Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menempatkan Gengsi dengan Benar

23 Juli 2018   13:48 Diperbarui: 23 Juli 2018   16:36 1185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu ketika ada Bantuan Langsung Tunai (BLT), yang kaya ikutan antri. Waktu ada Pasar Murah, yang mborong juga banyak yang kaya. Saat ada Perumahan Murah yang kaya juga nggak mau kalah. Dan sekarang banyak orang yang ngaku miskin agar anaknya bisa lolos ke Sekolah Negeri idaman.

Orang kaya bermental miskin mewabah di Endonesyah. Kasihan para kere profesional (kere tulen). Haknya dicaplok oleh para begundal borju rai gedek (sori, karena ini termasuk perbuatan kriminal).

Banyak orang yang salah dalam menempatkan gengsi. Malu kalau punya gadget jadul, tapi nggak malu kalau ngurus Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Hidupnya makmur, badan sehat wal afiat gembrotful tapi ikut antri ambil BLT. Sudah punya rumah gedong pinggir embong tapi beli rumah murah khusus rakyat miskin.

Ngono iku kok gak isin blas. Harusnya ada semacam hukuman moral pada orang kaya bermental miskin seperti di atas. Misalnya nama-nama plus foto orang tua para pengurus Surat Miskin dicatat di papan pengumuman sekolah. Pasti gayeng."Oh iki ta dapurane sing ngaku kere...kere ni yeee."

Rakyat Endonesyah memang pakar dalam hal tipu-tipu. Slip gaji (tinggi) di-mark up (dijadikan rendah/sesuai syarat ketentuan) agar bisa di-ACC, beli rumah murah---karena yang bergaji besar dilarang beli--.  Dan belinya nggak cukup satu. Beli dua unit sekalian. "investasi Ndes," katanya. Taek.

Bisa jadi orang kaya bermental miskin itu pernah sangat miskin di masa lalunya. Orang yang terlalu lama kere punya semacam ketakutan (trauma) kembali ke titik itu lagi. Mereka jadi lupa kalau sebenarnya sudah kaya (makmur). Saat ada pasar murah, perumahan murah, lonte murah, mereka ikutan beli, karena merasa masih miskin. T:T

Btw, pemerintah sekarang sudah agak cerdas bikin istilah, nggak pakai kata 'miskin' lagi. Dulu istilahnya Gakin (Warga Miskin) sekarang jadi Surat Keterangan Tidak Mampu.  Karena kata 'miskin' itu merendahkan, nggak sopan, ngenyek banget. Makanya istilah Raskin (Beras Miskin) itu menyakitkan sebenarnya. Nggak ada lonte yang mau dipanggil : "Hai lonte !".

Tapi sakarepmu rek, itu urusan pribadimu, aku guduk bapakmu. Silakan saja ngaku miskin untuk mendapatkan belas kasihan dari pemerintah. Na'udzubillahimindzalik. Aku bajingan pol, bukan orang suci, tapi sebisa-bisa mungkin menjaga kesucian. Orang kaya yang ngurus SKTM itu nggak suci. Kalau asu jangan ngaku wedus.

Yang jelas, selalu ada karma di setiap perbuatan. Jangan kaget kalau di suatu masa dijadikan miskin beneran dan nangis gulung-gulung minta bantuan karena orang nggak percaya kalau dia miskin, "Aku kere tenan ndes! Sumpah demi awohhh!"

Oke-oke saja mengaku miskin untuk tujuan merendah, bukan untuk sebuah kecurangan. Menurutku nggak elok bila sengaja menunjuk-nunjukan kemiskinan diri agar mendapat belas kasihan orang. Tapi nggak masalah menutupi kemiskinan diri dengan tujuan agar tidak jadi beban orang lain. Asal tidak sok kaya. Kalau aku dari dulu--> biar kere asal gagah.

- Robbi Gandamana-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun