Mohon tunggu...
Rizky Febriana
Rizky Febriana Mohon Tunggu... Konsultan - Analyst

Senang Mengamati BUMN/BUMD dan Pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Money

Jokowi Galau, Pilih Proton atau Esemka?

11 Februari 2015   02:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:28 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_396059" align="aligncenter" width="490" caption="MoU Proton dengan PT Adiperkasa Citra Lestari (Proton)"][/caption]

Nampaknya Yang Terhormat Presiden Republik Indonesia Bapak Jokowi sedang galau. Kegalauan lahir dari pertanyaan pilih mobil nasional rasa Proton Malaysia atau Esemka rasa Guangdong Foday Automobile China? Seperti kita ketahui bersama, Jokowi hadir dalam penandatanganan nota kesepahaman antara Proton Holdings Berhad ("PROTON") dan PT. Adiperkasa Citra Lestari ("PT ACL") pada 6 Februari 2015 lalu disela-sela kunjungannya ke Malaysia. Dalam keterangan resminya, Proton mengungkapkan hal tersebut merupakan langkah kolaborasi untuk membangun dan memproduksi mobil nasional di Indonesia.

Sementara itu, setibanya di Indonesia, Jokowi pada akhirnya membantah bahwa penandatanganan nota kesepahaman tersebut bukan untuk mobil nasional. Jokowi menyebutkan apa yang terjadi antara Proton dengan PT ACL yang dimiliki oleh Hendropriyono merupakan B to B, alias business to business antara swasta dengan swasta. Seperti dilansir detik.com Jokowi mengatakan jika bicara mobil nasional, tentu saja pemerintah Indonesia akan mengembangkan Esemka.

Mobil nasional sendiri adalah istilah yang lahir karena Inpres Nomor 2 Tahun 1996 di era Soeharto. Seperti yang kita ketahui, pada waktu itu hanya PT Timor Putera Nasional (PT TPN) yang dianggap memenuhi kriteria mobil nasional sesuai inpres dan menjadi satu-satunya yang mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk komponen dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn BM). Nah, pertanyaannya Jokowi akan memberikan lampu hijau kepada siapa, Esemka atau PT ACL?

[caption id="attachment_396070" align="aligncenter" width="420" caption="Esemka mirip Foday? (Dok. Infoindonesiakita.com)"]

[/caption]

Sebelumnya, langkah Esemka yang digadang-gadang menjadi mobil nasional memang momentumnya sempat terhenti karena 2 hal utama. Pertama,  belum lolos uji SNI, Esemka gagal di uji emisi. Balai Termodinamika Motor dan Sistem Propulsi BPPT menyebutkan Esemka belum lolos ambang batas emisi gas buang. Hal ini diperkuat melalui Surat Keputusan AJ.402/17/6/DJPD/2012 dari Dirjen Perhubungan Darat. Menurut Kementerian Perhubungan, hal ini diakibatkan gas buang CO Esemka masih tinggi. Emisi CO Esemka mencapai 11,63 gram per kilometer dan HC + NOX 2,69 gram per kilometer. Padahal standar Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2009, ambang batas untuk kendaraan bermotor tipe baru adalah CO 5 gram per kilometer dan HC + NOX 0,70 gram per kilometer. Selain gagal di uji emisi, Esemka juga belum memenuhi standar dalam hal ketajaman lampunya. Pemerintah telah menetapkan standar dalam satu lampu harus memiliki 12.000 candle (CD), namun pada Esemka lampu kanannya baru menyinarkan 10.900 CD dan sebelah kiri sebanyak 6.700 CD.

Kedua, Jokowi tidak menggunakan Esemka sebagai kendaraan dinas Gubernur DKI.  Karir politik Jokowi yang terbilang mulus, setelah menjadi Walikota Solo periode 28 Juli 2005 hingga 1 Oktober 2012, selang beberapa hari berikutnya tepatnya pada 12 Oktober 2012 Jokowi resmi dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta. Namun tidak demikian dengan nasib Esemka yang cenderung tenggelam seiring langkah Jokowi yang lebih memilih kendaraan dengan merk lain sebagai kendaraan dinasnya.

Pekerjaan rumah untuk mewujudkan Esemka menjadi mobil nasional memang cukup banyak, tidak hanya masalah local content yang harus SNI dan uji kelaikan maupun uji standar keselamatan dari New Car Assessment Program for Southeast Asia (ASEAN NCAP), desain Esemka yang disebut-sebut mirip desain mobil buatan Guangdong Foday Automobile Co.,Ltd memang cukup menyita perhatian publik.

Lalu bagaimana peluang PT ACL yang bekerjasama dengan Proton?  Harus diakui, Proton lebih punya banyak pengalaman ketimbang Esemka. Ya diawal-awal berdirinya, Malaysia juga hanya bisa merakit mobil. Melalui sebuah komite yang bernama Motor Vehicle Assembly Committee (MVAC) yang berdiri tahun 1963 dan bernaung di bawah otoritas Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) Malaysia memiliki peranan yang sangat penting untuk bagaimana Malaysia belajar dari perusahaan-perusahaan perakit mobil besar yang sudah lebih dahulu berproduksi salah satunyaSwedish Motor Assemblies(sebuah perusahaan JV (Joint Venture) dengan Volvo) yang beroperasi di tahun 1967.

[caption id="attachment_396061" align="aligncenter" width="448" caption="Sejarah Proton (Proton, diolah)"]

14235638081361008026
14235638081361008026
[/caption]

Tidak hanya Swedish Motor Assemblies/Volvo, ada juga Fiat, Mitsubishi, Honda, Peugeot, Mercedes Benz, Toyota, Daihatsu, Ford, Chrysler dan land Rover. Rendahnya local content dalam kendaraan yang dihasilkan membuat Malaysia belajar, dan akhirnya di bulan Mei 1983 berdirilah Proton (Perusahaan Otomobil Nasional), sebuah perusahaan yang di awal berdirinya merupakan joint venture antara HICOM (the Heavy Industries Corporation of Malaysia/BUMN) dengan Mitsubishi Motor Corporation yang memiliki saham sekitar 30%. Secara resmi Proton mengeluarkan produk mobil pertamanya di tahun 1985 dengan merk Proton Saga yang juga didukung penuh oleh pemerintah Malaysia melalui Tun Dr Mahathir Mohamad.

Salah satu komitmen terbesar dari Proton adalah commited to be better, memiliki komitmen untuk terus menerus menjadi lebih baik dari hari ke hari. Proton sudah punya rekam jejak puluhan tahun, tercatat sudah 30 tahun lebih Proton memproduksi produk-produknya. Dimulai bekerjasama dengan pabrikan Mitsubishi, hingga mengakuisisi 60% saham Lotus Group International Ltd di 1996, sebuah pabrikan ternama untuk meningkatkan kemampuan mesin Proton dan Research & Development yang dimiliki. Tak berhenti sampai disitu, kerjasama dengan Citroën, Youngman, Zagross Khodro, SAIPA, KACST menjadi beberapa contoh komitmen Proton menghasilkan produk yang lebih baik.

Tidak hanya bekerjasama dengan pihak lain, Proton juga sudah lama memiliki pabrik seperti Shah Alam Plant yang memiliki original Main Plant and Multi Vehicle Factory (MVF) yang mampu memproduksi sekitar 200 ribu unit setiap tahunnya. Ada juga The Tanjung Malim plant yang dilengkapi oleh Automatic Line Control or error-proof system sehingga mampu menghasilkan produk berkualitas dan efisien. Selain dua tempat tersebut, Proton memiliki component plant seperti Casting Plant yang memproduksi 180,000 cylinder blocks, crankshafts, bearing caps dll. ETM Plant yang mampu memproduksi competitive product - Machining (C/Block, Cylinder Head, Crankshaft, Camshaft, Bearing Cap, Knuckle, Transmission Case, Clutch Housing ), Engine dan Transmission. Ada juga Stamping Plant yang disebut sebut salah satu terbesar di Asia Tenggara.

[caption id="attachment_396063" align="aligncenter" width="420" caption="Proton Preve dan Suprima S mendapatkan 5-Star Ratings Gan dari New Car Assessment Program for Southeast Asia (ASEAN NCAP)"]

14235639311581867640
14235639311581867640
[/caption]

Proton tidak hanya hadir di Malaysia, produk Proton sudah menyebar kebeberapa negara seperti Australia, Mesir, Inggris, Kuwait, Turki, Suriah, Qatar, UEA, Taiwan dan juga Indonesia “Proton: A Local Company with Global Presence” begitu kata Proton. Secara keseluruhan, Proton telah menjual lebih dari 3,6 juta unit sejak tahun 1985 hingga 2014.

Proton sendiri di 16 Januari 2012 sudah bukan lagi jadi milik Khazanah Nasional Berhad (Kementerian BUMN Malaysia). Khazanah melepas  42.74% sahamnya kepada swasta DRB-HICOM Berhad dengan harga transaksi mencapai 1.29 juta ringgit ($412 million). Sejak saat itu, saham DRB-HICOM yang dimiliki Syed Mokhtar Al-Bukhary’s di Proton naik dari 7,27% menjadi 50,01%, dan DRB-HICOM resmi menjadi pemegang saham mayoritas.

Sejak diambil alih oleh pengusaha kaya Malaysia Tan Sri Mokhtar Al Bukhary melalui DRB-Hicom Proton pada 2012, Proton semakin agresif bekerjasama salah satunya dengan Honda Motors Co untuk mengeksplorasi kerjasama pengembangan teknologi, platform kendaraan, lini produk baru dan tentu penggunaan fasilitas.

[caption id="attachment_396064" align="aligncenter" width="490" caption="Harga Proton di Indonesia (Proton Edar Indonesia, diolah)"]

1423564067396451714
1423564067396451714
[/caption]

Nah, publik meragukan Proton dengan melihat tingkat penjualan yang terus menurun? Berdasarkan data Malaysia Automotive Association (MAA), penjualan Proton di Malaysia pada 2014 mencapai 115.783 unit dengan market share sekitar 17,4%. Penjualan ini menurun jika dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 138.753 unit dengan market share sekitar 24,1%. Sementara itu, di Indonesia, berdasarkan data Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) pada tahun 2010 penjualan Proton di Indonesia mencapai 1.926 unit, sempat meningkat menjadi 2.126 di 2012 sementara di 2013 penjualan Proton menurun menjadi 1.088 unit. Di 2014, penjualan Proton kembali jeblok hanya 479 unit (13,31%) dari target penjualan 3.600 unit.

Penurunan Proton penjualan di Malaysia dan Indonesia bisa menjadi salah satu warning bagi Jokowi dan pemerintahan untuk berhati-hati sekali dalam mengembangkan mobil nasional. Namun demikian, sudah barang tentu bukan masalah apakah mobnas rasa Malaysia atau China atau Jepang atau Korea, yang terpenting adalah bagaimana publik bisa melihat program mobnas ini (terlebih jika menggunakan anggaran negara) bukan sekedar “dolanan” politik semata untuk mengangkat citra tapi minim hasil yang nyata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun