Mohon tunggu...
Rizqi Khoirunnisa
Rizqi Khoirunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Antropologi Universitas Airlangga

Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Madura, Leluhur, dan Radhin Saghara: Kajian Strukturalisme Levi-Strauss

30 November 2022   16:56 Diperbarui: 30 November 2022   17:02 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  Radhin Saghârâ, Bendoro, Gung, dan prajurit Madura melarikan diri ke Hutan Nepa.

 Radhin Saghârâ, Patih Pranggulang, dan Bendoro Gung menghilang.

Cerita Rakyat Radhin Saghârâ pertama-tama menggambarkan keadaan ekologis di Madura. Pulau Madura digambarkan sebagai pulau yang baru muncul ke permukaan air laut dan merupakan pulau yang kering. Selain itu, ditunjukkan pula tumbuhan yang banyak tumbuh di Madura, yaitu pohon jati dan pohon randu. Bendoro Gung dan Patih Pranggulang merupakan orang-orang yang pertama kali menduduki Pulau Madura

Setelah mereka menempati Madura, banyak orang luar yang akhirnya tinggal dan menetap di Madura. Dalam hal ini, Bendoro Gung dan Patih Pranggulang membuka kehidupan baru bagi yang lain. Saat pertama kali di Madura, Bendoro Gung berjuang untuk bertahan hidup, ia sangat kesusahan karena kehamilannya dan kurangnya sumber makanan. Berkat perjuangan Bendoro Gung, Radhin Saghârâ dapat dilahirkan dengan selamat dan tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas. Radhin Saghârâ sangat menghormati Bendoro Gung dan Patih Pranggulang.

Bendoro Gung mengasuh Radhin Saghârâ dengan kasih sayang dan mengajarkan agar tidak gegabah ketika hendak melakukan sesuatu. Hal tersebut tampak dari nasihat Bendoro Gung yang melarang Radhin Saghârâ menyerang Sang Hyang Tunggal karena adanya ikatan darah di antara mereka bertiga. Walaupun Sang Hyang Tunggal telah mencampakkan putrinya, Bendoro Gung tetap menghormati ayahnya. Ini menunjukkan hubungan kekeluargaan sehingga berdampak pada kekerabatan masyarakat Madura hingga saat ini yang selalu memprioritaskan keluarga. Nilai musyawarah yang dilakukan Bendoro Gung dan Radhin Sagahara juga terwujud dalam penyelesaian masalah masyarakat Madura  sehubungan dengan konflik keluarga.

 Patih Pranggulang merupakan orang yang setia dan senantiasa mengutamakan kebaikan. Tanpa mengurangi rasa hormatnya kepada Sang Hyang Tunggal, Patih Pranggulang melepaskan kebesarannya demi menyelamatkan Bendoro Gung. Patih Pranggulang juga adalah seorang guru dan pembimbing bagi Radhin Saghârâ. Radhin Saghârâ sampai terkenal di negeri lain karena kehebatannya dalam meramu obat-obatan. Oleh karena itu, Madura saat ini terkenal dengan jamunya.   

Berdasarkan pemakanaan di atas, terdapat poin penting dalam cerita mitos Radhin Saghârâ, yaitu nilai-nilai kekeluargaan dan penghormatan terhadap leluhur. Bendoro Gung, Patih Pranggulang, dan Radhin Saghârâ adalah perwujudan leluhur yang menyebarkan nilai kebajikan bagi masyarakat Madura. Secara aktual, penghargaan atas jasa leluhur dilakukan masyarakat Madura dengan tradisi berziarah ke makam bhuju’ (tokoh leluhur) yang bertujuan untuk memperoleh karomah. Tradisi tersebut masih berlangsung hingga saat ini dan makan bhuju’ tersebar di berbagai daerah di Madura.

Cerita mitos Radhin Saghârâ secara literatur mungkin tidak sampai kepada seluruh masyarakat Madura. Namun, nilai moral di dalam cerita tersebut telah tertanam dalam diri para orang tua terdahulu. Nilai moral penghormatan terhadap leluhur tersebut merupakan kearifan lokal diteruskan kepada generasi-generasi berikutnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun