini benar adanya. Karena memang demikianlah hakikat bangsa Indonesia. Demokrasi bernaung di bawah nilai-nilai luhur bangsa yang temaktub dalam sila-sila pancasila. Kita sama-sama berjuang agar nilai-nilai luhur bangsa tidak dinodai hanya karena mengutamakan demokrasi tetapi tidak demokratis.Â
Dalam hal ini mengutip kembali apa yang dikatakan oleh Ramlan, bahwa demokrasi Indonesia mesti dibangun di atas jiwa nasionalisme. Nasionalsime mengandaikan bahwa kita memiliki jiwa untuk mempertahankan eksistensi bangsa ini bahkan rela berkorban untuk tanah air tercinta. Bukan sebaliknya menghancurkan dan memusanahkan. Nasionalisme inilah yang harus diperkuat agar upaya pembangunan bangsa berjalan kondusif.
Dengan gagasan ini diharpakan agar penyampaian kritikan di panggung publik perlu didasari muatan moral. Misalnya menyampaikan aspirasi dengan cara yang humanis dan dialogis. Sebab senikmat apa pun politik nilai-nilai luhur dan moral tetap kita utamakan.