Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

ESQ Itu Lucu

2 April 2018   09:22 Diperbarui: 3 April 2018   19:01 4364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : Robbi Gandamana

Sejak booming motivasi dan atau ESQ (Emotional and Spiritual Quotient), banyak orang yang jadi lebay. Banyak perusahaan swasta atau pemerintah yang tiap pagi melakukan semacam ritual. Meneriakan yel-yel "Semangat Ndes!", sharing mbelgedes, doa bersama, dan lainnya. Aku sendiri merasa nggak nyaman berada di situasi seperti itu. Kalau ada kesempatan, aku pasti akan ngeluyur pergi.

Sebenarnya ritual semacam itu oke-oke saja. Tapi menurutku sangat nggak cocok untuk orang yang introvert (termasuk saya). Banyak dari mereka yang memaksakan diri sok semangat, meneriakan yel yel kayak Partai Nazi lagi rapat, ludahnya muncrat-muncrat. Asli, itu "siksaan" berat bagi mereka (saya).

Bagiku ESQ itu cuman dagangan, komiditas yang bisa jadi lahan bisnis. Kalau sebuah perusahaan mengadakan kegiatan motivasi atau ESQ, itu sebenarnya sebuah bentuk sodaqoh (ngasih kerjaan) pada motivator, ngAlhamdulillah banget.

Sampai sekarang pun aku nggak bisa paham. Sebelum dan sesudah di-ESQ tetep nggak ada perubahan yang signifikan. Yang saat kerja ngantukan tetap ngantukan. Dulu ndlahom sekarang tetep ndlahom. Yang pasti, waktu untuk kerja jadi terpotong. Setidaknya itu yang saya rasakan, mungkin berbeda jauh dengan anda semua

Sori, saya adalah jenis orang yang kaku, sedikit introvert, benci formalitas, sebisa-bisa mungkin menghindari birokrasi, dan yang pasti nggak suka diatur-atur. \m/

Kebiasaan bisa diubah, tapi tidak dengan karakter. Kalau dipaksa berubah, itu sama saja dengan ganti kelamin. Rupanya banyak yang salah kaprah memaknai kurikulum pendidikan karakter. Ayam dipaksa jadi kambing, kambing dipaksa jadi anjing. Karakter manusia kok diseragamkan.

Jangan salah, aku nggak anti motivasi atau motivator. Cuman aku nggak cocok dengan acara motivasi atau ESQ. Kalau mau mbecak ya mbecak saja, nggak perlu dimotivasi: "Ayo semangat mbecak!" Mau berbuat baik, langsung berbuat saja, nggak usah menunggu dimotivasi. Mau shalat, langsung shalat saja.

Jadi menurutku tanpa motivasi pun manusia akan berbuat baik, selama dia manusia beneran. Harusnya ada gerakan kembali ke kitab suci (agama). Tapi sepertinya sekarang motivasi dan atau ESQ jadi semacam agama baru bagi orang modern. Sedikit -sedikit teriak "Semangat!". Percuma punya semangat kalau nggak punya iman. Iman itulah yang menumbuhkan semangat berbuat baik.

Nggak cuman sok semangat, sejak booming ESQ, banyak perusahaan yang jadi sok agamis. Tiap pagi diwajibkan berdoa bersama. Berdoa kok diwajibkan (dipaksa). Berdoa itu urusan moral umat, urusan personal manusia dengan Tuhan. Dalam berdoa, tiap orang punya goal yang berbeda, konyol kalau diseragamkan.

Berdoa itu harusnya cukup jadi imbauan moral, bukan aturan wajib. Dilaksanakan silakan, nggak dilaksanakan persetan. Kita sama-sama dewasa, sudah paham hitam dan putihnya kehidupan.

Jadi ingat zaman SD dulu. Tiap akan memulai pelajaran ada acara berdoa bersama. Kita bukan anak SD. Kita sudah melewati fase itu, atau sudah pasca dari hal-hal semacam itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun