Mohon tunggu...
Rizqi Prasetyo
Rizqi Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - mendorong percepatan transisi energi | Indonesia #bebasemisi2050

Pengikut isu energi, iklim, dan lingkungan | Engineering-based | Javanese

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Gotong Royong Mencapai Net Zero Emissions Indonesia dengan Energi Surya

24 Oktober 2021   19:28 Diperbarui: 24 Oktober 2021   19:29 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebesar 18 MWp atau setengah dari total kapasitas PLTS atap berasal dari sektor industri dan rumah tangga. Pengguna dari sektor Industri pada umumnya terdorong untuk menggunakan PLTS sebagai langkah efisiensi energi serta menurunkan jejak karbon dari produk yang dihasilkan. Sebagian industri juga berasal dari inisiatif RE100, yaitu inisitif industri global untuk menggunakan energi terbarukan dalam seluruh proses produksinya. 

Sedangkan, pengguna dari sektor rumah tangga melihat bahwa PLTS atap mampu menghemat tagihan listrik mereka, di samping oleh dorongan untuk hidup dengan berkesadaran lingkungan. Meskipun menurut beberapa masyarakat investasi PLTS relatif mahal, peningkatan pengguna terus terjadi. Seiring dengan beberapa bantuan finansial oleh beberapa bank untuk pengguna PLTS atap.

Pemerintah daerah pun melihat bahwa PLTS atap dapat digunakan sebagai salah satu pemulihan ekonomi pasca-Covid19, seperti yang ditunjukkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. PLTS atap dibangun pada UMKM dan pondok pesantren yang penggunaan energinya dominan di siang hari. Dengan demikian, penghematan energi lebih optimal mengingat biaya penyediaan energi adalah salah satu pengeluaran besar bagi mereka.

Adanya potensi teknis, kebutuhan, serta minat masyarakat dalam menggunakan PLTS atap yang tinggi mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan yang lebih baik. Tahun ini, terbit Permen ESDM 26/2021 yang dinilai dapat meningkatkan implementasi PLTS atap oleh masyarakat. Pasalnya, tidak hanya pelanggan PLN saja, namun masyarakat di luar wilayah usaha (wilus) dapat memasang PLTS atap. Selain itu, meningkatnya tarif ekspor dari 65% ke 100% dan perpanjangan waktu reset menjadi 6 bulan dinilai akan mempercepat waktu pengembalian investasi dalam memasang PLTS atap.

Pemerintah pun menetapkan target PLTS atap sebesar 3,6 GWp di berbagai sektor pada tahun 2025. Target tersebut rencananya akan masuk ke dalam Program Strategis Nasional (PSN) dalam rangka mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada sisa waktu 4 tahun ke depan. Dengan penambahan kapasitas hingga orde gigawatt, lapangan kerja di bidang energi surya akan terbuka luas serta industri komponen PLTS dalam negeri mampu berkembang pesat.

Implementasi PLTS atap oleh masyarakat adalah salah satu bentuk gotong royong dalam rangka mencapai target bauran energi terbarukan dan penurunan emisi. 

Pengembangan energi terbarukan tidak hanya dibebankan pada negara dan pengembang swasta, melainkan investasi dari masyarakat sendiri. Dengan usaha seluruh lapisan masyarakat dalam pengembangan energi terbarukan, target net zero emissions Indonesia bukan lagi sebuah angan-angan, melainkan sebuah keniscayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun