Mohon tunggu...
Rizky Hadi
Rizky Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Anak manusia yang biasa saja.

Selalu senang menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nikmati Sahurmu

1 Mei 2021   13:02 Diperbarui: 1 Mei 2021   13:09 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semakin bertumbuh dewasa, kegiatan sahur terasa biasa saja. selepas bangun, cuci muka, langsung berlanjut ke makan. Tak ada yang spesial. Waktu sahur pun sekarang malas kalau berjalan-jalan mengitari kota seperti dulu.

Kalau dulu, saya sering ikut orang untuk membangunkan sahur. Bukan dengan merondha dengan alat musik daerah, melainkan ikut membuntuti son besar yang sering dipakai orang hajatan itu. Bersama teman-teman yang lain, kami mengitari kota membawa son yang ditempatkan di bak mobil pick up.

Persiapan dimulai dari pukul sepuluh malam. son ditata sedimikian rupa, bertumpuk. Kabel-kabel dirangkai, dan mesin diesel atau genset dipasang. Setelah semua beres, suara yang dikeluarkan son diperiksa. Bumm ... menggelegar.

Kita mulai berjalan sekitar pukul satu dinihari. Dengan suara yang keras, harapannya orang-orang segera bangun untuk sahur. Rondha secara modern kalau bisa mengambil istilah. Hampir seluruh kota diarungi. Di jalan pun biasa bertemu dengan kawan-kawan dari daerah lain. Saling sapa walau tidak kenal. Kegiatan tersebut diakhiri sekitar pukul setengah empat pagi.

Mundur sekitar sebelas tahun lalu. Sewaktu kecil kegiatan menyambut sahur ialah merondha seperti biasa. Alat-alat sederhana disiapkan. Kentongan, drum kecil, angklung, bahkan panci. Asalkan bisa menghasilkan suara. Bersama dengan anak-anak lain yang masih buta akan seluk-beluk dunia, kami mengelilingi setiap lingkungan yang ada di desa.

Bukan hanya kami saja, banyak anak-anak dari lingkungan lain. Kami berjalan berduyun-duyun, tak menghiraukan rasa ngantuk dan lelah. Sembari teriak, "Sahur ... sahur ... sahur...." dan diiringi alunan musik yang ditabuh secara asal, kami cukup senang. Sesekali kami berhenti di depan rumah yang penghuninya kami kenal. Di depan rumah itu kami teriak semakin kencang hingga lampu di ruang tamu menyala. Tanda dari penghuni rumah telah bangun ialah nyala lampunya.

Kami berjalan terus sembari terus menabuh alat yang kami bawa. Kalau ada tiang listrik, kami beralih memukul tiang listrik tersebut. Keras dan nyaring. Bahkan suatu ketika, ada salah satu orang yang terganggu oleh aktivitas kami. Seorang tersebut keluar dari rumah dan meneriaki kami. Kami langsung lari lintang pongkang seraya tertawa puas.

Kegiatan rondha sederhana tersebut kamis udahi sekitar pukul setengah empat. Kemudian pergi ke rumah salah satu teman kami yang ibunya sengaja masak sahur berlebih. Di sana kami merehatkan badan dan bercerita tentang kegiatan rondha. Sangat menyenangkan. Kami lantas pulang dengan perasaan gembira dan baru tertidur pulas.

Namun itu dahulu. Sekarang waktu sahur ya hanya sahur saja. Bangun sesuai alarm, makan dan minum, ngudud kalau sempat, menunggu subuh, lalu berlanjut tidur kembali untuk mengumpulkan tenaga buat bekerja.

Semakin dewasa pun prioritas menjadi berbeda. Ada banyak yang harus dipikirkan tentang pekerjaan. Kalau dulu bisa punya kegiatan rondha saat sahur ya karena tidak ada yang wajib dikerjakan setiap paginya. Jika sekarang tetap melakukan hal yang sama, akan sangat keteteran masalah pekerjaan. Selepas subuh pun pekerjaan sudah menunggu untuk dieksekusi. Keadaan berubah seiring waktu.

Terkadang mendengar suara anak kecil merondha saat sahur menjadi kangen juga. Saya pernah ada di posisi itu. Mereka pun akan bertumbuh dewasa dan mungkin akan merasakan hal yang sama seperti apa yang saya rasakan. Melihat mereka, saya hanya bisa bernostalgia, tersenyum, dan mengandai-andai. Setidaknya anak-anak kecil tersebut terselamatkan ketimbang sahur hanya diisi dengan main smartphone. Dan kelak kegiatan mereka akan dijadikan suatu cerita indah untuk dikenang. Salam hangat and happy fasting.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun