Mohon tunggu...
Annisa_Muna
Annisa_Muna Mohon Tunggu... -

Gadis Bali yang sedang melatih dan Membiasakan diri untuk menuangkan ide dalam sebuah tulisan. Jangan ragu untuk menulis, dan yakinlah dengan tulisanmu, karna tulisanmu adalah dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berwisata Religi di Pulau Dewata Bali

2 November 2017   03:45 Diperbarui: 2 November 2017   03:54 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto Pribadi: Makam The Kwan Lie)

Berkunjung ke Pulau Dewata Bali memang takkan ada bosannya, banyak pemandangan eksotis disetiap sudut mata memandang. Bali yang juga dijuluki Sebagai Pulau Seribu Pura memang memiliki berbagai tempat wisata menarik dan telah mendunia. Keindahan alamnya yang sudah tak diragukan lagi, maka tak heran berbagai wisatawan lokal maupun mancanegara berbondong-bondong menjelajahi satu persatu keindahan yang ada di Pulau Bali.

Dibalik keindahan alamnya yang mempesona, ternyata Pulau Bali juga menyimpan beberapa keindahan lain yang mungkin belum banyak diketahui orang. Keindahan yang menjadi identitas keberadaan umat Muslim di Bali, serta menjadi simbol kerukunan antar umat beragama. Meski mayoritas penduduknya beragama Hindu, namun kehadiran agama lain seperti agama Islam justru menambah keunikan dari Pulau Bali. Kehidupan antar umat beragamanya yang mesra dan harmonis tentu menambah kesejukan dan ketentraman ketika melihatnya.

Berwisata religi di Pulau Bali tak kalah seru dan tak kalah asyiknya dengan berwisata religi di Pulau Jawa. Jika di Pulau Jawa ada Wali Songo yang menyebarkan agama Islam, maka di Bali ada Wali Pitu yang juga menyebarkan agama Islam di Bali. Salah satu dari wali pitu tersebut adalah The Kwan Lie (Syekh Abdul Qadir Muhammad) yang berlokasi di Labuan Aji Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Lokasinya tidak jauh dari Krisna Funtastic Land. Berwisata religi di Bali tidak hanya mendapat keindahan alam, namun hal lain yang lebih bermanfaat akan kita dapatkan setelah mengunjungi makam The Kwan Lie, yaitu bertambahnya wawasan tentang penyebar Islam di Bali.

Perjalanan wisata religi yang dimulai dari Desa Patas ini dilakukan dengan mengendarai sepeda motor. Dalam perjalanan menuju makam terdapat pemandangan sawah, pepohonan dan perbukitan yang terlihat sangat indah, ditambah dengan pemandangan pura yang berjejer disetiap rumah-rumah warga yang memeluk Hindu, tak heran jika Pulau Bali dijuluki sebagai pulau seribu pura, karna memang banyak pura-pura berjejer yang menambah keindahannya.

Di dekat jalan menuju makam The Kwan Lie kita bisa melihat beberapa pedagang menjual buah-buahan dan ada juga yang menjual bunga. Area parkir yang tidak begitu luas yang hanya cukup untuk beberapa kendaraan roda dua saja. Sepertinya hingga saat ini memang belum ada tempat parkir khusus untuk para pengunjung makam The Kwan Lie.Ketika memasuki area makam kita akan menemukan banyak makam-makam sebelum memasuki makam The Kwan Lie. Makam The Kwan Lie dikelilingi oleh pagar besi yang telah terkunci, selain itu juga terdapat selambu yang melindungi makam.

Penemu makam The Kwan Lie adalah Chabib Toyyib Zaen Arifin Assegaf yang juga merupakan penemu Wali Pitu di Bali. The Kwan Lie merupakan saudagar Tiongkok yang datang ke Buleleng untuk menyebarkan agama Islam. Beliau sangat ahli dalam pengobatan Cina. Sambil berdagang beliau juga mulai menyiarkan agama Islam di setiap kawasan yang disinggahinya.

Asmara yang pernah melakukan penelitian tentang makam The Kwan Lie menyampaikan bahwa The Kwan Lie dalam menyebarkan agama Islam tidak semudah saat beliau berdagang, justru beliau mendapat berbagai perlakuan yang kurang baik dari masyarakat setempat karena saat itu masyarakat mayoritas menganut agama Hindu. 

Tentu saja masalah agama atau keyakinan merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk diubah. Meski awalnya mendapat pertentangan dari masyarakat setempat, namun The Kwan Lie tidak menyerah begitu saja untuk melaksanakan tugasnya dalam menyiarkan agama Islam. Berbagai cara dilakukan tidak saja dengan berdagang tetapi juga beliau ahli dalam bidang pengobatan, secara santun dan bersahaja mendekatkan diri kepada warga setempat.

Sama halnya dengan Walisongo yang menyebarkan agama Islam dengan menunjukkan sikap yang baik kepada masyarakat. Sikap yang baik dan lembut yang juga ditunjukkan oleh The Kwan Lie akhirnya mampu meluluhkan hati masyarakat setempat, yang awalnya mendapat tentangan hingga mendapatkan kemudahan dalam mencapai tujuannya. The Kwan Lie yang memang berdarah asli Tiongkok mengenakan busana tradisi Tiongkok yang saat itu terlihat "aneh" bagi warga setempat. Sampai-sampai beliau dianggap oleh masyarakat setempat sebagai seorang Raja dari negeri seberang.

Pengunjung makam The Kwan Lie tidak hanya berasal dari pulau Bali saja, namun dari luar pulau juga banyak jumlahnya seperti dari Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur (Malang, Surabaya, Kediri, Gresik, Jember, Lamongan dan daerah lainnya), bahkan ada juga pengunjung yang datang langsung dari Cina. Berbagai macam kepentingan yang dimiliki tiap-tiap pengunjung misalnya untuk berziarah, melakukan upacara, hingga penelitian.

Berdasarkan keterangan dari Ahmad Hadi penjaga makam The Kwan Lie, bahwa masing-masing pengunjung yang datang ke makam mengelar upacara menurut keyakinan masing-masing. Para peziarah baik muslim maupun Hindu biasanya banyak berkunjung pada hari Rabu terakhir (Rebu Wekasan) bulan Shafar. Mereka berdoa di makam memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun