Mohon tunggu...
Rizky Rizky
Rizky Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Sejarah, novel, cerita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keberangkatan Haji dari Zaman Kolonialisme sampai Sekarang

23 April 2021   17:21 Diperbarui: 23 April 2021   17:24 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Melaksanakan haji merupakan sebuah kewajiban bagi seorang umat muslim apabila sudah miliki kemampuan dalam memenuhinya. Ilmu dan pengajaran yang diberikan oleh ulama, ustadz, dan guru-guru mengenai kemuliaan haji dalam ajaran Islam membuat melaksanakan haji menjadi impian bagi semua umat muslim. Ka'bah yang berada di masjid Al-haram di kota Mekkah menjadi destinasi religius umat Islam dan tempat diselenggarakannya haji berlokasi sangat jauh sehingga membutuhkan persiapan dan biaya yang besar. Sehingga didalamnya terdapat potensi besar dalam bisnis sebagai fasilitator kegiatan haji ini.

Panjangnya daftar masyarakat muslim yang hendak berhaji di seluruh dunia membuat pembatasan jumlah jamaah pertahun dibatasi dari setiap negara yang datang. Hal ini karena terbatasnya kondisi sarana-prasana yang ada dan besarnya jumlah orang yang berencana melaksanakan haji. Oleh karena itu, bukanlah hal aneh untuk seorang yang baru saja mendaftar haji untuk menunggu 5-10 tahun setelah pendaftaran untuk melaksanakan ibadah haji. Lalu bagaimana penduduk Indonesia pada masa ke masa dalam berangkat melaksanakan haji ?

Keberangkatan Haji zaman kolonial Belanda

Walaupun dalam status kolonialisasi oleh Belanda, besarnya umat muslim di Indonesia pada saat itu membuat pihak Belanda mencium potensi ekonomi dari usaha keberangkatan haji. Sehingga pada 1825 regulasi-regulasi untuk keberangkatan haji di Indonesia. Keberadaan mesin uap dan belum adanya moda transportasi udara untuk komersial membuat perjalanan laut menjadi cara paling efektif untuk melakukan perjalanan ke Mekkah. 

Snouck Hurgronje, seorang mata-mata dan peniliti dari Belanda menyatakan ada empat alasan mengapa perjalanan suci (pilgrimage) ke tanah suci sangat diinginkan oleh umat muslim

Menjalankan perintah agama (haji merupakan rukun (pilar/wajib) bagi ajaran Islam apabila memenuhi kemampuan untuk melakukannya)

Memperluas agama (pemimpin agama, ustadz, pendakwah pada saat itu mayoritas berasal dari timur tengah, sehingga diambil kesimpulan keilmuan agama di timur tengah lebih dalam)

Derajat/kedudukan dalam masyarakat (setiap orang yang sudah menjalankan ibadah haji dianggap lebih alim dan bijaksana ditandai dengan pemberian gelar panggilan haji kepada orang tersebut)

Kondisi tanah air yang terjajah. (Memilih tinggal di tanah suci untuk beribadah dan belajar lebih lama karena kondisi tanah air yang tidak terlalu baik)

Pada saat itu, pemerintah Belanda mngelola sendiri dengan menunjuk tiga perusahaan Belanda yaitu Rotterdamsche Lloyd, Nederland/Amsterdamsche Lloyd, dan Oceaan. (Multazamy. D. R, 2007:121).

Regulasi-regulasi yang dibuat sifatnya untuk melancarkan perjalanan dari kota-kota di Indonesia, Singapura, Malaysia sampai ke tanah suci Mekkah. Termasuk didalamnya pembagian makanan dalam perjalanan. Keberangkatan haji sangat sulit karena pada saat itu dibutuhkan waktu 6 bulan untuk sampai ke Makkah dari Nusantara. Satu tahun penuh apabila langsung kembali ke Nusantara setelah melaksanakan ibadah haji. Regulasi-regulasi haji terus diperbaiki untuk memaksimalkan pelayanan perjalanan haji dan keuntungan yang dapat diterima pemerintahan Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun