Mohon tunggu...
Rizky Karo Karo
Rizky Karo Karo Mohon Tunggu... Dosen - Profil Singkat

Saya seorang pembelajar. Seorang Muda di Fakultas Hukum di Yogyakarta, enerjik, kalem namun easygoing, sedang belajar untuk menjadi advokat yang dapat membela orang miskin, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran/keadilan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Letkol. Purn. TNI-AD Koran Karo Karo (+) - Bagian 5 - Perintah Membakar Rumah Sendiri Menghindari Belanda

23 September 2022   21:55 Diperbarui: 23 September 2022   22:01 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Koran Karo Karo Membakar Rumah Sendiri

 

Pada tanggal 1 Agustus 1947 saat serangan Belanda ke daerah Kabanjahe sudah semakin dekat, pimpinan Pasukan Resimen Napindo Halilintar berkumpul di Rumah Koran Karo Karo, kepala intendans pasukan Resimen Napindo Halilintar. Para pejuang yang berkumpul yakni: Selamat Ginting, Tampe Malam Sinulingga, Koran Karo Karo, Nganah Tarigan, Meluhi Sitepu dan Kunu Karo Karo. Telah pula terkumpul sebanyak 60 botol minyak tanah. Rumah itu terletak di Gung Rahu di dekat Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

Dengan kesepakatan bersama, akan segera dilaksanakan perintah bumi hangus oleh Wakil Presiden, Tuan Muhammad Hatta terhadap apa saja yang dianggap vital dan dapat dimanfaatkan oleh musuh, Belanda ,yang diperkirakan dalam waktu dekat memasuki Kota Kabanjahe dan Berastagi.

Atas perintah Selamat Ginting, dan disetujui oleh semua yang hadir, maka PERTAMA SEKALI KORAN KARO KARO mengambil botol berisi minyak tanah, menyulutnya dan membakar rumah pribadinya. 

Isi rumah tidak sempat dikosongkan oleh pemiliknya, Koran Karo Karo dan keluarga. Api berkobar di Rumah Koran Karo Karo, dibumihanguskan oleh pemiliknya sendiri, dalam rangka melaksanakan secara konsekuen perintah politik bumi hangus Wakil Presiden Muhammad Hatta.

          Koran Karo Karo menyampaikan pada keluarga dan penulis buku Tridah Bangun bahwa Koran Karo Karo tidak sampai hati melihat rumahnya habis musnah dibakar sendiri olehnya, namun kesedihan itu tidak diperlihatkan kepada siapapun juga.

Sejak pembakaran pertama Rumah Koran Karo Karo, mulailah dilakukkan secara konsekuen pembakaran atau pembungihasuan rumah-rumah di Kabanjahe dan Berastagi, demikian juga kantor-kantor yang masih sempat dibakar, dengan tujuan utama agar tidak bisa dipergunakan oleh musuh.

Berdasarkan fakta dari Koran Karo Karo, setelah pendudukan musuh atas Kabanjahe-Berastagi, 1 Agustus 1947, tentara dan laskar kita mengadakan koordinasi untuk menggempur musuh di Kabanjahe. 

Hari yang ditetapkan adalah tanggal 5 Agustus 1947. Dengan kekuatan penuh disertai ribuan pemuda dari segenap kampung diadakan serangan ke Kabanjahe mulai jam 19.30. pertempuran berlangsung seru dan kota dapat diduduki sampai jam 5.30 pagi. Dalam serangan itu pihak kita menderita 5 orang luka parah dan ringan, di pihak musuh tidak diketahui.

Koran Karo Karo dan seluruh pejuang meninggalkan kota karena tembakan gencar dari musuh serta motor-motor, senapan-senapan mesin disertai dengan penggunaan meriam-meriam tomong,dan pesawat pemburunya yang datang dari Polonia Medan. Pertempuran berlangsung sampai pagi hari.

Perjuangan rakyat tanpa pamrih di Tanah Karo, Sumatera Utara tanpa pamrih itu diketahui oleh pejabat-pejabat Pemerintah Pusat, antara lain Wakil Presiden, Moh. Hatta yang telah meninjau semangat juang rakyat Karo dan penduduk melaksanakan perintah bumi hangusnya. Ketika sudah berada di Bukittinggi, pada tanggal 1 Januari 1948, Moh. Hatta mengirim surat penghargaan kepada Rakyat Karo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun