Mohon tunggu...
Travel Story Artikel Utama

Korea Selatan, Surganya Para Pencinta Sepeda

20 Februari 2018   07:35 Diperbarui: 20 Februari 2018   09:31 2376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu kehormatan bagi saya di awal tahun 2016 diberi kesempatan untuk menunaikan tugas belajar di Korea Selatan. Saat itu liburan musim panas telah tiba dan saya pun dengan satu orang teman yang kebetulan satu hobi memutuskan untuk bersepeda sambil berwisata dari Seoul sampai ke Busan. 

Awalnya sih saya tidak tertarik dan hanya sekadar ingin mencoba rute baru karena selama ini rute sepeda yang saya tempuh ya hanya itu-itu saja. Setelah browsing internet dan melihat beberapa video di youtube saya mulai agak sedikit tertarik. 

Pada mulanya  saya berpikir bahwa, "Apa tidak bahaya ya kalau bersepeda hanya bermodalkan nekat di jalan raya tanpa pengawalan pihak berwajib di jarak tempuh 600an Km hanya dengan bermodalkan Google Map?". Wah..wah....ternyata pemahaman saya ini salah besar. Selain jalur sepedanya adalah jalur khusus dan sangat aman (tanpa ada kendaraan bermotor), ternyata panduannya pun sangat lengkap.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Dengan hanya merogoh kocek 4000 won (sekitar Rp. 50.000,-) pesepeda bisa mendapatkan paspor sepeda, lengkap dengan peta rute-rute sepeda yang ada di Korea Selatan. Paspor ini bisa dibeli di pusat sertifikasi sepeda terdekat atau melalui media online. Paspor? Ya benar, paspor. Paspor ini berfungsi untuk mengetahui rute-rute mana yang ingin dilalui dan nantinya di sepanjang rutenya terdapat pos-pos pemberhentian di mana di setiap pos-pos tersebut pesepeda dapat menyetempel paspornya sebagai tanda sudah melalui rute tersebut. 

Pos-pos pemberhentian tersebut berupa box telepon warna merah yang di dalamnya terdapat setempel dengan ciri khas/logo masing-masing. Selain itu juga di beberapa pemberhentian terdapat sertification center lengkap dengan petugas jaga yang siap memberikan informasi seputar rute sepeda. Untuk diketahui bahwa ada 12 rute sepeda resmi dan 80 pos pemberhentian di seluruh wilayah Korea Selatan termasuk di Pulau Jeju. 

Yang cukup unik adalah jalur-jalur sepeda ini  90% berada di bantaran sungai dan sisanya menyusuri bendungan, perbukitan, pedesaan dan perkotaan serta lahan pertanian dengan panorama yang cukup memanjakan mata. Bisa dibayangkan berapa biaya yang dikeluarkan pemerintah Korea Selatan untuk membangun jalur khusus sepeda seperti ini. 

Bahkan ada beberapa penggal rute yang berada di atas sungai sepanjang kurang lebih 5 Km sehingga harus ditopang dengan kerangka baja dan beton. Berdasarkan informasi yang saya dapat bahwa memang tidak hanya rute sepeda tapi juga taman, bumi perkemahan dan arena olahraga sengaja dibangun pemerintah setempat di sekitar bantaran sungai dengan tujuan perawatan dan reservasi. 

Siang itu hari kedua saya bersepeda dan cuaca saat itu cukup terik sementara air di botol sudah memberi sinyal untuk diisi ulang. Sementara saya tengah bingung browsing minimarket terdekat untuk membeli air mineral, teman saya mengajak untuk sejenak beristirahat di sebuah taman yang selalu dilengkapi dengan toilet lapangan. 

Tidak jauh dari toilet itu saya melihat ada sekumpulan kran air. Maksud hati ingin nekat mengisi botol dengan air mentah, eh ternyata setelah saya baca petunjuknya sekilas, air itu aman untuk langsung dikonsumsi. Wah, pas banget nih pikir saya. Dan ternyata seingat saya kran-kran semacam itu memang selalu ada di taman-taman ataupun beberapa pos pemberhentian. Salah satu jalur sepeda berbahan dasar kayu di sisi bantaran sungai. 

Salah satu sumber air yang siap untuk dikonsumsi. Untuk menempuh jalur cross country (Seoul-Busan atau sebaliknya), umumnya pesepeda memerlukan waktu tiga sampai lima hari tapi jika ingin bersantai sambil berwisata alam, bisa mengambil waktu tempuh enam hingga tujuh hari perjalanan. Jika ingin bermalam dengan suasan nyaman Anda dapat bermalam di motel, hotel atau penginapan terdekat sepanjang rute. Atau jika terbiasa akrab dengan suasana alam, bisa bisa juga mendirikan kemah di taman-taman terdekat atau bumi perkemahan yang lengkap dengan fasilitas air dan listrik.  

Di box telepon merah inilah pesepeda menyetempel paspornya. Hari ketiga adalah hari terberat sekaligus memberikan pengalaman berharga bagi saya. Selain karena teman saya menyerah untuk tidak melanjutkan perjalanan dan memutuskan untuk mengendarai kendaraan umum langsung ke Busan, hari itu saya bertemu dengan penduduk lokal yang kebetulan sedang bersepeda dengan arah yang sama. 

Kami pun saling berkenalan dan ngobrol dengan bahasa setempat walaupun dengan pemahaman yang agak terbatas. Satu hal yang saya ingat bahwa orang Korea akan selalu menanyakan umur saat pertama kali bertemu seseorang dan itu hal yang sudah lumrah dalam budaya Korea dengan maksud untuk menentukan bahasa percakapan selanjutnya yang akan digunakan. Jika lawan bicara lebih tua, maka bahasa percakapan halus yang akan digunakan namun jika sebaliknya maka akan menggunakan bahasa percakapan biasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun