"Mirva, menurutmu, apa itu cinta segitiga?"
"Nggak tau ya, aku sih, nggak pernah ngalamin"
"Masa sih, kamu kan umurnya lebih tua daripada aku" Lalu Mahesa melanjutkan "Aku aja pernah, tapi nggak bisa bahagia bertiga"
"Iyalah, yang bahagia kan cuma dua pihak aja"
Lantas mereka tertawa kecil berdua.
Kehidupan memang membingungkan, kadang uang membawa kebahagiaan, tapi jika uang sudah bertumpuk ruah, kesedihan akan datang, entah karena takut kehabisan uang atau karena tidak tau mau menghabiskannya dengan siapa.
Begitu juga jatuh cinta,
seperti anak panah yang tak punya arah, padahal diberi kesempatan untuk membidik melalui akal tuannya, tapi anak panah tak peduli akal, itu sebabnya kata pepatah cinta itu buta.
tapi... bukankah orang buta bisa sembuh?
"Nggak juga dong" jawab Mirva.
"Memangnya kenapa kamu nggak mau menikmati kebutaan cinta, biarpun cintanya berbentuk segitiga?"
"Akusih jatuh cinta untuk berkomitmen, nggak suka aja kalau cuma untuk cari kesenangan" Mirva melanjutkan "Contohnya si Arip, dia nggak pernah tuh membuat pernyataan tentang perasaannya, padahal aku ngarep dia buat serius, yaudah aku balik aja ke Faris"
"Tapi kan, itu artinya kamu mengulang ragu yang dulu, lagi, kan?"
"Nggak apa, setidaknya aku dikasih kepastian, kalau ternyata, dia itu ada rasa"
Mereka terdiam, seolah Santa Klaus telah melewati cerobong asap dari otak Mahesa, dan ia meminta izin untuk memberi tahu tentang ide ini melalui sebuah cerita pendek tentang kejamnya makhluk buta bernama cinta.