Mohon tunggu...
Rizky Hadi
Rizky Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Anak manusia yang biasa saja.

Selalu senang menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Nostalgia Masa Kecil Part 2

5 Februari 2021   17:35 Diperbarui: 5 Februari 2021   17:43 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita lanjut bernostalgia lagi. 

Hampir setiap anak pasti pernah bermain bola. Ada dua opsi. Satu, lapangan. Mungkin sudah biasa bermain bola di lapangan. Tetapi bagaimana kika tidak ada lapangan? Jalanan adalah pilihan yang tak bisa ditolak. Prinsip permainan sedikit berbeda:

  • Gawang: sandal
  • Mistar gawang: sesuai tinggi lompatan kiper
  • Lebar gawang: hanya ditentukan langkah
  • Kostum: tim siapa yang kebobolan terlebih dahulu harus bertelanjang dada
  • Kapten: yang punya bola
  • Kiper: orang yang paling gemuk
  • Pemain: biasanya yang pintar berkumpul
  • Durasi permainan: hingga azan magrib
  • Jenis pelanggaran: hanya handball
  • Break: kalau ada orang lewat
  • Hujan: atmosfer pertandingan semakin seru
  • Pemenang: ditentukan tim siapa yang mencetak gol terakhir.

Cedera yang didapat hanya sebatas telapak kaki kapalen, kuku jari kaki copot karena menendang batu, dengkul sobek lantaran terjatuh. Paling banter ya wajah panas karena terkena bola yang keras. Oh iya, satu lagi. Kalau ada satu orang saja yang dimarahi atau dipanggil orang tuanya, maka otomatis pertandingan bubar.

Keunikan dari permainan bola ini terletak pada siapa pemilik bola. Dia seakan bos yang mempunyai kekuasaan lebih. Pemilik bola biasanya berhak memilih sendiri timnya. Sistem demokratis disisihkan terlebih dahulu. Maklumlah, dulu enggak setiap anak diperbolehkan meminta uang kepada emaknya untuk membeli bola.

Kemudian kita beralih ke petak umpet. Ini juga sederhana aturan mainnya. Jarak sembunyi tidak ditentukan. Bisa sejauh mungkin asal tidak ketahuan. Biasanya anak yang bandel malah akan pulang ke rumahnya sendiri. Jika ada anak yang tidak mau lelah, ya tinggal tunggu di belakang si penjaga lantas hap ... situasi aman.

Sementara si penjaga ditentukan dengan cara hompimpah. Kalau ada anak yang nyebelin, pasti teman-temannya bersekongkol untuk menjadikannya penjaga terlebih dahulu. Apes.

Kalau sekarang ada PUBG, dulu ada yang namanya tulup-tulupan. Permainan tembak-tembakan menggunakan bambu. Jadi, kita cari bambu yang besarnya kira-kira sebesar jempol tangan lalu potong sekira dua hingga tiga jengkal. Mudah dan cepat. Ini berguna sebagai temapt peluru. Terus ambil bambu lagi yang sedang, asalkan muat untuk dimasukkan ke dalam bambu yang pertama tadi. Panjangnya juga sama dengan bambu yang pertama. Ini sebagai alat penembaknya.

Sebagai peluru, gunakan buah jambu yang masih muda sekali. Semua siap dan tinggal memainkannya. Masukkan peluru ke bambu lantas tembakkan dengan potongan bambu tadi. Awas! Jangan sampai terkena tembakannya. Rasanya panas. Bahkan omongan tetangga kalah panas dari tembakan tadi.

Bisa jadi panasnya enggak hilang-hilang sampai permainan selesai. Tetapi tak apa, asalkan jangan sampai kena kepala sih.

***

Seseru-serunya game online zaman sekarang, pasti lebih seru permainan zaman dahulu. Kenapa? Satu alasannya yaitu kesan dan kenangan. Apa yang didapat dari game online? Rank tinggi? Uang? Hei, tetapi apakah kalian bisa meninggalkan kesan dan kenangan di sana? Kesan yang selamanya akan diingat sebagai cerita nostalgia. Kenangan yang akan membekas jika dibagi kepada anak cucu kita nanti.

Eits ... sebelum melangkah lebih jauh, semua itu kita akan bahas di artikel selanjutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun