Aku adalah mantan pacar yang baik. Hal itu terus terngiang dalam kepalaku. Aku selalu ingin memulai suatu pembicaraan denganmu, paling tidak menyapa. Tapi, kalau-kalau kamu sudah mulai lupa. Aku takut, kalau aku menyapa, kamu malah kembali jatuh cinta. Hmmh, susah memang jadi seseorang yang memesona.
Suatu hari, setelah berpikir berulang kali, ku coba memberi pesan singkat untukmu, sekadar me-reply postinganmu. Ku harap, kamu tak membacanya. Tapi, ternyata aku salah. Tentu saja kamu membalasnya. Seorang mantan penuh kharisma sepertiku tak mungkin diabaikan oleh mu.
Tapi, rupanya kamu memberiku jawaban yang tak tahu harus kubalas dengan kalimat seperti apa. Aku buntu, kalimat-kalimatmu ambigu. Lalu, aku pura-pura sibuk melulu, mengabaikan pesan itu. Kamu memang lucu, kadang seperti selalu mencintaiku. Kadang pula seolah kamu tak acuh padaku. Padahal, untuk mengirimimu pesan, aku harus bolak balik ketik hapus keyboardku.Â
Sepertinya, ini akan menjadi percakapan terakhir kita. Dunia maya tak seasyik yang ku kira. Ambigu, sudut-sudut pikiranku tak mengerti isi hatimu. Ya sudahlah ya, siapa tau, esok hari kita tak saling mengenal lagi. Kamu lewat di depanku, dadaku tak bergemuruh lagi. Kita memang lebih ahli dalam mencintai diri sendiri.Â