Mohon tunggu...
Randy Mahendra
Randy Mahendra Mohon Tunggu... Penulis - Warga Biasa

Warga Biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Gila

27 Desember 2020   19:34 Diperbarui: 27 Desember 2020   19:36 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada akhirnya, aku semakin dekat dengan si gondrong, kami tinggal di rumah kontrakan yang sama. Itu terjadi setelah dia mengajak mengontrak rumah bersama beberapa teman lainnya.

Karena kedekatanku dengannya itu, aku semakin terbawa olehnya. Mungkin karena pengaruhnya atau mungkin karena membaca buku-buku miliknya, pada akhirnya prinsip-prinsip keagamaan aku tinggalkan.

Seperti dirinya aku menjadi tidak religius lagi. Kami jarang melakukan ibadah di kontarakan. Padahal, di awal tinggal bersamanya, aku masih sempat beberapa kali ke rumah ibadah, tapi lama kelamaan, aku tinggalkan juga.

"Ada nilai-nilai kebaikan yang bisa kita peroleh di luar agama," katanya.

Diam-diam aku menyuntuki buku filsafat, buku-buku yang dia bawa dari Jogja. Perlahan-lahan aku menjadi individualis. Tidak lagi peduli dengan lingkungan sekitar. Tidak lagi menjujung kolektivitas; kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi. Semakin hari, aku menjadi individualis tulen; orang lain adalah neraka.

"Relasi selalu menciptakan subjek dan objek," kataku pada si gondrong, "jika yang satu menjadi subjek maka yang lain harus menjadi objek."

"Kau keracunan filsafat," kata si gondrong, "terlalu mengawang-awang di atas langit."

Malam itu, kami berdebat panjang di pinggir sawah, di dekat warung remang-remang milik Via. Warung yanag sering kami kunjungi selama kami tinggal di rumah kontrakan yang sama.

Esok hari, setelah perdebatan panjang itu, aku meninggalkan dia. Aku meninggalkan seluruh relasi yang mengekang kebebasanku, sebab jika aku masih terkekang oleh relasi, aku belum sepenuhnya merasa bebas.

Setelah meninggalkannya , aku merasa lebih baik. Selama aku masih bersamanya, aku akan tetap menjadi objeknya, yang terus tergantung kepadanya.

Kini, aku berjalan di atas egoku sendiri. Tak butuh orang lain, oleh karena itu tak perlu berempati kepada orang lain, karena orang lain adalah neraka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun