Mohon tunggu...
Roudhotul Jannah
Roudhotul Jannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Psychology Student

Helloo..

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dampak Self-Diagnose pada Psikologis Kita

25 September 2021   19:11 Diperbarui: 25 September 2021   19:14 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

           Self-diagnose adalah mendiagnosis atau mengidentifikasikan kondisi medis dalam diri seseorang. Self-diagnose tidak hanya terjadi pada kesehatan fisik tetapi juga terjadi pada kesehatan mental, yang pada dasarnya lebih sulit untuk dilihat karea bentuknya yang tersirat. Self-diagnose ini merupkan bentuk rasa keingintahuan orang mengenai 'apakah ada yang salah dengan dirinya'. Sehingga banyak orang melakukan self-diagnose melalui berbagai media.

           Mendiagnosis diri sendiri adalah memutuskan kita memiliki penyakit berdasarkan pengetahuan yang dimiliki atau setelah membaca informasi yang berkaitan dengan keluhan tersebut. Orang yang terbiasa mendiagnosis diri sendiri secara berlebihan disebut cyberchondria (White & Horvitz, 2009). Namun seringkali informasi yang tersedia di laman tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara medis atau tidak evidence based medicine (EBM) (Akbar, 2019).

           Pada sebuah penelitian psikologi di India, self-diagnose pada psikologis memiliki efek negatif yang dapat dikelompokkan berdasarakan cognitive effect, affective effect, dan behavioural effect, dan efek positif juga.

Cognitive effect

  1. Efek utama yang dihasilkan dari self-diagnose pada kognitif kita adalah menciptakan keadaan kebingungan dimana subjek tidak yakin apakah dia benar-benar memiliki gangguan tersebut (Ahmed & Stephen, 2017) Ketika berkepanjangan hal ini dapat menciptakan kewaspadaan yang tinggi sehingga mereka tidak berperilaku 'bergejala'.
  2. Efek dominan lainnya yaitu berupa ketidakmampuan untuk fokus/ berkonsentrasi yang hal ini dapat mempengaruhi akademis seseorang (Ahmed & Stephen, 2017) terutama bagi pelajar
  3. Efek penting lainnya yaitu persepsi diri tentang abnormal. Ini juga menyedihkan ketika mereka mulai berpikir bahwa mereka tidak normal dan khawatir tentang itu (Ahmed & Stephen, 2017)
  4. Efek kognitif terakhir yang diturunkan adalah persepsi mobiditas, bahwa ia memiliki gangguan dan tidak dapat disembuhkan. Jika berkelanjutan ini dapat mengarahkan kita pada keputusasaan. (Ahmed & Stephen, 2017)

Affective effect

  1. Efek yang paling jelas adalah fisik dan tekanan emosional. Hal ini dapat menyebabkan pada tingkat kecemasan tertentu yang disertai penderitaan (Ahmed & Stephen, 2017)
  2. Efek lain yang terlihat sebagai akibat dari proses self-diagnose yaitu sangat berorientasi pada masa depan. Mereka khawatir bagaimana masa depan mereka jika memiliki penyakit mental (Ahmed & Stephen, 2017).

Behavioural effect

            Sejauh efek negatif yang disebabkan, hanya ada satu efek yan ghampir terlihat di seluruh sampel, dan itu adalah maladaptif sosial (Ahmed & Stephen, 2017),

            Salah satu subjek penelitian, R.G, menjelaskan sebuah situasi dimana semua orang khawatir tentang hasil ujian dan dia, R.G, waspada untuk membiarkan dirinya ikutan khawatir seperti kelompok sosial ini karena akan mengarahkannya ke pola pikir yang negatif pada dirinya. Dia berupaya untu membuat reaksi yang sebaliknya yaitu "Forced optimism" yang membuat lingkungan sekitarnya terganggu dan mengecapnya sebagai "Fake person" (Ahmed & Stephen, 2017).

Efek positive

           Yang biasanya dianggap selalu memiliki efek negatif, ternyata self-diagnose juga memiliki efek positifnya. Dalam penelitian tersebut, seorang subjek penelitian, M.B, berbicara mengenai bagaimana dia dan teman sekelasnya membandingkan gejala-gejala dengan sifat tingkah laku mereka (Ahmed & Stephen, 2017).

           Di sisi lain, N.G, menemukan bahwa self-diagnose memotivasi dirinya untuk mempelajari subjek lebih lanjut. Katanya hal ini tidak membuatnya kehilangan ketertarikan, melainkan ia tambah bertanya-tanya tentang dirinya juga mendorongnya untuk belajar lebih jauh lagi (Ahmed & Stephen, 2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun