Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

La Ubali (Khusus buat Jokower yang Membully Cak Nun)

10 Mei 2019   17:22 Diperbarui: 11 Mei 2019   09:45 2899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Ya'opo yo, kalau aku menulis ini nanti dikira membela Cak Nun. Aku cuman mencoba meluruskan kesalahpahaman (walaupun nggak yakin mereka bisa paham, karena fanatisme). Kesalahpahaman yang tidak diluruskan itu menyesatkan.

Juga aku nggak tega hati dengan beliau yang sudah berjuang sejak jaman  Orba dibully oleh anak ingusan kemaren sore hanya karena Cak Nun menjadikan junjungan mereka jadi obyek guyonannya. Cak Nun sendiri kalau punya medsos mungkin inbox aku, "Ojok repot-repot mbelani aku le..urusono keluargamu dewe."

Mbuh wis gak ngurus, lebih baik membela daripada membully. Atau bagaimana caranya membela tanpa membully.

Beliau yang begitu gigih memperjuangkan jilbab dimana-mana. Di perusahaan-perusahaan dan di kampus-kampus yang melarang karyawan atau mahasiswinya berjilbab. Sampai begitu pede mementaskan drama kolosal "Lautan Jilbab" (1987), padahal saat itu hanya ada segelintir orang yang berjilbab.

Dan doa beliau terkabul. Lihatlah sekarang hijaber memenuhi penjuru negeri. Nggak cuman lautan tapi samudera jilbab. Cewek anteng, cewek alay, mbokde-mbokde, bahkan metalhead pun banyak yang berjilbab. Tapi sedikit yang tahu siapa pahlawan dibalik kemerdekaan berjilbab.

Cak Nun juga yang datang di tengah peperangan antara orang Dayak dan Madura. Dan sukses mendamaikan mereka. Sempat juga jadi mediator korban lapindo, tapi ujung-ujungnya malah difitnah.

Cak Nun sih cuek saja difitnah, beliau bukan orang yang alergi fitnah. Dan itu yang diajarkan pada anak Maiyah : teruslah berbuat baik, jangan ngurusi penilaian manusia, jadikan Tuhan sebagai satu-satunya audiensmu.  Cuman  istrinya, Novia Kolopaking, yang nggak tahan. Diapun turun tangan meluruskan. Yaaaa.

Buanyak kalau disebutkan satu persatu kiprah Cak Nun untuk negeri. Tapi nggak usah, percuma, kalau hati sudah membenci akan sulit bersimpati. Dan Cak Nun juga nggak butuh simpati. Dia nggak butuh lover atau umat. Seandainya semua anak maiyah nggak lagi simpati sama Cak Nun, Cak Nun gak ngurus.

Tapi aku percaya itu nggak bakal terjadi. Kenyataannya semakin hari semakin banyak anak muda yang jatuh cinta pada pemikirannya.  

Beliau melakukan kiprahnya tanpa pamrih nggak ada urusannya dengan nyaleg, nyagub maupun nyapres.  Padahal seandainya Cak Nun bikin Partai, bakalan jutaan orang yang mau jadi pengikutnya. Tapi  beliau malah melarang orang mengkultuskan dirinya, "Awas kalau kamu jadi Cak Nun Mania, tak tonyo ndasmu.."

Mendengarkan omongan Cak Nun itu harus dengan hati yang selesai. Bersihkan dulu hati anda dari keberpihakan dan kebencian pada siapa dan apa pun. Karena fanatik cuman membuat hati dan otak tumpul. Ilmu akan sulit masuk. Yang nyantol cuman misuhnya doang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun