Mohon tunggu...
Rizky Hadi
Rizky Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Anak manusia yang biasa saja.

Selalu senang menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ajari Saja secara Pelan-pelan

2 Mei 2021   10:23 Diperbarui: 2 Mei 2021   11:01 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak terasa puasa sudah memasuki hari ke dua puluh. Itu berarti sudah separuh jalan kita menuju hari kemenangan. Memasuki sepuluh hari terakhir tentu ibadah tak boleh kendor. Harus terus ditingkatkan. Apalagi sebagai orang yang telah dewasa secara umur dan pengalaman, kita kudu mencontohkan hal-hal yang baik kepada anak-anak. Jangan malah kalah berlomba dengan para anak tersebut.

Kebetulan, saya punya seorang adik yang kini telah menginjak masa pubertas. Saya jadi ingat bagaimana dia dulu belajar berpuasa. Berkat treatment khusus dari orang tua, dia dulu semakin hari semakin kuat.

Sedikit cerita, adik saya ini dulu ogah-ogahan ketika disuruh untuk berpuasa. Maklum, banyak bayang-bayang tidak mengenakkan yang membuntutinya. Seperti lemas, lapar, malas, mengantuk, dan masih banyak lagi. Yang menjadi kunci di sini adalah orang tua. Bapak dan ibu senantiasa memberikan motivasi dan pembelajaran secara berkala. Tidak langsung menjejali dengan pengaruh-pengaruh yang bisa jadi akan malah menolak.

Dari kejadian tersebut, saya bisa sedikit menyimpulkan tentang apa saja sih ramuan khusus yang diajarkan kepada adik saya ini supaya semangat dalam berpuasa dan menjalankan ibadah-ibadah lain.

Jangan Terlalu Memaksa

Hal ini yang dilakukan bapak dan ibu dulu. Mereka berdua menerima kasus tentang adik saya yang tak mau berpuasa. Hal pertama yang dilakukan ialah memberi kalimat sederhana, "Coba aja dulu. Kalau nanti pas siang tidak kuat, boleh minum."

Perkataan tersebut diucapkan dengan penuh kasih sayang sembari menatap matanya. Tatap matanya dengan lembut. Setelah itu, biarkan keleluasaan saat berpuasa. Jangan dilarang untuk ini dan itu. Bahkan adik saya malas-malasan, hanya tidur, bapak tidak pernah melarang, ini puasa pertamanya. Jangan merusak suasana. Kalau ingin mengajarkan tidak boleh malas-malasan, waktunya bukan sekarang. Nanti sembari berjalan.

Nah ... pas siang hari, seperti perkiraan, adik saya merengek karena lapar. Ibu saya kemudian datang dan bertanya, "Masih kuat tidak?" Adik saya menggeleng. Ibu lantas mengulangi pertanyaannya sampai tiga kali. Adik saya tetap dengan jawabannya. Setelah itu ibu mengambil air minum dan bilang, "Kalau kamu ingin minum, segera minumlah! Tapi ingat, jangan beritahu bapak. Ini rahasia kamu dan ibu. Dan setelah ini, lanjutkan puasanya."

Kuncinya jangan memaksa. Bila tidak kuat, biarkanlah minum. Ini puasa pertamanya. Jangan merusak suasana.

Tidak Memberikan Iming-Iming

Tidak ada janji-janji yang dulu diajarkan kedua orang tua untuk adik saya yang berpuasa. Tidak salah juga jika ada orang tua yang memberikan iming-iming kepada anaknya yang berpuasa. Itu sebagai apresiasi.

Tapi itu tidak berlaku pada adik saya dan saya juga dulu. Jika berpuasa, berpuasalah. Jangan mengharap apa pun. Mungkin maksud kedua orang tua ingin mengajarkan keikhlasan secara tidak langsung. Lambat laun si anak pasti akan menyadarinya.

Lanjutkan Ajari dengan Melakukan Ibadah Lain

Semakin berjalannya waktu, adik saya mulai bisa menjalankan ibadah secara lancar. Butuh waktu yang agak lama. Maklum, setiap orang mempunyai motivasi berbeda-beda. Kalau puasa sudah lancar, ajarkan kegiatan positif lain. Masih sama caranya, jangan memaksa.

Dahulu, adik saya diajarkan untuk mendaras Al-Qur'an di masjid. Awalnya kasusnya sama, adik saya tidak mau ikut mendaras Al-Qur'an dengan teman-temannya. Malas katanya. Sebagai solusinya, ibu mengatakan hal yang sama dengan apa yang dikatakan saat adik saya mulai belajar berpuasa.

Kembali lagi, ibu tidak memberi paksaan. Dia memberi ruang yang luas kepada adik saya untuk ikut atau tidak. Yang berbeda, setiap hari ibu selalu mengingatkan bahwa adik saya harus ikut mendaras Al-Qur'an di masjid dengan memberikan alasan bahwa bisa mendatangkan pahala dan kebaikan yang besar.

Hasilnya, empat hari kemudian, adik saya mulai ikut mendaras Al-Qur'an. Cukup lama prosesnya. Tapi yang terpenting ada hasil.

Setiap orang tua mempunyai cara yang berbeda saat mengajari anak mereka tentang suatu hal. Tentu orang tua itu sendiri yang mengerti tentang sifat dan karakter anak mereka. Satu yang paling ialah jangan memaksa. Tapi juga harus diingatkan. Maka seiring berjalannya waktu, si anak akan mau menjalankannya. Salam hangat and happy fasting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun