Mohon tunggu...
Rizky Maulana Fataah
Rizky Maulana Fataah Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Mahasiswa Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Ibu sebagai Transisi Pembelajaran Siswa Kelas Awal di Provinsi NTT

25 April 2021   17:09 Diperbarui: 25 April 2021   18:35 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Telah tercantum pada UU No. 24 (2009), termasuk di dalamnya yaitu, bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam sistem pendidikan.

Pada tahun 2010 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat lebih dari 16 juta jiwa penduduk Indonesia tidak bisa menggunakan Bahasa Indonesia. 20 persen diantaranya adalah anak-anak umur 5-9 tahun. 

Pemerintah NTT sendiri menyebut, terdapat sekitar 1.3 juta anak usia sekolah di NTT belum bisa berbahasa Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan peraih predikat sebagai provinsi dengan tingkat toleransi tertinggi di Indonesia dan memiliki kurang lebih 72 bahasa daerah. Beberapa diantaranya seperti; bahasa Alor, bahasa Bajo, bahasa Dulolong, bahasa Kedang, bahasa Lamoholot, bahasa Manggarai, bahasa Omesuri, bahasa Rote, dan masih masih banyak lagi.

Bahasa daerah tersebut juga digunakan sebagai bahasa ibu dan masih sering dipakai dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah sebab masih banyak anak yang belum mampu berbahasa Indonesia. Bahasa ibu sendiri dikenal sebagai bahasa pertama yang dipakai dalam komunikasi pertama seorang anak dengan orang tuanya. Bahasa ibu tersebutlah yang dipakai anak selama tumbuh kembangnya hingga usia sekolah tiba.

Ketika masuk masa awal sekolah, anak-anak tampak kikuk ketika penyampaian materi di kelas berlangsung, karena bahasa Indonesia terasa begitu asing buat mereka. Terkadang ini juga menjadi perhatian para guru karena akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa. Ditambah lagi pada sisi tenaga pengajar yang tidak dibekali pembelajaran bahasa ibu selama menjalani akademik keguruan.

Namun menurut Benyamin Lola, Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi NTT, penggunaan bahasa ibu bisa sangat membantu dalam pendekatan personal kepada anak usia sekolah dasar dalam mendorong siswa lebih semangat memulai masa awal belajar mereka. Hasil penelitian internasional juga telah menunjukkan bahwa penggunaan bahasa ibu memberikan kontribusi yang positif terhadap pencapaian target atau hasil belajar siswa, terutama di kelas awal.

Target penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa transisi pembelajaran adalah pengembangan keterampilan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung yang terbilang vital. Pemerintah NTT juga terus berinovasi dengan upaya seperti; wacana pelatihan guru mengajar dengan bahasa ibu, kerjasama dengan Kantor Bahasa NTT, juga upaya pengadaan buku-buku berbahasa ibu.

Program bahasa ibu sebagai transisi pembelajaran telah terintegrasi ke dalam 'peta jalan' pendidikan kebudayaan provinsi NTT. Langkah strategis ini sangat didukung oleh UNESCO yang menyadari begitu pentingnya multilingualisme terutama penggunaan bahasa ibu. Bahkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) lewat Badan Bahasa juga telah mendukung digunakannya bahasa ibu sebagai bahasa pengantar di kelas.

Peran bahasa ibu disini adalah sebagai penghubung antara guru dan siswa. Atau dengan kata lain, bahasa ibu bisa digunakan guru sebagai jembatan atau bahasa untuk beradaptasi dengan keadaan siswa yang masih awam dengan bahasa Indonesia. Selain itu bahasa ibu juga sangat membantu siswa mempelajari bahasa Indonesia secara bertahap. Konsepnya hampir sama ketika orang Indonesia ingin mempelajari bahasa asing seperti bahasa Inggris, maka tentu akan menjadikan bahasa Indonesia yang telah dikuasainya sebagai bahasa penghubung.

Tetaplah lestari bahasa-bahasa lokal. Tetap semangat juga mempelajari bahasa Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun