Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

ASN Tiktok

4 Juni 2022   13:55 Diperbarui: 4 Juni 2022   14:06 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Kompas com/Rahmat Rahman Patty

Rupanya menjadi Pegawai Negeri sudah nggak lagi jadi Indonesian Dream. Tahun ini ada seratusan ASN yang mengundurkan diri dengan alasan gaji pokok yang kecil dan atau penempatan yang nggak sesuai ekspektasi. Maunya di Jawa tapi ditempatkan di Pulau Sempu.

Mungkin kondisinya akan kembali ke era 80an dimana  Pegawai Negeri nggak begitu populer dijadikan status pekerjaan di KTP. Karena gajinya memang kecil, kecil dalam arti yang sesungguhnya. Hanya cukup untuk makan. Nggak ada budget untuk beli sempak.

Nggak heran kalau dulu pemerintahnya sampai nangis-nangis memaksa rakyatnya jadi pegawai negeri. Tapi rakyatnya cuek, karena gajinya payah banget dan tunjangan yang trenyuh. Dapat jatah beras, tapi kwalitasnya nggak lebih baik dari jatah makan untuk burung emprit. Beras warnanya putih tua kecoklatan semu kuning. Itu beras apa pelangi ya.

Beda dengan sekarang, gaji ASN relatif lumayan dan tunjangan juga oke. Dulu nggak ada gaji ke 13. Mungkin masyarakat dulu masih sangat percaya 13 itu angka sial.

Gaji disebut kecil atau besar itu relatif, tergantung banyak hal. Yang  pasti karena bekgron keluarga. ASN yang bekgron keluarganya kere akan berbeda sikapnya dengan ASN yang bekgron keluarganya kaya dalam menyikapi besaran gaji yang di dapat.

Yang mengundurkan diri dengan alasan gaji kecil, bisa jadi karena bekgron keluarganya kelas menengah ke atas. Jadi, keputusan mengundurkan diri itu tidak dari diri ASN sendiri, tapi dari orangtuanya yang hidupnya berkecukupan.

Bisa jadi karena si ASN ini memang nggak pandai bersyukur atau nggak serius ingin jadi ASN. Gambling, kalau ditempatkan di Jawa diambil (karena dekat keluarga). Kalau ditempatkan di pulau Bawean, mengundurkan diri.

Karena di negeri ini banyak yang ngebet jadi ASN, sampai ada yang ujian sampai empat kali tapi nggak juga lolos. Sampek akhire mengong.

Kupikir dengan umur yang masih duapuluhan dengan gaji pokok duajutaan itu sudah masuk kategori lumayan. apalagi masih ditambah dengan gaji tunjangan yang lain. Kalau ditotal bisa untuk ngredit motor Nmax.

Yang jelas jangan pernah nuntut gaji besar kalau masih pegawai baru, nggak punya pengalaman dan belum terbukti kinerjanya. Apalagi jadi abdi negara. Kalau tujuan utama jadi ASN itu gaji besar, sungguh mereka termasuk golongan domba yang tersesat.

Gaji yang pantas memang suatu keharusan, tapi ASN itu lebih pada pengabdian pada negara. Jadilah pedagang, pengusaha, Youtuber, Tiktoker, kalau ingin punya pendapatan besar.

Kenyataan sekarang ini semua orang ingin jadi Youtuber. Menjadi Youtuber atau Tiktoker memang bisa jadi penghasilan alternatif, tapi tragis kalau itu menjadi sebuah cita-cita yang utama. Ojok ngomong sopo-sopo, YouTube dan Tik Tok itu bisa sangat merusak mental. Dunia mendatang akan banyak diisi oleh pemalas dan pendongeng.

Zaman internet yang serba online ini memang berkah bagi manusia. Urusan apapun bisa dilakukan secara online. Kerja pun bisa via online. Hasilnya bisa lebih banyak dari gaji ASN. Tapi sayangnya semua yang serba online itu membentuk manusia jadi itung-itungan.

Semua urusan jadi berpamrih. Ada yang terang-terangan, ada yang samar. Uang jadi tujuan utama yang absolut. Banyak orang yang nggak mau berkarya karena nggak ada imbalan uang.

Ingat kata KH. Maimun Zubair, "Termasuk tanda kiamat itu, orang-orang sudah malas bertani, karena keuntungannya sedikit." Itu secara substansi sama dengan keadaan sekarang, dimana orang nggak mau kerja jadi abdi negara (ASN) karena gajinya kecil.

Nggak heran kalau generasi Z itu etos kerjanya lemah (nggak semua sih). Banyak yang ingin kaya raya hanya dengan konten tutorial atau bahkan video colongan.

Inginnya generasi Z itu bagaimana caranya kaya dengan cara kerja via online. Mereka ini nggak mau kerja yang berkeringat. Males melakukan sesuatu kalau nggak ada imbalan atau pujian. Tapi itu manusiawi, kadang aku yo ngono.

Sebelum memutuskan jadi ASN harusnya paham konsekuensinya. Kalau sudah lolos ujian tapi mengundurkan diri, itu kurang ajar, karena merugikan pemerintah. Formasi yang harusnya diisi jadi kosong, dan biaya yang dikeluarkan negara cukup besar. Bandare jebol.

Kalau sudah mengabdi bertahun-tahun dan mau mengundurkan diri, itu masih bisa dimaklumi. Tapi tentu saja harus melalui prosedur yang berlaku, aku gak eruh.

Untuk mengurangi ASN yang mengundurkan diri, mungkin kedepannya pemerintah perlu menambah gaji tunjangan yang lain. Misalnya tunjangan pulsa, tunjangan kondangan (saat musim kondangan), tunjangan kesepian (bagi yang ditempatkan di pulau terpencil), mungkin juga tunjangan kaget (gaji pokok nggak sesuai ekspektasi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun