Mohon tunggu...
Rizqi Firdaus
Rizqi Firdaus Mohon Tunggu... Guru - keep being positive

membaca adalah suatu bentuk perlawanan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rasa Syukur Mahasiswa di Tengah Wabah

26 Juni 2020   13:34 Diperbarui: 26 Juni 2020   13:52 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagai mahasiswa, tulisan ini dibuat sepenuhnya untuk sama-sama kita berfikir dan bersyukur sebagai seorang yang masih berada didalam jenjang pendidikan baik sebagai seorang siswa maupun mahasiswa. 

Beranjak dari akhir-akhir ini bangsa kita sedang berhadapan dengan masa sulit, ya, hampir semua sektor kehidupan terdampak imbas dari wabah yang terbilang baru ini, covid-19.

Hati begetar ketika kita mengetahui banyaknya korban jiwa akibat dari virus yang sampai sekarang belum ditemukan obanya ini. Petugas medis yang bekerja siang malam merawat pasien-pasien yang tak jarang mereka juga ikut tertuar oleh virus ini, bahkan cukup banyak dari mereka yang kehilangan nyawanya demi menolong nyawa orang lain.

Disisi lain banyak orang harus kehilangan pekerjaannya sementara mereka adalah tulang punggung keluarga, para pedagang yang omset dagangannya menurut drastis, para ojek online yang kehilangan sebagian besar penumpangnya, pengusaha yang harus memutar otak agar usaha mereka terus berjalan, dan berbagai pekerjaan lain yang memang hampir semua sektor kehidupan terkena dampak dari wabah ini.

Dampak ini mulai terasa ketika pemerintah baik pusat maupun daerah menghimbau agar warga memulai untuk bekerja dari rumah dan diterapkannya pembatasan sosial berskala besar atau yang dikenal dengan istilah PSBB yang dimaksudkan agar penyebaran virus ini tidak terus belangsung, tidak semakin banyaknya korban jiwa yang berjatuhan juga agar virus ini sedikit banyak dapat dikendalikan.

Sektor pendidikan di hampir semua provinsi di Indonesia juga terkena dampaknya, yaitu, mulai diberlakukannya sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). Jika kita melihat dibanyak jejaring media sosial instagram, twitter, dan sebagainya. 

Kebijakan ini banyak dikeluhkan utamanya oleh mahasiswa sendiri. Banyak hal yang mendasari berbagai keluhan mereka, diantaranya kurang efektifnya sistem pembelajan seperti ini, banyaknya tugas yang diterima oleh dosen, borosnya penggunaan paket data internet, fasilitas yang terbatas dalam pembelajaran dan seabagainya.

Lantas masih bisakah para mahasiswa bersyukur dikala kondisi halangan dan rintangan seperti ini? Ya, rasa syukur itu harus tetap ada. Jawaban ini didasarkan pada pertanyaan, masih pantaskah kita mahasiswa mengeluh dikondisi seperti sekarang ini?.

Mari kita sama sama melihat, dengan kejadian seperti ini kita mulai tersadari bahwa peran pengajar baik guru maupun dosen memang tidak akan bisa digantikan oleh teknologi secanggih apapaun. 

Telebih jika kita melihat dengan orang-orang yang berada dan terkena dampak langsung dari keadaan sekarang seperti beberapa contoh nyata diatas.

Keefektivan pembelajaran jarak jauh secara daring atau online mungkin tidak bisa sama dengan pembelajaran secara tatap muka langsung, tetapi hal ini bisa disiasati dengan belajar mandiri dirumah dengan buku buku yang tersedia juga berbagai sumber yang lebih luas, yaitu internet. Dengan berbagai kemudahannya yang telah tersedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun