Mohon tunggu...
Randy Mahendra
Randy Mahendra Mohon Tunggu... Penulis - Warga Biasa

Warga Biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Orang-orang Golan Mirah

14 Januari 2021   20:19 Diperbarui: 14 Januari 2021   20:37 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa hari setelah kejadian itu, ada peristiwa menggemparkan di Jakarta. Para jenderal mati terbunuh. Tertuduh utama peristiwa itu adalah PKI.

Akibat dari peristiwa itu, berdampak hingga ke Ponorogo, orang-orang yang masuk daftar sebagai anggota atau simpatisan PKI harus dieksekusi mati.

Nama kakek masuk di dalam daftar itu. Rumah kakek diobrak-abrik untuk mencari keberadaannya, namun usaha mereka sia-sia belaka, sebab hari itu kakek sudah tidak ada, ia entah berada di hutan mana, atau bertapa di mana, tak seorang pun tahu.

Berbulan-bulan kemudian, setelah semua orang melupakan namanya, kakek kembali ke desa. Namun tak ada yang berani menangkap kakek. Mereka tahu belaka, usaha untuk menangkap kakek akan sia-sia, atau kalau pun mereka berhasil, mereka tak mau menanggung akibat kualat.

Kemudian setelah ia diterima kembali oleh desa, tiba-tiba kakek menanggap kelompok reog di desa untuk tampil di rumahnya.

Padahal, kakek tidak sedang merayakan perkawinan atau sunatan. Kakek hanya menanggap kelompok reog itu, tanpa menjelaskan apa yang hendak dirayakan.

Kakek sendiri yang memainkan dadak merak. Menginggit dadak merak itu menggunakan giginya. Tak ada yang tahu di mana kakek belajar memainkan dadak merak itu.

Kelak, ketika kakek sudah meninggal, nenek akan mengulang-ngulang cerita ini dengan haru. "Itu adalah pertunjukan terbaik yang pernah ia saksikan," kata Nenek.

"Ketika kakekmu memainkan dadak merak seluruhnya seperti dilingkupi daya sihir, angin berhenti bertiup, udara tidak dingin dan panas, orang-orang seolah berhenti menahan napas selama pertunjukan berlangsung. Dan orang-orang akan teringat kembali hari  di mana serbuan tikus, yang sebetulnya kenangan itu ingin mereka kubur bersama mayat tikus yang mati dibakar atau mayat-mayat yang menjadi korban peristiwa itu."

Kata nenek, sekali itu kakek memainkan dadak merak. Setelah itu, kakek menjadi pejalan dari satu tempat ke tempat lainnya. Hingga suatu ketika kakek meninggal dunia, meskipun kadang-kadang tersesat pula dalam mimpiku yang ganjil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun