Mohon tunggu...
Rizqi Fauzi
Rizqi Fauzi Mohon Tunggu... Guru - Guru Seni

Penulis Keadilan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Berdiferensiasi Pada Mata Pelajaran Seni Rupa di SLBN 6 Jakarta

9 Desember 2022   07:15 Diperbarui: 9 Desember 2022   07:49 1477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang mengajak guru dan peserta didik terlibat secara aktif serta melakukan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Pembelajaran seni rupa di Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan pembelajaran inti yang berbeda kedudukannya dengan pembelajaran seni rupa di kelas regular seperti SMP dan SMA yang masuk dalam ruang lingkup seni budaya. 

Seni rupa di SLB memiliki kedudukan sendiri yaitu mencapai 6-8 jam pelajaran dalam 1 kali pertemuan.  Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.56/M/2022 tentang pedoman penerapan kurikulum, dalam keputusan tersebut di Sekolah Luar Biasa (SLB) terdapat cabang keilmuan seni rupa yang menjadi keterampilan vokasional yaitu seni membatik, suvenir, fotografi, desain grafis, cetak saring (sablon) dan seni lukis. 

Kegiatan belajar di SLB Negeri 6 Jakarta telah mengalami proses panjang yaitu melalui serangkaian proses asesmen minat belajar pada peminatan keterampilan pilihan. Asesmen minat belajar bertujuan untuk melihat kemampuan awal/ profil awal serta minat dan bakat peserta didik dalam melakukan proses belajar. Pada keterampilan seni lukis berdasarkan asesmen minat belajar terdapat 3 peserta didik dengan beragam ketunaan yang berminat pada keterampilan lukis yaitu, 1 peserta didik mengalami hambatan pendengaran (tunarungu), 1 peserta didik mengalami hambatan intelektual sedang (tunagrahita sedang) dan 1 peserta didik dengan hambatan intelektual ringan (tunagrahita ringan). Dengan kemampuan yang beragam maka guru harus mengambil langkah yang tepat dalam melakukan pembelajaran di kelas. 

Kesulitan mengajar seni lukis pada peserta didik berkebutuhan khusus yaitu terjadinya miskonsepsi. Miskonsepsi terjadi karena tidak terjadinya komunikasi yang tepat antara guru dan peserta didik. Miskonsepsi juga dapat menyebabkan peserta didik kurang kreatif, karena terbatasnya inspirasi serta kurangnya ide/ gagasan untuk menciptakan karya lukis. 

Berbagai program telah dilakukan untuk mengembangkan potensi peserta didik antara lain penyediaan alat serta bahan lukis, pemilihan materi yang sederhana, lomba melukis, penambahan jam ekstrakulikuler dan pelatihan guru dalam workshop dan diklat pembelajaran. Namun upaya tersebut belum berhasil secara maksimal untuk mengembangkan potensi dan keterampilan peserta didik dalam pembelajaran berdiferensiasi. Dalam upaya perbaikan pembelajaran yaitu guru hendaknya menerapkan pembelajaran aktif dan berdiferensiasi. 

Menurut Bonwell dalam Direktorat pembinaan SMA (2017:3) pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang menjadikan siswa berpartisipasi dalam proses pembelajaran, tidak hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru tetapi melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan pembelajaran. Karya tulis dalam bentuk Best Practice ini membahas tentang pembelajaran berdiferensiasi dalam pengembangan keterampilan abad ke-21 yang meliputi keterampilan communication, collaborative, critical thinking and problem solving, creativity and innovation (4C) melalui penggunaan media teknologi berbasis Virtual Reality (VR). Virtual Reality (VR) sudah tidak asing lagi dikalangan peserta didik karena biasa digunakan untuk bermain game. 

Dalam kesempatan ini penulis mencoba untuk merubah fungsi VR menjadi alat untuk melakukan pembelajaran dalam mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan kreatifitas peserta didik demi terciptanya karya seni lukis yang berdasarkan pada ide/gagasan dalam mencipta. 

Pada kesempatan apresiasi guru dan tenaga kependidikan penulis membuat video dengan judul “Pemanfaatan Teknologi Virtual Reality (VR) Dan Penggunaan Metode Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kreatifitas Belajar Peserta Didik Dalam Berkarya Seni Lukis Pada Keterampilan Vokasional Di SLB Negeri 6 Jakarta”. 

Video yang dibuat ini akan mencakup beberapa kegiatan belajar berdiferensiasi. Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru melakukan pembelajaran secara langsung dengan membagi pembelajaran menjadi 3 kegiatan diferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi yang dilaksanakan peserta didik dalam keterampilan vokasi seni lukis di SLB Negeri 6 Jakarta yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. 

ada kegiatan pembelajaran guru melakukan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. 

Strategi yang digunakan Berdasarkan kajian teori yang telah disebutkan oleh penulis maka strategi yang digunakan dalam pembelajaran berdiferensiasi yaitu menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dengan kegiatan berdiferensiasi sebagai berikut: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun