Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Agama Dijadikan Strategi Dagang

24 November 2015   18:42 Diperbarui: 26 November 2015   08:38 2161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih banyak muslim di Indonesia yang ber-stigma bahwa Arab itu pasti Islam. Akhirnya dimanfaatkan untuk strategi dagang oleh kapitalis lokal dengan melabeli produknya pakai istilah Arab : Syariah, Taqwa, dan yang lain. Tujuannya untuk menarik konsumen muslim sebanyak-banyaknya, karena negara ini berpenduduk muslim terbesar.

Menurut saya nggak etis memanfaatkan agama untuk kepentingan dagang (walau tidak semua begitu sih). Dengan melabeli produk pakai istilah agama yang seolah-olah jika mengkomsumsi produk tersebut jadi muslim sejati dan masuk surga. Mulai Baju Taqwa, Tempe Syariah, Vodka Syar'i sampai Sempak Islami.

Trend Baju Taqwa mulai merebak di Indonesia pada awal 2000-an. Baju yang sebenarnya diadopsi dari baju tradisional Jawa yaitu "Surjan" . Baju yang bermotif garis-garis vertikal berwarna cokelat muda dan cokelat tua.

Adalah Sunan Kalijaga yang pertama kali memodifikasi baju Surjan menjadi Baju Taqwa. Dari baju Surjan yang biasanya berlengan panjang menjadi lengan pendek. Dari sembilan wali, hanya beliau yang tidak menggunakan jubah dan sorban.

Ada juga yang mengistilahkan Baju Taqwa adalah Baju Koko. Padahal itu adalah 2 jenis baju yang berbeda. Istilah baju Koko diadopsi dari baju masyarakat China yang disebut “Tui-Khim”. Di kalangan warga Betawi, baju Tui-Khim dipakai dan dikenal dengan sebutan baju Tikim.

Menurut budayawan Remy Sylado, yang memakai baju Tui-khim di masa itu adalah engkoh-engkoh (panggilan orang Tionghoa untuk kakak lelaki). Dieja dalam Bahasa Indonesia menjadi Koko. Selanjutnya jadilah “Baju Koko”. Yang banyak kita temui di masyarakat Betawi dipadu dengan celana komprangan.

Masih banyak orang yang keliru, menyangka bahwa model Baju Taqwa itu berasal dari budaya Arab. Padahal model baju tersebut asalnya dari China (Tiongkok). Hasil dari akulturasi budaya lokal dan China. Tak ada satu nabi pun yang memakai jenis pakaian seperti itu.

Kata taqwa berasal dari bahasa Arab yang artinya menjalankan apa yang diperintahNya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Istilah Taqwa seyogyanya ditujukan untuk manusia bukan untuk baju atau benda mati. Baju tidak ada agamanya.

Baju Taqwa memang memenuhi syarat pakaian yang dianjurkan untuk ibadah. Tapi tidak berarti baju selain Baju Taqwa adalah baju kafir. Semua baju bisa jadi Baju Taqwa , tergantung kondisi dan model pakaiannya : Bersih dan menutupi aurat sebagaimana yang sudah di atur di dalam agama Islam.

Kalau memang benar-benar bikin orang jadi taqwa sih bagus banget. Tapi malah sekarang baju semacam itu jadi kostum para koruptor atau penjahat di pengadilan. Dipikirnya kalau terlihat alim hukuman akan jadi ringan. Cacingannn dech loe...

Nggak cuma Baju Taqwa, produk apapun bisa laris kalau labelnya bahasa Arab. Seperti istilah Syariah yang disematkan dibelakang pada nama Bank. Kalau sudah Syariah, seharusnya tinggalkan sistem yang konvesional. Kalau sudah masuk Islam, tinggalkan agama yang kemarin. Kalau tidak begitu,  berarti kata 'syariah' digunakan bertujuan memperluas pasar. Tapi nggak papa, namanya juga '­­­­­­­­darurat'.

Seperti kasus bis yang namanya diganti karena image-nya yang jago ngebut dan ugal-ugalan tapi sopirnya tetap saja, nggak diganti. Lhooo, kalau niat reformasi total, nggak nama bisnya saja yang diganti tapi sopirnya juga dong. Cwapee dweech.

Jadi sekarang, lebih baik labeli sebuah produk dengan bahasa yang universal. Jangan sok agamis kalau ternyata cuman strategi marketing belaka (semoga tidak). Karena menurut saya itu mendekatkan pada kemunafikan.

**
Maaf, saya tidak sedang mendiskreditkan atau merusak citra produsen dan konsumen Baju Taqwa atau produk yang berlabel Arab lainnya. Saya cuman urun pemikiran saja, kalau bisa dibilang begitu. Barangkali bisa jadi masukan, inspirasi dan bahan renungan. Trims.

-Robbi Gandamana-

referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun