Mohon tunggu...
Robert Parlaungan Siregar
Robert Parlaungan Siregar Mohon Tunggu... lainnya -

Sekarang Pemerhati Indonesia Kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Gelora Bung Karno dan Ruang Terbuka Hijau

1 April 2016   18:40 Diperbarui: 1 April 2016   19:10 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah Provinsi DKI (Pemrov DKI) kesulitan penuhi 30 Persen Ruang Terbuka Hijau(RTH). Pada tahun 2015 Pemrov DKI menambah sekitar 20 lokasi taman baru.  Dari usaha yang membutuhkan begitu banyak tenaga, pikiran dan dana, Pemrov DKI hanya mampu meningkatkan RTH dari sebelumnya 9,87 persen menjadi 9,88 persen, suatu peningkatan sebesar 0,01%.

Pada saat yang bersamaan,  Januari akhir 2015,  sebuah hotel mewah diresmikan di Gelora Bung Karno( GBK). Jumlah hotel mewah di Jakarta bertambah, dengan diresmikannya Hotel Fairmont yang berlokasi di Senayan Square. Hotel baru ini memiliki 380 kamar, termasuk kamar dengan kategori Fairmont Gold yang berkonsep “hotel di dalam hotel”, khas oleh Fairmont Hotels and Resorts, serta 108 Fairmont Sky Suites.

Kita bertanya mengapa di  DKI ada 2 arah pembangunan yang bertentangan. Disatu pihak meningkatkan RTH tetapi  dilain pihak meningkatkan hutan beton.

Mari kita cermati perjalanan GBK.

Gelora Bung Karno semula dan kini

Asian Games yang ke-4 , pertama di Indonesia diselenggarakan pada tahun  1962. Untuk penyelenggaraan Asian Games IV ini disiapkan sarana olah raga yang besar di Senayan Jakarta, pembangunan jalan baru ke dan dari kompleks, jalan lingkar pertama yang merupakan Jalan Jakarta by-pass dan Jalan Slipi-Gatot Subroto, Hotel Indonesia dan  Wisma Warta.

Akibat pembangunan tersebut, rumah penduduk yang harus dibongkar dan dibangun berjumlah 8.652 buah dengan 46.829 jiwa. Orang Betawi menyebut mereka kena “gusuran” , dipindahkan ke  Tebet, Pejompongan, Slipi, Cikoko, dan Ciledug.

Mayoritas penduduk yang kena  gusuran” adalah Orang Betawi. Mereka   menyerahkan tanah mereka  dengan penuh kerelaan. Harga yang ditetapkan Pemerintah, mereka terima. Tanpa  protes atau demonstrasi. Kawasan diselenggarakannya Asian Games ini sekarang dikenal sebagai Gelora Bung Karno(GBK).  Presiden Soekarno menginginkan kawasan ini sebagai ruang terbuka: tempat berolahraga dan ajang temu berbagai kelompok masyarakat. Ruang terbuka diharapkan dapat mempertautkan seluruh anggota masyarakat tanpa membedakan latar belakang sosial,  ekonomi, dan budaya. 

GBK  yang semula luasnya 280 hektare ini telah menyusut hingga tinggal 62 hektare , 22 % saja. Yang 51% dari luas semula digunakan untuk berbagai bangunan Pemerintah seperti Gedung MPR/DPR dan Kantor Pemerintah seperti Kantor Departemen Kehutanan, Kantor Departemen Pendidikan Nasional dan lain-lainnya.

Yang 51% dari luas semula digunakan untuk berbagai bangunan Pemerintah dan bangunan komersial mewah. Bangunan Pemerintah seperti Gedung MPR/DPR dan Kantor Pemerintah seperti Kantor Departemen Kehutanan, Kantor Departemen Pendidikan Nasional dan lain-lainnya.

Bangunan komersial mewah sebanyak 27 % atau 75  hektare disewakan atau dijual untuk berbagai bangunan seperti misalnya kepada Hotel Hilton, kompleks perdagangan Ratu Plaza, Plaza Senayan dan banyak bangunan komersial lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun