Mohon tunggu...
Randy Mahendra
Randy Mahendra Mohon Tunggu... Penulis - Warga Biasa

Warga Biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sihir Hitam (1)

12 Januari 2021   15:13 Diperbarui: 12 Januari 2021   15:27 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mia duduk di sofa ruang tengah. Tampak kedinginan meski sebenarnya hawanya tidak benar-benar dingin. Bahkan Mia membawa selimut dari kamarnya. Mia tak berani berdiam diri di dalam kamarnya.

Mia mulai jengah menanti Rina yang berjanji menemaninya malam ini. Ia sudah menelepon Rina agar segera datang, dan menceritakan semua peristiwa yang baru saja dia alami.

Tiba-tiba pintu rumah Mia diketuk keras dan tidak sabaran. Mungkin itu Rina yang berjanji akan segera datang ke rumahnya malam ini. Hati Mia mulai sedikit tenang, meski belum tahu siapa yang sedang berada di balik pintu.

"Ya, sebentar!" teriak Mia.

Sebelum membuka pintu, Mia membuka gorden untuk meyakinkan siapa yang datang. Tidak kelihatan, Mia berpikir, tamu itu berada di sisi yang tidak terlihat dari dalam. Lantas Mia buka pintunya. Berdiri seorang wanita yang Mia temui di rumahnya beberapa jam lalu, menyodorkaan rantang dengan tatapan yang sama

"Untuk Mia!"

Mia benar-benar terkejut dengan kunjungan itu. Tak menyangka. Maka Mia pun menerima rantang itu dengan diam tanpa berkata-kata. Tenggorokan Mia seakan tersedak,  tidak bisa dia mengucap sepatah kata pun.

Setelah Mia menerima rantangnya, wanita itu hanya menatapnya sejenak lalu membalikan badan melangkah pergi perlahan meninggalkan Mia yang sedang ketakutan.

Mia tak bisa bergerak sampai wanita itu menghilang ditelan gelap. Barulah Mia sadar ada rantang di tangannya. Dia takut bukan main, lalu dia lempar rantang itu ke tanah. Sungguh mengejutkan ratang itu berisi sepasang bola mata dan sepasang telinga dengan kuah darah berwarna merah pekat. Baunya anyir darah.

Pemandangan yang menjijikan, darah itu mulai meresap ke tanah. Rasanya Mia mau memuntahkan isi perutnya, tetapi tidak ada yang keluar dari perutnya. Ia berjuang keras meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang terlihat, dan yang dicium oleh hidungnya itu, sebetulnya hanyalah sesuatu yang hanya dia khayal saja.

Tapi tidak, darah itu masih merah, bola mata itu masih di tanah seperti menatap tajam, dan dua telinga yang terserak seperti sedang mendengarkan Mia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun