Mohon tunggu...
Rizky Hadi
Rizky Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Anak manusia yang biasa saja.

Selalu senang menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sepucuk Surat untuk Orangtua

9 Mei 2021   08:00 Diperbarui: 9 Mei 2021   08:36 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintah Indonesia mengeluarkan larangan mudik pada lebaran tahun ini, sama seperti tahun lalu. Banyak perantau yang tentunya kecewa atas berlakunya peraturan ini. Kerinduan mereka tentang kampung halaman harus ditunda terlebih dahulu. Untuk mengobati kerinduan, mereka hanya bisa berbicara melalui telepon atau pun via video call.

Dikarenakan saya sedang tidak merantau dan berada di tanah kelahiran, saya akan menulis surat yang semoga bisa mewakili perasaan para perantau tentang kerinduan kampung halaman.

***

Teruntuk

Kedua Orang Tua

Pak ... Bu ... jika engkau telah menerima surat ini, itu berarti segala kepul kerinduanku sudah sampai kepada kalian. Maafkan anakmu ini yang belum bisa berkumpul lagi seperti lebaran tahun-tahun sebelumnya. 

Aku di sini baik-baik saja. Jangan khawatirkan kesehatanku. Aku janji jika situasi sudah merenggang dan pemerintah sudah mencabut peraturan, aku pasti akan langsung pulang. Kangen dengan suasana asri kampung halaman.

Bagaimana kabar Bapak dan Ibu? Pastinya kalian berdua sangat sehat bukan? Bapak yang mempunyai tubuh liat, yang setiap hari bekerja di sawah, sudah sangat pasti terhindar dari segala macam penyakit. Virus kan takut pada orang yang setiap hari tubuhnya dipanggang terik matahari. 

Sementara Ibu yang tak pernah lelah mengurus keperluan rumah tentunya masih diberikan kebugaran. Jangan samapi sakit ya, Bu. Kalau Ibu sakit keadaan rumah nanti akan kacau. Semoga keluarga kita selalu diberi perlindungan dari Tuhan dan dijauhkan dari segala macam penyakit.

Dua bulan lalu, aku memberikan kabar bahwa akan pulang sebelum hari raya. Waktu itu, aku sudah membayangkan bahwa hari raya nanti, aku bisa mencicipi masakan Ibu yang tak pernah meleset di lidah. Ketupat dan opor ayam. Tangan Ibu yang menari-nari di atas wajan dan penggorengan tak pernah gagal dalam meramu makanan. 

Begitu pula dengan Bapak. Aku bisa menggambarkan ketika malam takbiran nanti, Bapak akan mengajakku ke kedai kopi Bang Syi'is. Yang letaknya tak jauh dari rumah itu. Kemudian Bapak akan memintaku bercerita tentang apa yang terjadi di kota. Sembari minum kopi yang rasanya khas, aku mulai bercerita. Orang-orang yang ada di kedai juga pasti mendengarkan dengan seksama. Eh ... bagaimana kabar mereka? Semoga selalu sehat juga.

Namun angan-angan tersebut pupus ketika beberapa hari yang lalu, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang banyak ditentang orang. Apakah pemerintah tidak memikirkan bagaimana para perantau menahan kerinduan yang mendalam kepada orang tua dan kampung halaman? Akan tetapi, sebagai warga negara yang baik, aku harus senantiasa menaati peraturan.

Pak ... Bu ... bagaimana kabar adik? Rindu juga dengannya walau terkadang kalau bertemu suka berantem oleh hal-hal kecil. Kalau berbicara tentang adik, pasti aku teringat akan polah lucunya yang suka berjoget tidak jelas kala sedang mendapat kabar gembira. Oh iya, pastinya dia mulai bandel dan mulai mengenal cinta. Wajar dia kan baru merekah menjadi anak remaja. Anak itu memang membuat rindu.

Udara di kota sangat panas. Berbeda jauh ketika ada di kampung. Hawa sejuk, udara segar, angin selalu berembus nikmat. Oh iya, apakah jalanan di depan rumah sudah selesai dipaving? Pasti keadaannya sudah sangat nyaman dibuat berkendara. Tidak ada jalanan berlubang lagi dan kalau hujan pasti tidak menggenang. 

Terakhir, aku hanya bisa berdoa semoga pandemi ini segera berakhir. Supaya kita bisa berkumpul seperti sedia kala dan segala gerak-gerik tidak diatur oleh pemerintah. Dan semoga keluarga kita dan seluruh penduduk kampung selalu dinaungi kesehatan.

Salam rindu dari kota untuk keluarga kita, Anakmu.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun