Mohon tunggu...
Robby Arief
Robby Arief Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Orientasi yang Mendidik, Bukan Menghardik

28 Februari 2017   08:40 Diperbarui: 28 Februari 2017   08:54 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama kali masuk instansi pendidikan seperti SMP maupun SMA seluruh siswa pasti menghadapi apa itu orientasi. Terkenal dengan sebutan MOS, singkatan dari Masa Orientasi Siswa yang tujuan utamanya memperkenalkan kepada siswa baru bagaimana suasana dalam jenjang yang akan mereka tempuh berikutnya. Tentu saja masih berorientasi pada pendidikan. Mulai dari pengenalan bapak ibu guru, pelajaran yang akan ditimba, fasilitas-fasilitas sekolah, program pendidikan/ kurikulum yang dijalankan sekolah dsb.

Namun semakin lama, ekspektasi terhadap masa-masa orientasi seperti itu mulai tergeser dari tujuan awalnya. Tentu saja sangat miris ketika pesan-pesan yang disampaikan kepada siswa tidak menemui sasaran. Hal ini juga jelas memberikan kerugian waktu bagi kedua pihak. Bagaimana masa orientasi seharusnya menjadi ajang pemanasan bagi siswa baru untuk mengarungi proses belajar mengajar pada instansi tersebut.

Selain itu di mata siswa-siswi baru masa orientasi terkesan seperti judgement day bagi mereka. Bagaimana tidak, senior sebagai pemegang kendali acara tersebut cenderung menjatuhkan mental para juniornya dan menurut pandangan penulis junior diperlakukan seakan tersangka kejahatan yang telah tertangkap pihak berwajib. Mereka cenderung menempatkan junior sebagai pelampiasan dari perlakuan para senior terdahulu kepada mereka. Dan konyolnya hal itu terus menerus dilestarikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Mungkin “sedikit” perubahan sudah dicanangkan pada tahun ajaran ini 2016/2017, melalui Menteri Pendidikan pada saat itu Bapak Anies Baswedan menghimbau agar proses orientasi tidak melakukan hal-hal yang bersifat menjatuhkan atau biasa disebut perpeloncoan. Menilik perkembangan zaman yang begitu pesat seperti saat ini, penyampaian pendidikan berwujud perpeloncoan sudah bukan jamannya lagi. Siswa-siswi tidak bisa diajarkan dengan cara dipaksa bahkan ditindas, seolah-olah mereka adalah tersangka kasus kejahatan.

Hal ini sangat tidak cocok dengan perkembangan global pada zaman ini. Kita mungkin sudah sering mendengar tentang pendidikan di negara maju macam Denmark, Finlandia, Jepang, USA dll yang lebih mengondisikan pendidikan yang dibutuhkan siswa. Pendidikan tidak disalurkan terpaksa seperti siswa dipaksa disuapi makanan yang tidak disukainya secara paksa. Bagaimana jadinya? Yah pastinya siswa akan memuntahkan apa yang telah disampaikan, sia-sia bukan jadinya.

Sekian, terima kasih

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun