Karl Marx, seorang filsuf besar pada 1840-an pernah mengutarakan sebuah kritikan terhadap agama atau gereja pada saat itu. Ia mengkritik dengan sebuah ucapan yang sampai saat ini masih diperdebatkan yaitu "Agama adalah Candu". Candu yang dimaksud oleh Karl Marx adalah bahwa agama dijadikan sebuah alat untuk mendongengkan para kaum proletar yang ditindas oleh kaum borjouis yang sangat erat dengan gereja, jika kita ingin menafsirkan apa yang diucapkan atau diutarakan oleh Karl Marx kita harus melihat dahulu secara kontekstual dan kondisi masyarakat yang terjadi pada saat itu.
Karl Marx mampu berkata dan mengkritik agama dikarenakan pada saat itu agama dijadikan sebuah alat untuk meredam para kaum proletar agar terbuai oleh ajaran-ajaran agama dan tidak melakukan sebuah tindakan revolusioner yang dapat merugikan para kaum borjouis, di era Karl Marx para kaum borjouis melakukan penindasan terhadap kaum proletar dan dengan alat yang bernama 'agama' mereka mampu meredam para kaum proletar untuk dapat melakukan sebuah revolusi.
Karl Marx sendiri ia tidak mengucapkan Agama dalah Candu melainkan ia mengucapkan bahwa Agama adalah opium bagi masyarakat, jika kita telaah kata opium itu sendiri ada dua macam opium. Yang pertama opium dapat menjadi obat bagi manusia jika kita memakai dosis dengan tepat serta pengawasan yang ketat, lalu yang kedua opium dapat menjadi candu dan kebahagiaan palsu duniawi jika kita memakainya lebih dari dosis yang dianjurkan serta tidak dalam pengawasan yang ketat. Begitupula dengan agama, agama dapat dijadikan tuntunan hidup serta dapat menggerakan masyarakat untuk menggerakan suatu revolusi untuk dapat hidup yang lebih baik jika kita menggunakannya secara tepat. Dan juga agama dapat dijadikan sebuah alat untuk meredam dan menindas sesama manusia dan mampu menjadi alat sebagai permusuhan, serta ia akan menjadi gila (hilang akan empati) jika ia terlalu berlebihan dalam menggunakannya.
Dari tulisannya Marx sendiri sebenarnya mengkritisi atas sistem fungsional agama pada saat itu. Marx percaya bahwa agama memiliki fungsi tertentu dalam masyarakat yang mirip dengan fungsi opium terhadap orang sakit atau cedera, ia dapat mengurangi rasa sakit yang diderita oleh orang yang cedera. Di sisi lain, agama seperti opium ia juga dapat mengurangi energi dan keinginan mereka untuk melawan realitas yang opresif, tak punya hati dan tak punya jiwa yang telah dipaksakan kapitalisme kepada mereka.
Banyak sekali yang mengira Karl Marx dan Marxisme adalah paham yang sama dengan Atheisme, namun hal tersebut sangatlah salah sebab Marx sendiri ia dibaptis sejak umur 10 tahun. Hal ini juga seringkali dikatikan dengan Atheis dikarenakan kritikan yang dilontarkan oleh Karl Marx terhadap agama, padahal sejatinya Marx sendiri hanya mengkritik terhadap sistem organisasi ke-agamaan (gereja) pada saat itu yang hanya dijadikan sebagai alat untuk mengurangi energi dan keinginan mereka untuk melawan realitas yang tirani.
Jadi pada dasarnya Karl Marx mampu mengucapkan 'Agama adalah Candu/Opium' dikarenakan kondisi masyarakat pada saat itu yang selalu ditindas oleh para kaum borjouis ini selalu diberikan dongeng-dongeng agama agar tidak terjadi yang namanya sebuah revolusi, dan sebenarnya yang dikritisi oleh Karl Marx itu sendiri ialah sistem organisasi ke-agamaan pada saat itu yang menjadikan agama sebagai alat untuk meredam amarah para kaum proletar bukan kritik agama yang ditujukan kepada keberadaan Tuhan.