Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Negeri yang Meremehkan Safety

24 Februari 2020   16:52 Diperbarui: 25 Februari 2020   16:56 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | sumber gambar: REUTERS/Beawiharta

Berita tragedi susur Sungai Sempor di Sleman memang bikin emosi. Anak SMP kok disuruh menyusuri sungai tanpa peralatan dan pemandu yang memadai. Apalagi pas musim hujan. Iku nekat sak pole?

Opo yo enggak mikir kemungkinan terburuk. Mungkin ke depannya diganti susur got saja. Rambo yang pinter renang pun kalau diterjang banjir nggak mesti selamat, apalagi ini anak abege. Ketika air mulai naik, mereka sudah panik duluan, nangis.

Padahal salah satu kesalahan fatal ketika bencana datang adalah panik. Kalau sudah panik, berpikirnya enggak jernih, dan itu mengundang malaikat maut.

Baru kali ini aku dengar ada kegiatan susur sungai untuk anak SMP. Ekstrakurikuler kok koyok tes masuk Satpam. Dan ternyata kegiatan itu enggak konfirmasi kepala sekolah. Mungkin belum konfirmasi karena belum nge-add (memangnya fesbuk?).

Indonesia memang negara yang enggak begitu peduli dengan urusan safety. Sukanya meremehkan keselamatan, susah kalau diajak safety. Tapi juga karena terpaksa. Banyak jembatan yang sudah rusak parah, bolong di sana-sini tetap dilewati. Tiap hari kontes uji nyali.

Kadang juga karena salah kostum. Kerja di pabrik material berat nggak pakai sepatu kulit yang safety tapi malah pakai sepatu kets. Giliran rekreasi ke pantai malah pakai sepatu kulit, atau bahkan sepatu pantofel. Situ ke pantai apa kondangan?

Pakai helm atau safety belt pun biasanya bukan karena urusan safety, tapi karena takut polisi. Ketika kena tilang di sebuah razia, ditanya polisi kenapa enggak pakai helm, yang ditanya menjawab, "Saya tahu kalau naik motor harus pakai helm, tapi saya nggak tahu kalau ada razia."

"Ya sudah, besok-besok kalau ada razia saya WA. Sekarang lima puluh ribu saja, " kata si polisi yang ternyata polisi cepek. Kere.

Aku sendiri bukan orang yang safety-safety amat. Dulu aku pernah nyablon saat masih ngampus. Kalau nyablon nggak pakai masker, padahal uap cairan untuk nyablon itu keras sekali.

Untung usahanya bangkrut kena efek krismon. Kalau sekarang masih nyablon, mungkin aku sudah kayak Wewe Gombel. Paru-paru bocor.

Banyak tukang sablon yang kalau nyablon enggak pakai masker. Makane tukang sablon iku raine ganok sing fresh. Roto-roto rembes. Hampir tiap hari menghirup uap cairan sablon. Umur telung puluh tahun koyok sangang puluh tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun