Mohon tunggu...
Rizky Kurniawan
Rizky Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pribadi

Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Lavender

19 Oktober 2018   21:02 Diperbarui: 19 Oktober 2018   21:20 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Calvin terlihat tertarik saat Bianca mengucapkan kata-kata itu. "Berlomba bagaimana?" tanya Calvin kemudian.

"Kita akan sama-sama menunggu. Siapa yang merasa bosan terlebih dahulu, dia kalah," kata Bianca menjelaskan perlombaannya.

"Tapi itu curang," ucap Calvin cepat. "Aku menunggu kakakku yang sedang terbaring koma dan aku tidak tahu sampai kapan dia akan selesai dengan komanya. Sementara dirimu, kau menunggu apa? Aku ini bukan anak kecil yang bodoh, kau tahu itu? Enak saja kau ini!" hardik Calvin.

"Kamu harus tahu, kalau aku juga sedang menunggu seseoranng," ucap Bianca. Kali ini raut wajahnya tiba-tiba muram. Dia menghentikan gerakan tangannya yang sedang menyapukan kuas pada kanvas.

Calvin menyadari hal itu, "Siapa yang kamu tunggu, Bianca? Apa dia seorang yang spesial? Sama seperti Axel untukku?" tanya Calvin kemudian.

Wanita itu mengangguk lemah. "Iya, dia kekasihku yang entah di mana. Dia menggantungku, bahkan dia belum juga datang saat aku sedang berhadapan dengan kematian. Dia pergi, dan ... aku masih berharap dia akan datang."

Calvin tertegun mendengarnya, dia tahu sebenarnya Bianca punya penyakit yang menghadapkannya pada kematian. Kanker otak. Dia divonis bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Saat tahu itu, Calvin merasa sedih. Apa lagi kini, saat Calvin tahu kalau Bianca ternyata sedang menunggu, sama seperti dirinya.

"Perlombaan ini akan kubatalkan jika kamu mau," ucap Bianca membuyarkan lamunan Calvin.

"Tidak, tidak! Aku tidak mau membatalkannya. Kita akan berlomba untuk itu!" ucap Calvin akhirnya.

Bianca kemudian tersenyum sesaat setelah mendengar ucapan anak kecil di sampingnya. "Terima kasih, Calvin," ucap Bianca lemah.

Calvin menggeleng cepat, "Aku yang sepatutnya berterima kasih."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun