Mohon tunggu...
RIZKY AMALIAPUTRI
RIZKY AMALIAPUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

220910101140

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjujung Tinggi Santri sebagai Identitas Negeri

20 Oktober 2021   23:17 Diperbarui: 20 Oktober 2021   23:24 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata "Santri" merupakan sebutan yang disematkan kepada seseorang yang sedang mendalami ilmu keagamaan islam dan memperbaiki akhlaq di dalam lingkungan pesantren, yang diurus oleh kyai. Namun, kata santri tidak hanya berlaku bagi orang yang sedang mengemban pendidikan islam di pesantren saja. 

Sekarang kata tersebut juga memiliki definisi bagi tiap orang yang menjadi murid dari seorang kyai, meskipun tanpa menjalani nya di dalam pondok pesantren. Tentunya kata santri ini sangat erat kaitan nya dengan label islam dan kealiman.

Para orang tua, tidak ragu menitipkan anaknya dalam pengasuhan pesantren. Mereka tentunya berharap, anak-anak nya dapat menjadi sesorang yang tidak hanya pandai di keilmuan umum saja, namun juga memiliki bekal agama dan akhlak, yang mana kedua hal tersebut dianggap sangat penting untuk pegangan di masa mendatang. Mengapa demikian ? Melihat kehidupan dunia sekarang yang semakin keras dan tidak tentu arah, tatanan hidup semrawut. 

Dulu yang dianggap tabu menjadi trend baru. Hal yang dilarang menjadi lumrah. Kehidupan masa remaja semakin menakutkan. Sex bebas menjadi sebuah trend yang menjadi wajib akibat globalisasi dan budaya barat yang masuk tanpa adaanya penjaringan. 

Penggunaan obat obatan terlarang dilaporan semakin meningkat tiap tahun nya. minuman keras, seperti menjadi hidangan wajib. Semua lapisan masyarakat dapat menjalani kehidupan dengan sangat bebeas, tanpa memikirkan aturan dan akibat yang akan dituai. Peraturan dan tata tertib kini menjadi pajangan belaka. Padahal hal tersebut hanya akan menimbulkan dosa dan mendatangkan kesengsaraan. Manusia terbutakan oleh kesenangan duniawi semata saja,

"Ya terserah saya dong. Ini duit duit saya, nyawa juga punya saya, bukan kamu juga yang ngasi makan, ngapain sewot? Ga usah ngurusin kehidupan orang lain deh. Gausah sok peduli apalagi sok alim, pake acara nyeramahin mana yang bener mana yang salah" . Kurang lebih ucapan seperti itu yang akan kelar dari mulut seseorang yang acuh dan tidak peduli satu sama lain. Semua apa yang dilakukan, rasanya sangat mudah jug auntuk dipertanggung jawabkan. Banyak nilai budaya Indonesia yang semakin luntur tergerus globalisasi.  

Disini peran santri sangat dibutuhkan. Santri tidak hanya di tempa di ilmu agama saja, namun ilmu umum juga di dapatkan. Nilai kehidupan tentunya santri alami. Dimana santri hidup di dalam pesantren, dengan aturan nya yang ketat, hidup mandiri tanpa orang tua, tidak diperbolehkan membawa gadegat, dimana hal tersebut sangat penting untuk menunjang kualitas hidup. Hal ini membuat santri terlihat kurang informasi dan kuno. 

Namun, perbedaan tersebut lah yang membuat santri memiliki cara nya tersendiri dalam menajalani hidup dan menyelesaikan masalah. Santri terlindungi dari hal-hal tidak baik diluar sana, dapat membedakan mana yang baik dan tidak dengan menggunakan pandangan agama. Sebagai santri, kami pasti dituntut untuk selalu menanamkan nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, baik itu kewajiban dari pesantren, juga pandangan yang diberikan masyarakat.

Santri di ajarkan tentang hablu min allah dan hablu min an-nas. Dimana keimanan seseorang tidak hanya dilihat bagaimana hubungannya dengan Allah, namun juga dilihat berdasarkan hubungan nya dengan sesama manusia. Banyak sekali stigma negatif tentang santri terus berkembang melalui stereotype negatif terkait identitas santri di kalangan masyarakat abangan ( jauh dari agama ). 

Beberapa diantara mereka yang memiliki pandangan buruk adalah yang kurang mengerti ilmu agama dan kepesantrenan. Menganggap bahwa pesantren merupakan sarang teroris yang harus di musnahkan. Kegiatan pesantren pasti bernilailah islami, seringkali dicurigai sebagai salah satu aksi fanatisme terhadap islam. Kecurigaan dan prasangka tak berdasar inilah yang kerap kali menyudutkan para santri dengan seluruh anggapan negatif nya. 

Padahal, pesantren dan santri ini memberi pengaruh besar terhadap kehidupan Negara Indonesia saat ini. Di dalam pesantren juga terkandung banyak budaya, seperti budaya Indonesia, budaya jawa dan tentunya budaya islam. Meskipun kita lebih banyak dibekali oleh ilmu agama, bukan berarti kita menutup diri dari pembaruan informasi dunia luar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun