Mohon tunggu...
Robert Parlaungan Siregar
Robert Parlaungan Siregar Mohon Tunggu... lainnya -

Sekarang Pemerhati Indonesia Kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Politik

ABRI terkuat di Asean, Menyikapi Perang Semesta

24 September 2015   21:56 Diperbarui: 24 September 2015   22:00 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam daftar kekuatan militer yang dilaporkan Global Firepower (GFP), Indonesia berada pada peringkat terkuat 12 dunia, Amerika Serikat pada posisi no 1, Rusia no 2 dan RRC nomor 3.
Peringkat menunjukkan kekuatan untuk perang Jangka Pendek dan Jangka Panjang. Jangka Panjang dilihat dari faktor Sumber Daya Alam seperti Air dan Produksi minyak, juga Jumlah Penduduk . Kekuatan Nuklir tidak diperhitungkan dalam pembuatan Daftar.
Indonesia berada pada Peringkat Dunia 12( Asean peringkat 1) sedangkan tetangga kita Singapura Peringkat 26 dan Malaysia Peringkat 35.

Indonesia vs Negara Tetangga
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan negara-negara tetangga bukanlah ancaman bagi keamanan dan kedaulatan Indonesia. Australia yang menganggap Indonesia sebagai ancaman.  Jika Indonesia diserang negara lain, bukan cuma TNI yang turun tangan, melainkan semua rakyat. Paham itu yang disebut perang semesta. Inilah yang ditakuti negara lain menghadapi ratusan juta warga Indonesia. Benar, jumlah Penduduk( 250 juta) dan Kekuatan Sumber Daya Alam seperti Air dan Produksi Minyak yang menaikkan posisi Indonesia. Tetangga yang langsung dan kebetulan juga memiliki sejarah “bersinggungan” dengan Indonesia adalah Singapura dan Malaysia.

Perbandingan kekuatan “Perang Jangka Pendek” Indonesia vs Singapura dan Malaysia
Inilah faktor yang menentukan dalam Perang jangka Pendek, diambil dari Daftar yang dibuat GFP:

                                           Ind          Sing       Malaysia
Militer aktif                       400         50          11
Militer cadangan              400        950         300
Helikopter Penyerang      5             17           0
Pesawat Tempur              30           110         42
Kapal Selam                     2             6              2

Jika kita cermati, Singapura memperkuat diri untuk Perang Jangka Pendek. Kita tidak usah berpura-pura Negara mana yang masuk dalam daftar Negara yang perlu diwaspadai( oleh Singapura).
Tanpa bantuan Five Power Defense Agreement (FPDA) saja, sudah sukar bagi Indonesia memenangkan peperangan dengan Malaysia atau Singapura, apalagi jika mereka bersatu.
Malaysia dan Singapura merasa pernah “diserang” Indonesia, jadi bukan mustahil mereka mencirikan Sasaran Strategis milik kita. Bukan mustahil Istana Merdeka, Depo BBM Plumpang, Mabes TNI Cilangkap dan Waduk Jatiluhur termasuk dalam pengawasan mereka 24 jam/hari, 7 hari/minggu.
Indonesia sedang meningkatkan kekuatan Alutsistanya, tetapi dengan kondisi ekonomi Indonesia yang terbatas, mungkin untuk saat-saat ini terbatas pada peremajaan.

Pecah ( lagi) Perang bukan mustahil
Tidak ada yang percaya bahwa PD dapat terjadi, baik PD ke 1 maupun PD ke 2.
Sekarang ini ketegangan di Semenanjung Korea maupun di Laut Cina Selatan tidak boleh membuat kita lengah. Timur Tengah dengan ISIS yang meraja-lela juga sumber ketegangan yang tidak boleh dikesampingkan.
Tanpa kita sadari Indonesia mungkin tiba-tiba berada dalam Kancah Peperangan, peperangan yang tidak kita inginkan.

ABRI perlu memperbaiki diri dan bersahabat dengan Media dan Rakyat Indonesia
Bahwa sudah 8 Insiden Kecelakaan Hercules di Indonesia membuat rakyat bertanya-tanya kesungguhan ABRI mempertahankan kekuatan perang kita. Disusul berita: Hercules yang Jatuh di Medan Rusak 4 Kali Sebulan? Kemudian ada wartawan yang dipukul ketika awak media sedang melakukan peliputan jatuhnya pesawat Hercules C-130 nomor A-1310 di Jl Djamin Ginting, Padang Bulan.
Pimimpin ABRi tidak mau mengakui bahwa Media berperan penting dalam Peningkatan Alusita kita sekarang ini. Foto dan berita dari Media berbicara, suara Media sangat kuat. Media berpihak pada ABRI bukan pada Partai, bukan pada Parlemen, bukan pada Politisi, bukan pada Konglomerat.
Pimpinan ABRI perlu “berteman” dengan wartawan/media/medsos, agar membantu peningkatan posisi ABRI setidaknya mempertahankan kekuatan perang kita.
Hal yang sekarang dirasakan positif adalah ABRI semakin sering bahu membahu dengan Rakyat dalam penanggulangan Bencana.

Kondisi ABRI yang dianggap biasa-biasa
• Berita TNI Tak Punya Cukup BBM untuk Kejar Pencuri Ikan, 22/12/2014 dianggap biasa-biasa saja. Sampai sekarangpun rasanya rakyat tidak tahu dan mungkin tidak mau tahu apakah AL kita cukup memiliki BBM untuk operasi rutin, apalagi jika terjadi Peperangan. Kejadian seperti ini menunjukkan bagaimana Elit Bangsa, Rakyat maupun ABRI sendiri menggangap ok-ok saja tidak punya BBM. Apalagi jika disikapi dengan: TNI-AL tak hanya mengurusi penangkapan kapal asing yang melakukan pencurian ikan, melainkan ada tugas pokok dan fungsi lebih dominan, yakni menjaga kedaulatan NKRI.

• Jika dalam keadaan perang, militer Indonesia hanya bertahan selama tiga hari. Menhan menjelaskan, Indonesia tidak memiliki cadangan energi yang baik. Berita/pernyataan yang sangat memprihatinkan, mungkin membuat kita putus asa.
• Menko Perekonomian menentang dinaikkannya persediaan BBM kita dari 18 menjadi 30 hari. Menurut penulis 60 hari saja jauh dari memadai. Persediaan 60 hari dan dilokasi yang terjangkau oleh Pengguna termasuk ABRI. Tidak jelas apakah Menhan ikut berbicara atau diam-diam saja, terserah kepada Pemerintah.

Jika kita ingin membela Republik tercinta dengan mati-matian maka kerja keras tanpa henti suatu keharusan
ABRI dan 250 juta Bangsa Indonesia harus rangkul-merangkul

Catatan: 1. Persediaan beras dalam jumlah terbatas memperlemah Ketahanan Perang kita. Jika persediaan beras ini mengakibatkan harga beras turun dan merugikan petani, maka kewajiban Pemerintah menanganinya, bukan mengurangi stok beras.
2.Orang miskin, 11.2% dari 250 juta, bukan penjaga Republik yang tangguh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun