Mohon tunggu...
Rizky F Chaniago
Rizky F Chaniago Mohon Tunggu... -

Tak akan lelah berpikir, tak akan lelah menulis dan tak akan lelah berbicara.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Eksekusi Ala Rambo di Lapas Cebongan

24 Maret 2013   04:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:19 2462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masuk akal saja bila peristiwa ini oleh sebagian orang dinilai membuat gempar jagad hukum di Indonesia, negeri yang memproklamirkan dirinya sebagai negara hukum. Bagaimana tidak ? Baru saja semalam dititip di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan Sleman Yogyakarta, ke-4 orang yang diduga melakukan pengeroyokan terhadap Santoso, anggota kopasus Kandang Menjangan Kartasura, masing-masing Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, Adrianus Candra Galaga, Yohanes Juan Mambait dan Gameliel Yermiayant Rohi Riwu sudah keburu dieksekusi pada dini hari Sabtu 23/3.

Tidak tanggung-tanggung, tanpa melalui proses peradilan dan bukan oleh jaksa selaku eksekutor dalam peradilan pidana, melainkan eksekusi mati menggunakan hukum rimba ala “ Rambo “ oleh Orang Tak di-Kenal (OTK). Eksekusi ‘ala Rambo’ itu dilakukan 17 (tujuh belas) orang yang sebagiannya bersenjatakan AK-47 setelah lebih dahulu melumpuhkan Petugas Penjaga Malam di Lapas Cebongan. Para pelaku menggunakan penutup wajah datang memasuki kompleks Lapas dengan cara melompati pagar kemudian memaksakan petugas penjaga yang memegang kunci agar menunjukan ruang tahanan di mana ke-4 orang itu ditahan, dan langsung ditembak di tempat. Usai beraksi, para eksekutor itu masih memaksakan petugas penjaga menunjukan ruang kerja Kepala Lapas, Sukamto Harto, kemudian diambilnya kamera CCTV dan 2 (dua) alat perekam, bahkan masih sempat pula merusak salah satu kamera yang dipasang di ruang porter. Lebih menghebohkan lagi, aksi brutal itu begitu cepat, kurang lebih hanya berlangsung selama 15 menit.

Tentu saja Decky Sahetapy bersama ke-3 temannya sama sekali tidak menduga kalau aksi pengeroyokannya terhadap Santoso pada hari Selasa 19/3 di Hugo’s Café Jln Adisutjipto Maguwoharjo Sleman itu membawa petaka bagi dirinya bahkan hingga memisahkan ruh dari jasadnya masing-masing.

Walhasil, akibat pembantaian ke-4 warganya ini, Gubernur NTT, Frans Lebu Raya pun ikut-ikutan dibuat masygul. Gubernur Frans langsung mengontak Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, meminta bantuannya memberikan perhatian agar warga NTT yang berdomisili di Yogyakarta bisa tetap merasa aman serta melaksanakan aktivitas rutinnya dengan tenang, dan jenazah Sahetapy bersama ke-3 temannya dapat dikirimkan kembali ke kampung halamannya di Kupang NTT. Begitu pula sebaliknya terhadap warga NTT yang saat ini berada di Yogyakarta dihimbau tetap tenang dan tidak terpancing emosi karena peristiwa penembakan itu sudah ditangani oleh pihak yang berwajib.

Di balik kemasygulan sebagai sesama anak bangsa kita tentu tak bisa menduga apalagi sampai menuduh siapa-siapa saja pelaku di balik drama pembantaian Decky dkk.

Tetapi pertanyaannya, mengapa eksekusi ala Rambo ini masih sering mau dipertontonkan di depan publik lagi pula ke-4 orang yang diduga pelaku pengeroyokan anggota kopassus itu sudah ditahan dan tentu akan melewati proses hukum yang niscaya bakal dikenakan sangsi hukum yang setimpal ?

Ataukah ini memang pertanda bahwa hukum benar-benar sama sekali tidak bisa dipercayai lagi sebagai alat untuk menciptakan keseimbangan neraca di dalam pergaulan dan kehidupan masyarakat ?

Wallahu’alambissawab.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun